Arshima berjalan-jalan di taman dekat danau buatan yang terdapat di kota Paris. Ia dan kedua sahabatnya berlibur ke Paris, sembari menemani Hana untuk menyusul suaminya, Rayzell. Lalu ia dan Fida meninggalkan Hana dengan Rayzell. Mereka menuju taman yang katanya sangat indah. Sesampainya di taman, Arshima meninggalkan Fida yang duduk di kursi yang berada di taman tersebut. Arshima berniat untuk berwisata kuliner mendadak di taman itu. Karena banyak pedagang yang berjualan beraneka makanan.
Arshima begitu menikmati wisata kuliner dadakan tersebut. Ia berpindah-pindah mencicipi jajanan yang belum pernah ia makan, dan yang pasti tidak di jual di Indonesia.
Setelah puas berwisata kuliner, Arshima berniat menghampiri Fida dan membawakan makanan yang menurut survei lidahnya, adalah yang paling enak. Arshima melangkah mendekat kearah Fida berada tadi, di kursi dibawah pohon yang terdapat di taman tersebut.
Saat dirinya mendekat, ia melihat Fida sedang menangis di hadapan Aghata seraya mengucapkan semua apa yang selama ini Fida rasakan. Kemudian Arshima mengurungkan niatnya untuk menghampiri Fida, ia berfikir Fida butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan Aghata. Lalu Arshima berbalik dan berjalan menuju pinggir danau di sisi lain.
Arshima duduk di tepi danau sambil tangannya memegang makanan yang ia beli untuk Fida tadi. Ia buka bungkus makanan itu, lalu memakannya sendiri seraya menikmati pemandangan danau yang sangat indah. Begitu menyejukkan matanya. Banyak anak-anak kecil yang bermain di pinggiran danau dengan ditemani oleh orang tua mereka.
"Suatu saat, bila aku mempunyai anak, akan aku bawa mereka kesini. Pasti mereka akan begitu gembira," celotehnya, "apalagi ditemani dengan Mommy mereka yang manis ini, pastilah mereka senang," Arshima bermonolog sendiri.
"Pasti!" pekik seseorang yang berada di belakang Arshima.
Arshima kaget, saat ada seseorang yang menyahuti ucapannya. Karena seingatnya ia sendirian duduk di kursi itu. Lalu ia membalikkan badan, ia penasaran siapa pria yang menyahuti ucapannya. Suara pria itu terdengar familiar di telinga. Bukan, pasti bukan dia. Setahuku, dia menggantikan tugas Kak Rayzell di kantornya. Gumam Shima dalam hati.
"Mas Rendra!" Pekik Shima tidak percaya. Saat ia menoleh kebelakang dan mendapati Rendra yang berada di belakang.
Rendra yang saat itu sedang meeting dengan para staf nya, membahas tentang pemasaran produk perusahaan tempat ia bekerja. Terdengar notif di ponselnya, dengan segera ia melihat dan ternyata pesan dari Rayzell. Isi pesan itu mengatakan kalau Arshima juga berada di Paris, bersama dengan Hana juga Fida.
Rendra tersenyum, saat membaca pesan dari Rayzell. Kemudian ia segera menutup meeting nya, lalu berjalan keluar ruangan dan menuju tempat dimana Arshima berada. Dan kebetulan tidaklah jauh dengan dirinya berada sekarang.
Rendra melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan Arshima. Gadis pujaan hatinya.
Rendra berlari di taman, mencari-cari keberadaan Arshima. Hingga ia menemukan Arshima, duduk di pinggir danau buatan yang terdapat di sana. Ia jalan mengendap mendekat ke tempat dimana Arshima duduk. Ia mengamati gadis itu dari belakang. Ia juga mendengar celotehan yang Arshima ucapkan. Membuat Rendra tersenyum tipis, seraya menggeleng kepala.
Sebenarnya, Rendra ingin segera memeluk Arshima. Namun, niat itu ia urungkan. Ia tidak mau bila Arshima bertambah membenci dirinya.
