Share

Bab 129

Mata Bima memandang kosong ke depan, jantungnya berdegup kencang seolah ingin segera menyatukan dirinya dengan Sandara. Setiap detik terasa seperti jam, dan setiap kilometer yang ditempuh terasa seperti berjalan di atas batu bara. Ketidak nyamanan yang disebabkan oleh kemacetan kota hanya menambah beban pikirannya yang sudah dilanda kegelisahan.

Di sampingnya, Leo hanya bisa memberikan semangat seadanya, walaupun ia tahu itu tidak cukup untuk menenangkan hati bosnya yang sedang dilanda kerinduan. Bima terus mengeluh dan hatinya semakin resah, mengingat betapa ia merindukan kehangatan Sandara, yang mungkin masih terlelap di tempat tidur, terbungkus dalam selimut kehangatan yang jauh dari jangkauan Bima saat ini.

Sambil memijat pelipisnya yang mulai berdenyut, Bima merenung, mencoba mengingat setiap detail wajah Sandara yang selama ini menjadi sumber ketenangan hatinya. Leo, yang mencoba menjadi seorang kawan di perjalanan yang membosankan ini, terus mencoba menyakinkan Bima bahwa rindu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status