Share

Bibit Cinta

Author: Inoeng Loebis
last update Last Updated: 2022-06-08 18:11:12

"Kau Benar-benar tidak selera melihatku, Banci! apa aku kurang cantik di matamu?"

Burhan terbelalak. Baru saja tapak kakinya mendarat di depan pintu. Ia Mendapati Arini dengan lingerie super seksi. Make up tebal dengan alis diukir sembarangan.

"Nyonya, apa Nyonya sudah makan? saya akan siapkan segera," ucap Burhan bergidik. Naluri kelelakiannya sekuat tenaga berusaha ia tahan. Wanita di hadapan tidak seperti perempuan kebanyakan.

"Kau suamiku, Bukan? mengapa kau tidak ingin menyentuhku. Apa kau jijik?"

Arini menarik Burhan, menempel erat ke tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan, Nyonya?"

"Apa tubuhku penuh dengan korengan? Katakan hei pria impot---t--ten, kau bahkan tidak ingin sekedar menggandeng tanganku. Di mana-mana istri menyambut suami dengan cium tangan dan memeluknya, apalagi Amrik bisa langsung melumat bibirnya."

Wanita itu melebarkan mata. Tersenyum menggoda. Memaksa tubuh Burhan menempel erat di tubuhnya.

"Nyonya!"

"Mengapa? Mengapa kau harus takut? aku ini istrimu, apa kau sama dengan Ilham, sama-sama tidak punya otak. Mengabaikan istri hanya karena seorang wanita bahenol."

Wanita itu melebarkan matanya lagi. Memaksa tubuh Burhan yang sempat terlepas terkungkung lagi.

"Nyonya, di dapur ada bubur kesukaan Nyonya."

"Jangan banyak alasan, darimana kau tau bubur kesukaanku. Apa kau sedang ingin meracunku? biar kau bebas meniduri wanita lain?"

Burhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tentu saja ia tahu apapun tentang wanita yang kini tanpa jarak dengannya. Belum saatnya wanita itu tau siapa dia. Menghela napas berat, Burhan mengusap wajahnya. Berpikir keras cara mengembalikan Arini.

"Aku tau Nyonya sangat menyukai bubur jagung, aku sering melihat nyonya memesan bubur yang sama di seberang kantor Pak Ilham. Tunggu di sini! Saya ambilkan bubur jagung manis buat Nyonya."

"Tidak perlu. Aku hanya menyukai bubur jagung buatan Kak Asti. Aku acap membeli bubur di depan kantor bos-mu itu karena aku merindukan kakak sepupuku Asti."

"Nyonya bisa menghubungi Asti."

"Kau mengenal kak Asti?"

Burhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menyugar tipis ke aarh samping.

"Saya tidak mengenal Asti tapi saya ingin Nyonya melepas rindu pada kakak sepupu Nyonya. Siapa tau Nyonya bahagia mendengar suaranya. Tiba-tiba mata Arini memerah. Melotot ke arah Burhan. Tubuhnya mendekat. Sedetik kemudian ia mencekal kerah baju Burhan.

"Mempermainkan kesakralan pernikahan. Kau dan Ilham, kalian berdua sama busuknya. Apa kau ingin aku lebih hancur dari ini? jangan memutar balik cerita. Aku tidak suka kau sok perhatian padaku, padahal otakmu hanya duit dan duit. dasar pria pengecut tak punya harga diri. Cih!" Burhan terkesiap mendapat perlakuan mendadak. Semprotan saliva mendarat di wajah mulusnya. Mengambil tisu, burhan hening sambil mengusap sisa lelehan saliva milik Arini.

"Nyonya, istigfar. Dengarkan saya. Percayalah! Pak Ilham sangat mencintai Nyonya. Silakan membenci saya, tapi apa yang saya katakan tidak ada unsur pura-pura. Saya tidak berniat memanfaatkan anda, Nyonya. Ini semua terjadi karena Pak Ilham menyesali kesalahannya. Llau ingin rujuk kembali. Artinya ia amat mencintai anda Nyonya."

"Hah. Kau bicara Cinta? Apa semua lelaki di atas dunia ini sama. Cinta. cuih. Kalau cinta tidak akan ada wanita hamil selain istrinya."

"Saya akan segera buatkan makan malam untuk Nyonya. Pasti Nyonya suka. Istirahatlah! Nyonya pasti lelah."

Burhan melepaskan pelan tangan Arini yang mengait kuat pada pinggangnya. Ya, Arini berceloteh dengan tangan yang masih melingkar di pinggang Burhan. Entah apa maksud Arini. Sengaja membuat Burhan kelimpungan menahan jiwa lelakinya.

"Tidak. Kau harus menemaniku," ucap Arini tepat di telinga Burhan. Dengan intonasi sengaja mendesah manja.