"Mas Rendra! Ngapain disini?" tanya Arshima dengan suara gemetar. Ia takut bila Rendra akan menyentuh dirinya lagi. Seperti kejadian beberapa minggu lalu.
"Aku sedang ada projek disini bersama Rayzell," jawab Rendra. Lalu ia berjalan lebih dekat dengan Arshima.
"Stop Mas! Jangan mendekat padaku!" ucap Arshima. Ia berjalan memundur, menjauh dari Rendra.
"Shima...Aku minta maaf. Caraku mungkin salah, tapi Aku benar-benar mencintai dirimu, Shima," terang Rendra. Ia mendekat kearah Arshima.
"Aku bilang jangan mendekat Mas!" pekik Arshima.
"Tapi Shima, ak...."
"Bila Mas mendekat lagi, Aku akan lompat ke danau," ancam Arshima. Seluruh badannya gemetar ketakutan.
"Oke... Aku tidak akan mendekat, tapi kenapa Shima....?" tanya Rendra bingung dengan sikap Arshima.
"Mas tanya kenapa? Mas lupa apa yang Mas lakukan pada tubuhku?" ucap Arshima dengan suara gemetar, menahan amarah.
"Aku minta maaf Shima," Rendra menunduk. Berharap Arshima mau memaafkan dirinya.
"Mas! Apa kamu sadar efek atas perbuatan yang kamu lakukan pada diriku?" tanya Arshima dengan nada tinggi, "Aku mengalami trauma Mas! Hingga Fida membawaku ke dokter psikiater. Sampai-sampai Aku disuruh pergi ke dokter kandungan, untuk memeriksakan tubuhku. Dan kemudian terungkap kebenaran yang sesungguhnya. Aku memang bersyukur, bahwa kamu ternyata tidak merusak diriku. Namun, caramu itu membuat diriku semakin membenci yang namanya laki-laki. Harap kamu ingat itu Mas!"
Lalu Arshima berjalan menjauh dari Rendra, sebelum ia melangkah jauh. Arshima menoleh kebelakang dan menatap Rendra dengan tatapan berjuta makna.
"Sebenarnya Aku juga ada sedikit rasa terhadapmu, Mas. Namun, kau menodai rasa itu. Jaga dirimu baik-baik Mas, dan jangan lakukan hal itu pada perempuan lain. Semoga kita tidak akan bertemu lagi," ucap Arshima lalu tersenyum. Ia melangkah pergi berlalu meninggalkan Rendra dengan sejuta penyesalan di hatinya.
"Shimaaaa! Aaarrgghhhh!" teriak Rendra frustasi.
Ia mencoba berlari mengejar Arshima. Namun sia-sia, karena Arshima sudah masuk kedalam mobil dan melaju dengan cepat. Lalu ia segera menghubungi orang suruhannya yang berada di Paris, untuk mencari keberadaan Arshima.
Rendra begitu menyesali perbuatannya, ia tidak menyangka akan seperti ini. Ia pikir, Arshima akan dengan mudah menerima dirinya dengan cara seperti itu. Tidak pernah ia sangka, bahwa Arshima akan meninggalkan dirinya.
Arshima segera pergi menuju bandara, untung tadi ia pergi dengan membawa tas yang berisi semua data dirinya. Ia memesan penerbangan yang paling awal untuk menuju ke Indonesia. Ia ingin segera meninggalkan kota Paris, dan lari menjauh dari Rendra.
Arshima berharap, dirinya tidak akan bertemu dengan Rendra lagi. Karena ia masih takut, kejadian itu terulang lagi. Sebenarnya, Arshima sudah memiliki rasa pada Rendra, meski hanya sedikit. Karena dulu ia sering bekerja lembur dengan Rendra, pada saat dirinya masih magang di perusahaan Ferdinan group.
Arshima pulang ke Indonesia, tanpa mengabari kedua sahabatnya yang masih berada di Paris. Pikirannya sekarang hanya ingin segera pulang dan menjauh dari Rendra.