"Saya akan selalu menemani Nyonya di manapun dan kapan pun itu. Sekarang, perut Nyonya harus diisi lebih dulu."

"Kau siapa mengatur-ngatur aku."

"Bukankah aku suami Nyonya."

"Oh, ya. Benar. Kau suamiku. Tapi, kau lupa kewajiban suami adalah meniduri istrinya. Ini sudah berapa hari dari pernikahan kita, kau sama sekali tidak pernah menyentuhku. Baru saja aku memeluk pinggangmu kau sudah mengelak. Apa aku bau badan sampai Ilham dan sekarang kau tidak mau memelukku dengan kehangatan yang tulus?" Burhan terdiam bingung. Berpikir sejenak lalu menarik Arini mendekat.

"Ada masa di mana kita saling menyentuh bukan karena gejolak di sini." Burhan menunjuk dada Arini. Berbisik mesra, dengan mata menatap iris coklat muda milik Arini dengan begitu intens.

"Tapi ... karena cinta yang tulus tanpa sarat apapun." Hening.

Ucapan Burhan berhasil membuat Arini diam. Bulu lentik matanya bergoyang. Mengerjap berkali-kali. Seolah mencerna ucapan lelaki yang kini merentang tangan tersenyum begitu lembut.

"Kau berbohong! Dasar munafik." Wanita itu menarik bawahan lingerie--nya. Menarik tangan Burhan ke dalam kamar.

Nyaris Burhan kehilangan napas oleh ulahnya. Kantong kresek berisi kotak makan yang ia bawa terlepas ke sembarang tempat. Arini begitu agresif.

"Kalau kau memang tulus menikahiku karena cinta. Tunjukkan di sini!"

Mendorong sekuat tenaganya, tubuh Burhan terhempas di atas ranjang.

Hendak mengelak, tapi, takut menyakiti wanita itu. Ia hanya menahan tangan Arini yang kembali mengoyak lingerie yang ia kenakan hingga terbelah dua.

"Nyonya Pliss, jangan lampiaskan emosi anda seperti ini. Anda perempuan terhormat yang pernah saya kenal."

Buck.

Burhan yang berusaha bangkit, kembali terjatuh ke atas ranjang. Arini menarik baju Burhan sampai koyak.

Lelaki itu menahan retinanya agar tidak mengeluarkan air mata.

"Emosi apa? Bukankah lebih cepat lebih baik kita beradu peluh, beradu tenaga untuk bercinta. Bukankah setelah pergumulan mesra ini kau bisa segera menceraikan aku, segera?"

Arini kalap. Berkali-kali Burhan menepis tangan Arini yang begitu agresif. Imannya benar-benar tergoda.

"Kau gay, apa Ilham sengaja menyuruh aku menikah dengan gay?" Harga diri Burhan memang sengaja digores Arini, ia ingin melihat seberapa mampu Burhan bertahan demi Ilham--mantan suaminya.

"Di sini!" Arini menarik pelan tangan Burhan menuju dua kembar miliknya. Nyaris Burhan kelabakan. Tubuhnya terbakar, mengejang tanpa peduli situasi, napasnya tertahan. Begitu hebat sengatan kulit Arini menyentuh jantungnya, bergemuruh tak karuan. Burha bukan laki-laki yang cari kesempatan, ia hanya ingin tidur dengan wanita yang ikhlas mempersembahkan cinta untuknya. Bukan karena keterpaksaan.

"Nyonya, Pak Ilham melarang saya untuk menyentuh Nyonya. Saya hanya sebagai muhallil, sarat agar Nyonya bisa kembali rujuk dengan Pak Ilham."

"Kalian bukan hanya mempermainkan ikatan sakral, tapi, kalian juga melanggar hukum Tuhan. Bedebah! aku tidak ingin ikut serta dalam kubangan dosa yang kalian berdua ciptakan. Cepat! buka bajumu!"

"Astaghfirullah. Nyonya. istigfar." Burhan berusaha berkali-kali menyadarkan Arini. Ia tahu, wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Sama sekali tidak menyangka. Di balik kata iya yang diucapkan wanita itu untuk sebuah hubungan yang kembali terajut. Ternyata di hatinya menyimpan luka yang begitu dalam.

Entah sampai kapan. Burhan lelaki satu-satunya yang akan terus melihat duka sayat di jiwa perempuan itu.

Tak tahan air matanya meluncur. Arini melotot melihat Burhan menangis. Pikirannya kacau. Dalam pikiran Arini. Burhan hanyalah bersandiwara seperti orang-orang yang ia cintai dalam hidupnya.

"Kau mengucap nama Tuhan. Dalam agamaku, dosa besar jika lelaki menikahi wanita dengan niat akan menceraikan di kemudian hari, untuk apa kau menangis? Air mata buaya!"

"Sadarlah Nyonya. Jangan seperti ini."

Burhan kembali bangkit. Nalurinya tiba-tiba mendorong tangannya menyentuh kepala Arini. Mentransfer ketenangan.

"Aku tau dosa besar jika kurun lebih berminggu belum menyentuh istrinya. Pernikahan bisa tidak sah dan dianggap batal. Tapi, aku ingin menyentuh istriku tanpa paksaan, suka rela karena Tuhan."

Arini terdiam. Sentuhan lembut telapak tangan Burhan di kepalanya mengalirkan kesejukan yang menelusup dalam jiwa.

Namun, sakit akibat luka yang telah ditorehkan belum mampu membuat dirinya berpikir realistis. Menepis tangan Burhan dengan kasar. Arini berkacak pinggang.

"Apa kalian perlu kuajari pemahaman agama? atau kau penganut atheis?"

"Tidak Nyonya. Saya mohon! Mari kita bicarakan di ruang tamu saja. Dengan kepala dingin, percayalah! apapun yang terjadi aku akan membantumu, apapun itu."

Arini melepas tangan Burhan. Berlalu keluar duduk di sofa dengan ekspresi datar. Pandangan lurus tapi kosong. Nyaris seperti orang linglung kehilangan arah tujuan.

Lelaki itu langsung duduk di sampingnya. Menatap lamat wajah sendu. Menunduk lemah. Satu sisi hatinya membenarkan ucapan Arini.

Ilham tidak akan bisa kembali jika Ia belum menyentuh Arini. Sah Nikah menjadi batal.

"Maafkan saya Nyonya. Tidak ada di hati saya ingin menceraikan Nyonya," ucapnya hati-hati.

"Lalu, kau ingin menjadi suamiku selamanya. cih!" Arini mendecih.

Tiba-tiba menarik wajah Burhan mendekat secara paksa. Burhan tidak sempat mengelak. Jantungnya sudah tak karuan bertalu.

Secepat detik berlalu, Arini menggigit bibir Burhan bahkan melumat dengan rakus, bak perempuan komersil yang tengah dipaksa melayani orderan.

Burhan memicing mata saking kagetnya. Jantungnya bergetar hebat. Sama sekali tidak ingin menarik diri dari permainan Arini. Tapi, ia sadar. Perempuan itu melakukannya dalam keadaan tidak stabil.

Arini melakukan itu tanpa sadar. Terbukti dengan air yang menggenang di sudut matanya.

"Nyonya, Berhentilah! jangan menyulitkan saya."

Aku dan saya berganti-ganti Burhan sematkan memanggil dirinya, sebab semakin bingung menghadapi Arini.

"Apa kau tidak menyukai permainanku."

"Saya mohon!"

Burhan mengusap air matanya. Kasihan dan merasa ingin melindungi mendominasi di hati.

Sosok di depannya hanya istri di atas kertas. Kelak wajib ia ceraikan. Untuk itu ia tak boleh larut dalam buaian.

Burhan mundur segera, menepis pelan, dan mendorong wajah Arini menjauh. Burhan menarik napas dalam-dalam. Menatap iba pada sosok di depannya.

Mengusap bibirnya sendiri. Tanpa sadar tersenyum tipis. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ia berciuman dengan seorang wanita.

"Nyonya. Maafkan saya. Jangan lakukan ini lagi. Pak Ilham bisa mendadak datang. Saya mohon." Ilham mengatup dua tangan ke dada. Bermohon lagi.

Hari ini Ilham berjanji akan datang menjelang siang. Andai ia melihat semua, kacau lah perencanaan.

"Kau lebih takut dengan manusia ketimbang Tuhan. Pantas hidupmu persis pecundang."

Burhan terkesiap. Tidak menyangka Arini mengucapkan kalimat pedas itu. Menundukkan matanya dari belahan lingerie pas bagian dada.

Burhan menelan salivanya berkali-kali.

"Apa aku harus menjadi seorang penjaja cinta jalanan untuk tidur denganmu?" Arini kembali menantang.

"Tidak Nyonya, anda wanita yang sangat saya hormati. Wanita terhormat daripada wanita lainnya."

"Gombalanmu tidak bermutu. Cih."

Buck.

Lagi tubuh Burhan menimpa Arini tepat di atas Sofa. Kali ini Arini sengaja menarik kuat menimpa dirinya. Bahkan mengunci dengan kakinya.

Burhan sudah merasa tak sanggup menahan gejolak sentruman di setiap inci organ tubuhnya.

"Kau seperti gedebong pisang, nyaris mirip lelaki imp*ten," bisik Arini sengaja mengejek Burhan dengan desahan tepat di telinga.

Lelaki itu terkesiap. Harga dirinya terinjak.

Tiitttr.

Suara klakson panjang.

Berbunyi serentak bersama padam suluh naluri kelelakian seorang Habibie Burhanuddin.

"Alhamdulillah." Bhatin Burhan berucap.