Setelah sampai rumah, Arshima dengan tergesa-gesa mengemas baju yang akan ia butuhkan. Ia berniat akan melanjutkan kuliah nya di luar negri. Meski ada penolakan dari orang tuanya, ia segera meyakinkan mereka. Hingga akhirnya orang tua Arshima menyetujui bila anak gadisnya itu melanjutkan kuliah di negri paman sham.
Arshima mengirim pesan kepada kedua sahabatnya, ia menulis pesan itu dengan air mata yang mengalir deras.
Isi pesan Arshima.
*Teruntuk sahabat-sabahat ku yang paling aku sayangi.
Aku sangat bersyukur, bisa mengenal kalian dan menjalin suatu ikatan yang tidak akan memutuskan hubungan kita. Dimana pun kita berada kelak.Maafkanlah diriku, yang sering kali menyusahkan kalian. Aku tidak akan melupakan kebersamaan kita, meski jarak memisahkan kita.
Aku akan selalu merindukan kalian. Rindu akan kegesrekan kalian, rindu akan canda kalian saat hang out bareng, rindu akan kasih sayang kalian yang tulus terhadap diriku. Aku pasti akan merindukan semua itu.
Hana, maaf bila nanti aku tidak bisa datang saat perilisan baby mu. Namun, akan aku usahakan datang secepatnya.
Fida, berbahagialah dengan Kak Aghata. Jangan lagi memendam sesuatu yang mengganjal di hatimu. Ungkapkan lah rasa itu pada kekasih hatimu. Dan ceritakan semua masalahmu padanya, seperti halnya kamu bercerita padaku.
Jangan mencari keberadaan ku.
Aku hanya ingin, menenangkan hatiku dari semua drama ini. Aku bersyukur, mempunyai sahabat seperti kalian.Salam kasih dariku, yang selalu menyayangi kalian.
Arshima Chandrawinata*.
Dua tahun kemudian."Akhirnya sampai juga," ucap Arshima sesaat setelah keluar dari pesawat.Dua tahun sudah berlalu, kini Arshima menginjakkan kakinya kembali di tanah kelahiran. Ia melihat sekeliling yang tidak besar perubahannya. Ada rasa bahagia saat ia tiba tadi. Ia ingin segera menemui kedua sahabat yang lama ia tinggalkan.Arshima juga sengaja mengganti nomor telepon. Agar dirinya bisa fokus menenangkan hati, juga pada kuliah. Ia seringkali menanyakan kabar kedua sahabatnya itu melalui Ibunya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan baby Narshita, anak dari Hana. Dan juga ingin melihat, seperti apa tubuh Fida saat hamil besar seperti sekarang ini."Hanaaa! Fidaaa! Wait Meee!" teriak Arshima. Membuat orang disekitar menoleh kearahnya."Mba, sehat 'kan?" tanya orang yang melewati dirinya."Wal afiat, Bu," cengir Arshima pada Ibu-ibu tadi.Ibu itu menggeleng kapalanya, kemudian berlalu meninggalkan Arshima yang masih tersenyum padanya.