Bersyukur pada Tuhan. Ilham tepat waktu datang menyelamatkan.

hmmmp

Decap suara lidah begitu mendadak bermain ekspres di wajah Burhan. Suara pintu mobil di buka jelas terdengar. Burhan sekuat tenaga berdiri dari posisi semula.

"Au, sakit Nyonya." Burhan meringis, Arini lagi-lagi menggodanya. Kini, bibir Burhan jadi korban. Mengigit dengan kecepatan kilat sebelum Burhan berhasil melepas diri.

"Orang bilang ciuman itu mengasikkan, mengapa kau merasa sakit?"

"Pak Ilham datang, rapikan rambut Nyonya."

"Ilham, mantan suamiku? Kenapa kau takut. Katakan padanya jangan mengganggu bulan madu kita."

"Nyonya, pliss ... jangan sulitkan saya, Pak Ilham sudah di depan pintu."

tittt ....

Suara bel rumah berderit panjang pertanda ada tamu yang datang.

"Tidakkah kau merasa berdosa menolak bercumbu dengan istrimu, Burhan?" Suara bel berbunyi lagi. Burhan menatap lamat perempuan yang kini berdiri di sampingnya, dengan rambut acak-acakan, lipstik yang tidak karuan, baju yang sengaja tersingkap ke atas.

Pelan Burhan meraih Arini mendekat. Merapikan rambutnya, mengusap lembut pipinya. Lalu, membersihkan sisa lipstik dengan bibirnya. Penuh kelembutan, Nyaris Arini bagai patung berdiri. Diam di tempat bak diberi perekat.

"Nyonya terlalu berharga untuk disakiti. Buatlah Pak Ilham menyesal seumur usianya telah memberikanmu padaku." Suara itu seolah mengembalkan kewarasan Arini yang tujuh puluh persen telah hilang. Burhan menarik tengkuk Arini lebih dekat. Menyatukan bibirnya dengan lembut.

"Burhan! ada orang di dalam?" Suara Ilham melepaskan kuncian Burhan.

"Temui dia, aku akan selalu ada di sini untuk Nyonya." Pelan Burhan mengusap rambut Arini. Sebelum keduanya bangkit bersama menuju pintu.

Related chapters

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Di mana Ibumu?

    "Ini namanya Berlian, yang ini Intan dan yang kecil Menik." Burhan menyiapkan teh hangat untuk Arini. Memperkenalkan satu persatu adiknya. "Assalamualaikum Kakak," salim Berlian meraih tangan Arini. Disusul adik-adik Burhan yang lain."Panggilnya Nyonya, bukan Kakak." Burhan melotot pada Berlian. Arini malah tersenyum."Biarkan mereka memanggil dengan apapun, tidak salah, panggil nama juga bagiku sah-sah saja. Kenapa kamu yang sewot," cibir Arini pada Burhan."Ini teh--nya, Nyonya. Silakan diminum!" ucap Burhan pelan. Menunduk, masih melirik adiknya tanda tak suka, Burhan takut Arini merasa tidak dihargai.Berlian yang tidak tahu menahu urusan abangnya dan Arini, mencelos, mencibir mengejek Burhan, merasa menang--sudah dibela Arini.Berlian ke dapur menyiapkan keripik pisang ke dalam pinggan. Menaruhnya di depan Arini. "Kak Arini masih muda gini, masa dipanggil nyonya, jelek, ah." Berlian protes pada Burhan.Berlian, intan dan Menik berdiri sejajar, bersandar pada dinding. Seperti

    Last Updated : 2022-06-08
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Bersua Mertua

    "Apa Nyonya mau menemui ibu saya?""Ternyata lebih pintar Menik daripada kamu," ketus Arini arogan. Tersenyum licik."Nyonya tidak bisa menemui ibu saya sekarang, beberapa menit lagi Pak Ilham akan datang, saya tidak mau ada kesalahpahaman di antara kita. Mungkin bisa lain kali. Ibu saya di rawat di rumah sakit umum. Sore atau malam, Nyonya bisa menjenguknya. Sekarang saya antar Nyonya pulang.""Saya akan minta izin supaya kamu hari ini libur, izin urusan itu--gampang. Kalau cuma izin diri kamu--aku bisa. Kenapa tidak bisa kulakukan minta izin dari Ilham. Apalagi cuma sekelas Franve.""Nyonya," ucapnya terbata."Assalamualaikum, sayang. Izinin si jadul gak masuk kerja, ya. Aku mau jenguk Bu Dena." Jeda sejenak."Oke sayang, bye."Burhan memutar bola matanya. Arini kerap berubah-ubah dalam satu waktu. Mendadak menelpon Ilham, bersayang-sayang hanya demi dirinya. Terkadang jutek, kadang diam-diam menangis.Baiklah. Aku akan mencari tahu, ada apa denganmu? Aku akan segera menyembuhkan lu