Setelah acara bernostalgia selesai, Arshima mampir ke Mall yang biasa dia kunjungi dulu. Ingatan akan kebersamaan mereka bertiga semasa kuliah pun terlintas."Waktu, cepat sekali berlalu. Dalam sekejap, kehidupan kita pun berubah drastis," ucap Arshima tersenyum miris.Arshima berjalan menuju outlet yang menjual khusus pakaian kerja. Karena ia berniat akan melamar kerja besok lusa. Jadi ia harus mempersiapkan semua terlebih dahulu. Apalagi sekarang dia tidak punya teman untuk diajak shopping kapan saja.Di tempat lain, Rendra begitu disibukkan dengan laporan akhir bulan usaha sampingan miliknya. Ia memiliki sebuah Cafe yang berkembang begitu pesat dalam setahun terakhir ini. Hingga Rendra sudah memiliki tujuh cabang yang tersebar di kota-kota besar.Sebenarnya, Rendra sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Rayzell. Namun, ditolak oleh Rayzell dengan alasan dia masih membutuhkan Rendra. Rayzell memberi Rendra kelonggaran untuk mengelola Cafe miliknya,
Rendra begitu senang, melihat baby Narshita yang berjalan kearahnya dengan senyum yang begitu menggemaskan di wajah batita tersebut. Meski langkah Narshita sedikit tertatih, malah membuat dia terlihat begitu lucu.Banyak Ibu-ibu yang mendekat kearah Rendra. Kebetulan taman yang Rendra kunjungi, ramai akan orang tua yang membawa buah hati mereka. Rendra membalas senyuman kepada para Ibu-ibu yang memuji kecantikan baby Narshita tertular dari ketampanan Rendra. Mereka berfikir, bahwa Rendra lah ayang dari batita lucu tersebut.Hati Rendra selalu senang, disaat ada orang yang mengira dirinya sebagai Ayah dari baby Narshita. Rendra tidak terlihat risih atau bagaimana secara kan dia masih single dan masih ting ting. Dia malah terlihat santai dan senyum selalu mengembang di bibirnya."Anaknya cantik, pasti keturunan dari Papanya. Lagian sang Papa gantengnya kelewatan banget," ucap salah satu Ibu yang mendekati R
Hari ini, Arshima kedatangan temannya yang dari Amerika. Monica adalah sahabat Arshima semasa dia berada di negri paman sham tersebut. Monica selalu membantu Arshima, di setiap Arshima memiliki masalah. Monica datang ke Indonesia, karena disuruh Kakaknya untuk membantu di perusahaan orang tua mereka yang berada di Indonesia."Kenapa kamu nggak bilang dulu kalau mau kesini? Kan Aku bisa menjemputmu di bandara," ucap Arshima senang, lalu memeluk sahabat barunya."Aku sangat merindukanmu, Beibeh. Aku hanya ingin memberimu kejutan," ucap Monica seraya memeluk Arshima."Oh ya, kamu tinggal di rumahku kan?" tanya Arshima pada Monica."Ya enggak lah, Beib. Aku tinggal sama Kak Alex. Mana beri ijin dia kalau aku tinggal di sembarang tempat," jawab Monica. Alex adalah Kakak dari Monica."Yaahhh...sayang banget. Padahal aku masih kangen berat sama kamu," Arshima memanyunkan bibirnya."Kita kan bakal se
Arshima terus ditarik oleh Monica menuju Mobil mereka yang berada di parkiran cafe. Monica melepas tangan Arshima, lalu menatapnya dengan penuh selidik."Siapa cowok tadi?" tanya Monica selepas ia melepaskan genggaman tangannya pada Arshima."Cowok yang mana?" Arshima berpura-pura tidak paham akan maksud dari pertanyaan Monica."Nggak usah ngeles. Cowok yang sedari tadi lo pelototin," ucap Monica seraya mendorong kepala Arshima dengan pelan."Em-mh i-itu...gue nggak kenal," Arshima berusaha mengelak, lalu mengalihkan pandangannya."Nggak usah bohong begitu. Gue tau, kalau lo pasti menyembunyikan sesuatu dari gue," desak Monica kepada Arshima.Arshima semakin salah tingkah, bila ditatap seperti itu oleh Monica. Ia memang tidak menceritakan tentang Rendra. Sewaktu dulu baru datang di Amerika, dan baru mengenal Monica. Arshima hanya bilang, dirinya ingin menena
Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir."Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga."Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama."Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.Ayah Eko hanya