    Last Updated : 2022-06-19
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Muhallilku Cemburu

    Waktu beranjak menuju sore. Arini kembali pulang ke rumah tipe sederhana itu. Berlian menjaga Dena.Wajah tampan nan rupawan lebih dulu menyambut mereka, Arini dan Burhan, di depan pintu, siapa lagi kalau bukan mantan suaminya. Arini hendak membuka pintu berbahan asal Jepara unik dan klasik.Ya, Ilham merenovasi semua ornamen rumah kecil menjadi besar dan artistik. Lelaki di depan mereka tersenyum merentang tangan. "Apa kabar Arini sayang? Kenapa istriku ini semakin cantik setiap hari, aku sudah tidak sabar kita kembali rujuk dah tidur seranjang."Ilham melingkarkan tangannya di pinggang Arini. Hendak mengecup kening sang mantan istri.Namun sayang, tangan wanita yang sedang menelan kesumat itu, menepis pelan lingkaran kuat di pinggangnya."Kita belum suami istri, Ilham. Kamu harus ingat, aku sekarang berstatus istri Burhan. Dan belum disentuhnya secuil pun. Jangan bilang kau sudah berpindah keyakinan, karena dalam Islam tidak sah menikah jika berniat bercerai. Jika sedari awal Burhan

    Last Updated : 2022-06-19
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Muhallilku Keren

    Villa eksotis di sebuah bukit permai, di kelilingi hutan alami, jalan masuk sudah tertanam paving blok menuju villa, kiri kanan ditanami mawar merah yang batang pohonnya tergunting dan susun rapi. Sungguh pemandangan sangat indah. Bangunan bermode kuno menjulang di antara pondokan kecil mirip saung sekitar lima bangunan segala sisi terhampar mengelilingi Villa dengan ungu mendominasi. Suara ramai tawa riuh terdengar dari dalam Villa, menandakan sedang berlangsung acara spektakuler di dalamnya, mengingat pemilik Villa tersembunyi di antara hutan natural itu adalah Keluarga Jansen Prakash Kamandanu Penang. Salah satu konglomerat di sebuah provinsi metropolitan. Malam ini Kakek Jansen Prakash ulang tahun pernikahannya. Pemilik sebuah perusahaan fashion terkenal, pemilik ribuan distro merk ternama itu sedang membaca daftar pembagian bagi hasil harta. Beberapa perusahaan ditangani dan dikelola oleh putra bungsunya bernama Rian Prakharsa Penang, membuat Rian besar kepala. Seorang putra bai

    Last Updated : 2022-08-23
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Kesumat

    Meli dan Ronald sangat paham bagaimana watak Ilham. Tidak suka bekerjasama, emosian, ego tinggi. Tidak ingin terlihat lemah. Makanya Ilham akrab dengan perusahaan Franve, karena itu satu-satunya perusahaan yang tidak terlibat bisnis dengan keluarga Penang. "Arini," suara bariton seseorang menyapa. Meli dan Ronal saling pandang. Rian mencebik licik. Berlalu sebelum Arini berbuat lebih mengerikan. "Awas kalau sampai terjadi sesuatu pada lelaki tadi, lehermu taruhannya," ancam Arini pelan tapi tajam tepat ke telinga Rian sebelum Ilham datang mendekat. Rian mematikan power ponselnya setelah celotehan Karin panjang lebar. Mengapa juga keponakannya itu jadi terkesan menyukai Burhan?Bukan cuma Rian yang kesal, tapi Arini tak kalah sinis menatap kesal pada Karina.Rian.tidak jadi menelpon anak buahnya. Ia berdecak gusar. Ancaman Arini ternyata berefek. Manusia yang tadinya hendak menonton gratis drama adu jetos.terutama anak-anak Arya, Bagas dan lainnya. Mundur teratur. Kibasan tangan Rian

    Last Updated : 2022-08-27
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjalanan Talak

    "Kamu terlambat mengatakan maaf. Sakit itu sungguh sadis mengoyak dan mengobrak abrik jantung ini." Retina perempuan itu mengambang. Nanar menahan air mata. Ingatannya melayang setiap slide kejadian demi kejadian sebelum akhirnya talak tiga sah secara agama antara ia dan Ilham. Slideshow perjalanan sebuah guncangan arasy berawal, dari sebuah kesalahan yang tak diniatkan. Semua peristiwa demi peristiwa bermain-main di kepala Arini. Jangan coba-coba menyalah dengan hukum Allah, karena Allah SWT sebaik-baik pembuat makar. Mata Arini memejam lagi. Gambaran masa-masa jatuhnya talak menyerbu ingatannya. "Kau ingat, Arini. Aku Ilham Arya Penang, walau mama dan papiku tidak cocok dengan keluarga Jansen, tapi, aku adalah cucu laki-laki satu-satunya." "Terus, tujuanmu apa mengatakan itu padaku?" "Baiklah, bukankah kau meminta talak dariku?" "Ya, mana? Katakan sekarang juga, talak aku! ayo talak!" "Dasar keras kepala! apa sama sekali tujuh tahun tidak berbekas dari ingatanmu tentang kita

    Last Updated : 2022-08-28
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Petaka Pertama

    Ilham dipecat, padahal ia salah satu pewaris perusahaan. Tentu saja hal yang tidak masuk akal. Faktanya lelaki itu memang dipecat. Semua permainan dari Rian si ambisius.Paman kandung Ilham itu dibantu Mira untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. *Kehadiran Mira yang direncanakan Rian, telah berhasil mengacaukan rumahtangga Arini dan Ilham.Wanita tak tahu diri itu acap kali mengganggu kenyamanan Arini di rumahnya sendiri, sejak Ilham mengiyakan tentang kesepakatan kerjasama di Franve.Mira sengaja melontarkan kalimat-kalimat bagai penggosok perkakas keluar dari bibirnya untuk Arini setiap mengantar tugas dari Pram untuk Ilham."Tanya saja sama suamimu. Kami berdua sering ketahuan bersama, Pak Rian cemburu padanya, kau tau, Arini? Putra bungsu keluarga Penang itu sangat mencintaiku. Ia lebih memilih aku daripada keponakannya. Makanya Ilham dipecat dari Perusahaan Plastik Penang. Aku kasian padanya, tak tega hidupnya yang biasa bergelimang harta harus dicemooh para kolega sendiri. K

    Last Updated : 2022-08-31
  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Aku Ini Istrimu

    Cerai adalah bom yang mengguncang Arasy.Kata yang paling Allah laknat adalah cerai. Jika ada solusi lain, mengapa harus bercerai? Emosi, bujukan setan, rayuan hormon egoisme telah menang melawan gumpalan kecil bernama hati. Petaka pertama di rumahtangga Arini-Ilham. (Ada yang cerai. Apa aku harus potong tumpeng?)Status baru memenuhi beranda Mira. Arini melotot tak percaya. Belum lima menit dari ia keluar rumah, Mira sudah mengetahui. Bertabungan talak seharusnya membuat Ilham berhati-hati. Sebab setan, iblis ada di mana-mana. Akhirnya kabar talak itu pun sampai ke telinga Mira. Wanita itu bahagia bukan main, selama ini sangat penasaran karena tidak pernah berhasil menggoda Ilham. Kesempatan baginya telah datang, dengan berani, ia datang ke rumah Ilham. Kebahagiaan menyelimuti hati Mira, demi mendengar tabungan talak rasanya ia sanggup memindahkan Monas ke Kalimantan saja. Setelah sebelumnya Mira tahu betul rumahtangga incarannya itu sedang tidak baik-baik saja sejak kedatangan

    Last Updated : 2022-09-03

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Ilham Terbelalak

    Binar seribu bintang berloncatan dari mata Arini. "Terimakasih."Kata tak perlu terucap apapun. Karena sikap lebih terlihat dari sekadar kata.Bahagia lebih dari sejuta kali bahagia. Terkadang hanya menunggu jalan takdir. Bahagia di ujung segera menanti.*“Kakek masuk rumah sakit, segera ke sana!” Suara Ronald terburu menelpon putra semata wayangnya--Ilham. "Siapa yang sakit?" tanya Mira melihat suaminya terburu-buru. "Kakek," jawab Ilham singkat. "Kamu sarapan dulu. Kalau aku ngak salah Bu Meli sudah sedari subuh ke rumah Kakek.""Kenapa ngak bilang?""Kamu ngak nanya," ucap Mira sambil merapikan meja makan. Wangi soto kesukaan Ilham menguar menggugah selera. "Kamu pintar masak? Sotonya wangi, tapi aku harus cepat. Dari nada suara papi sepertinya kesehatan Kakek tidak bisa dianggap enteng.""Hanya memasak yang bisa membuatmu tetap memperlakukan aku selayaknya istri. Hati dan pikiranmu sudah dipenuhi nama Arini." Ilham terdiam mendengar kata-kata Mira."Kita akan nikah resmi. Ak

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Cincin Cantik

    Terimakasih Burhan. Aku bahagia," ucapnya terisak-isak. Meski menangis. Binar bintang berloncatan dari mata indah milik Arini."Kita akan menikah secara sah setelah bayi ini lahir. Kita besarkan bersama-sama dengan Satya."Cinta itu tidak bersyarat apapun. Takdir akan berpihak pada kuasa sang pemiliknya. Manusia hanya bisa menjalani tanpa bisa mencegah apalagi mengubah skenario takdir itu.*"Aku tidak akan menceraikanmu Arini! Kau dengar. Kita tidak akan bercerai. Anak itu anak yang kutunggu-tunggu. Artinya kau bahagia saat kita bulan madu kembali waktu itu. Berhasil bukan? Aku mohon! Kita akan belajar bersama memperbaiki segalanya."Suara Ilham di depan ranjang pasien saat Arini diperbolehkan pulang, masih meracau. Burhan membiarkan saja. Tak ada gunanya melarang. Ia percaya pada Arini.Pengadilan sudah menerima segala berkas Arini. Talak tiga bukan decapan lidah saat merasakan perisa makanan. Ikatan sakral bukan mainan. Jangan pernah bermain pada kata talak. Satu-satunya kalimat

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Binar Bahagia

    "Cek USG hari ini.""Siap, Dok!" Para perawat lalu lalang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.Arini dibawa ke tempat tidur khusus. Setelah cairan berupa gel dioles oleh salah satu perawat di sekitar rahimnya. Terlihat jelas di layar ada yang berbeda di rahim itu.Jiya ditahan Burhan dalam ruang dokter Wiguna.Dokter menerima hasil USG, setelah mencatat semua hasil test. Ia kembali ke ruangannya, Arini dibawa ke kamar inap lagi."Pak Burhan.""Ya, Pak. bagaimana hasilnya?""Anda sepertinya sangat menyayangi istri anda. Sampai tidak sabaran menunggu hasil."Kikuk Burhan tertawa pelan. Memasang senyum tipis. Sedangkan Jiya menahan jantungnya untuk tidak emosi."Saya akan jelaskan sedikit tentang kehamilan pada anda sebelum kita masuk menyimpulkan keadaan istri anda. Ini tujuannya agar anda paham situasi dan kondisi wanita hamil itu bermacam-macam.""Terimakasih, Pak. Saya siap mendengar."Dokter itu tersenyum lalu mengambil hasil uSG."Sebenarnya normal kondisi seorang ibu hami

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   DNA yang Tak disangka

    "Ya Dokter, Bagaimana hasilnya?" Burhan tidak sabar saat dokter jaga masuk ke ruang inap Arini. "Positif. Selamat Pak Burhan istri anda hamil."Glek Burhan maupun Arini sama-sama terdiam pilu."Bulan lalu saya menstruasi, Dok?" Arini menyangkal. Apa hasil testpack itu salah."Menstruasi?" Kening dokter mengerjit. Menatap perawat yang ikut bersamanya. "Cek urine bHCG segera!" Perintah penuh pada perawat."Dok, apa tidak sebaiknya menunggu besok pagi. Urine pagi hari setelah pasien bangun tidur tingkat keakuratannya lebih sempurna."Dokter serba salah. Ia segan pada Burhan karena telah lama menunggu. Apamyanh dikatakan perawat ada benarnya. Pagi hari setelah bangun dari tidur. Kadar hormon bHCG akan terkumpul sempurna."Urine baru, hari ini juga!" Perintah sang dokter.Akhirnya perawat mengangguk. Keluar sebentar lalu memberikan onemed urine pada Burhan."Silakan ditampung kembali urine pasien, Pak. Kita akan melakukan test urine ulang."Burhan menerima wadah kecil yang diberikan pe

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Arini Hamil

    Menyambar tas, masih dengan terburu memasang sepatu, dan wanita itu sibuk mengikutinya dari belakang, berbalik ke dalam rumah dengan sepatu yang sudah terpasang, ternyata kunci mobil tertinggal di meja makan, perempuan bertubuh semampai itu turut ikut maju mundur dengan kesibukan dadakan.Semua karena sesosok wanita sempurna yang baru saja datang membuyarkan segala angan. Entah mengapa hati Mira sedikit bahagia. Tapi, lelaki di depannya kehilangan fokus pikiran sebab, kedatangan wanita sempurna yang telah memberi map tebal.Salahkah Mira bahagia?Apa aku sejahat itu, bahagia di atas penderitaan wanita lain, ah, tidak. Terlihat Arini lebih dari kata bahagia bersama BurhanSeolah dikejar deadline entah karena apa, Mira tak bertanya. Ilham tergesa membuka pintu mobil, masuk ke dalam, menyalakan mobil. Berpaling menatap wanita yang mendadak raut wajahnya ikut cemas.Wanita itu berusaha menahan sesuatu agar tidak terjatuh di hadapan. Pun menahan tanya ada apa dengan kepergian mendadak sua

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Perjanjian Selesai

    "Itu urusan asisten saya, sudah saya katakan--tenang saja. Hasilnya 99% akurat dan valid.""Oke. Saya ke sana sekarang." "Apa ini, Nak?" Meli melihat Map yang di bawa Arini."Maafin Arini, Ma. Arini tidak bisa mengabulkan permintaan mama."Meli mengambil map yang lumayan tebal itu.Sertifikat rumah atas nama Burhan, Villa pemberian Ilham atas nama Arini. Beserta kunci-kuncinya.Dan ...Surat cerai resmi dari pengadilan agama."Arini!" Suara Ilham bergetar menahan jantungnya yang detaknya kini bermasalah. "Arini sudah siapkan notaris untuk membalikkan nama atas nama mama atau nama Ilham."Arini sama sekali tidak menggubris Ilham yang menatapnya begitu intens. Gejolak amarah, emosi bercampur rasa harga diri yang terinjak-injak. "Arini, kamu?" Air mata Meli merebak. Tidak menyangka sama sekali gadis yang selama ini ia puja, sedari remaja ia curahkan kasih sayang, dengan begitu berani menolak dan merenggangkan tali kekeluargaan."Jika suatu hari Arini memilih pergi, mau kah mama mengan

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Hasil Test DNA

    "Issh genit. Mesum. Dasar lelaki!" umpat Arini berkali-kali.Burhan tertawa terbahak-bahak melihat bibir Arini yang mengerucut merajuk, akibat selalu diganggu Burhan. "Kemarin sok sokan godain, sekarang malah takut, bilangin suami sendiri mesum.""Kemarin otakku belum dirukiyah, he." Arini tertawa ngakak, pinggangnya masih digelitiki Burhan."Masih mual?" Burhan menghentikan tangannya. Arini berpaling menatap wajah Burhan. Mengangguk kecil."Sedikit, kadang tengkuk terasa berat."Burhan menghela napasnya berat. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"Arini mengerjit. Mengapa tiba-tiba Burhan berubah serius. Menyandarkan kepalanya di bahu Burhan memberi kode ia tidak keberatan."Kau tidak keberatan tinggal di gubuk begini?"Arini tersenyum tipis mendengar pertanyaan Burhan. "Kirain mau nanya apa-an, rumah ini bisa kita pugar lebih besar.""Ya, kau tidak keberatan dengan adik-adikku.""Aku hidup sendirian, mana mungkin keberatan, aku tau rasanya begitu sakit hidup sendiri, makanya aku mener

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Dia istriku, kau mau apa?

    "Kakak udah sholat?" Berlian menghampiri ranjang Arini, Satya terlelap di sampingnya."Ya, solat duduk aja, Ber, mana Burhan?" Arini menyapu sekitar. Ia mendapat Burhan yang sedang khusuk sholat. Senyumnya mengembang. Sudah berapa lama ia lalai terhadap ibadah pada Tuhan.Burhan dan Berlian orang yang selalu membantunya mengingat maha kuasa. Akhir-akhir ini hatinya tenang, setelah beberapa hari terakhir tidak meninggalkan ibadah wajib itu. Ia salut, Menik yang kakinya tidak sempurna saja bisa rutin menunaikan ibadah, masa ia yang sempurna lupa siapa pemilik kesempurnaan itu.Setelah selesai ibadah menghadap Tuhan Burhan menghampiri ranjang Arini. Memasang senyum tipis-nya. Mengedikkan bahu."Apa kau terlalu merindukan suamimu ini sampai bangun tidur dan mau tidur lagi kau harus menyebut namaku," ucap Burhan menggoda Arini, menaik turunkan satu alisnya."Astaghfirullah, apa tadi sholatmu tidak khusuk sampai-sampai mendengar suara tanyaku?""Hei, sholat khusuk itu bukan tentang mendeng

  • Kontrak Cinta Sang Muhallil   Otewe Tes DNA

    Perihal wanita yang bersama Ilham. Meskipun tidak dicintai, Mira Aruna, nekad ke rumah sakit untuk menjenguk Arini.Selain ia sendiri harus cek kontrol, sekalian berkunjung rasanya tidak masalah,tapi, Mira terngiang kalimat pertemuannya dengan Rian di depan rumah sendiri. Saat kaki Mira baru saja melangkah. Rian berdiri dengan arogan di depan pagar rumah Ilham."Hei, Gundik! Bagaimana nikmatnya hidupmu masuk ke keluargaku," ucapan tajam itu tidak lagi mengiris hati Mira. Ia sudah kebal."Kau mau apa Rian?""Kau tau bocah kecil di rumah sakit yang kini menjadi kelemahan Arini, aku yakin itu bayi kita, sayang. Bagaimana? Apa kau ingin bersua sebagai ibu yang tidak bertanggungjawab?""Apa?" Mata Mira terbelalak kaget. Benarkah yang diucapkan Rian. Anak yang selama ini diasuh oleh Arini adalah anak mereka.Artinya kurun waktu dia menjadi budak Rian ternyata anak itu tidak ada pada Rian, ia hanya sapi peras, kambing congek yang mau diperalat oleh Rian. Andai Mira tau di mana bayinya, tent

DMCA.com Protection Status