"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima."Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima."Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu."Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima."Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah."Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
Assalamu'alaikum," Rendra mengucapkan salam seraha menunduk sopan. Rendra meraih pergelangan tangan orang tersebut, lalu mencium punggung tangan orang itu.Arshima sedikit cemas, takut akan ada penolakan dari mama nya. Tapi apa yang di takutkan olehnya, kini pudar sudah. Mama Indah menyapa Rendra dengan senyuman, bahkan menanyakan kabar Rendra.Dulu memang Rendra pernah beberapa kali menjemput Arshima dari rumah. Dan tidak jarang pula Rendra singgah sebentar, hanya untuk meminum teh dan mengobrol dengan Eko, papa nya Arshima.Karena Rendra dulu suka membuat Arshima bekerja lembur dan akhirnya mau tidak mau Arshima pulang malam. Dan memang itulah tujuan terselubung yang Rendra rencanakan. Ia akan selalu memaksa untuk mengantar Arshima pulang, meskipun Arshima sering kali menolaknya."Bagaimana kabarmu, Nak Rendra?" sapa Indah dengan ramah."Alhamdulillah baik, Tante," ada rasa
Setelah beristirahat dan sholat di rumah itu masa depan mereka, Rendra mengajak Arshima pulang ke rumah papa Eko. Sebenarnya Arshima masih takut, kalau Rendra akan di usir dan parahnya mereka tidak di restui.Mobil yang mereka tumpangi telah sampai. Rendra segera mematikan mesin mobil dan akan bersiap untuk kamu turun dari mobil. Namun kegiatannya di cegah eh Arshima."Mas....," Panggil Arshima.Rendra menoleh ke arah Arshima berada lalu bertanya dengan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?""Aku takut, kalau Papa nggak merestui hubungan kita, Mas." ucap Arshima lirih.Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana jika papanya nanti malah menentang hubungan mereka. Arshima tidak sanggup bila harus terpisah lagi dengan Rendra. Ia merasa tak mampu untuk itu, dan tidak siap bila harus di paksa melupakan Rendra. Lelaki pertama yang ada di dalam hatinya sampai saat ini."Sshhtt... Kamu jangan pesimis dulu, Sayang. Kita belum mencobanya.
"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Arshima saat Rendra membawanya pergi dan sekarang tengah melewati jalan yang tidak pernah ia lewati sebelumnya.Ya, setelah kejadian tadi di cafe. Rendra kemudian mengajak Arshima pergi menuju tempat dimana ia mempunyai sesuatu yang akan di tunjukkan pada Arshima.Rendra membelokkan mobilnya di perumahan yang cukup mewah. Hal itu membuat Arshima heran, pasalnya ia tahu kalau rumah Renda bukan di daerah ini. Apalagi Rendra selama ini hanya tinggal di apartemen. Bukan di rumah utama. Lalu sekarang mereka mau bertandang ke rumah siapa?"Kita mampir sholat maghrib dulu di sini. Setelah itu baru aku antar pulang, sekalian meminta restu pada orang tuamu, Sayang," ucap Rendra dengan nada lembut.Kemudian Rendra membuka pintu mobil dan keluar terlebih dulu. Setelah itu ia berjalan memutari depan mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Arshima. Arshima tertegun sekaligus senang dengan apa yang di lakukan oleh
"Kamu risegn saja, Sayang. Nggak usah kerja. Aku yang akan menghidupi semua kebutuhan kamu mulai dari sekarang," Rendra masih betah bermanja ria pada Arshima."Aku akan risegn, kalo aku sudah hamil."Kali ini, jawaban yang di pilih Arshima sangat tidak menguntungkannya dan hampir membawanya ke ujung bahaya. Bagaimana tidak, dengan gerakan cepat Rendra mendorong tubuh Arshima hingga terjatuh ke sofa. Dengan posisi Rendra menindih tubuh Arshima.Beberapa detik, Arshima di buat terpana dengan ketampanan Rendra yang berada tepat di atas tubuhnya. Namun, ia segera menggeleng dan mengembalikan kesadarannya. Lalu mendorong tubuh Rendra meskipun itu sia-sia. Karena perbedaan kekuatan mereka terlalu jauh. Walaupun Arshima seorang yang bisa bela diri."Kalo begitu, kita buat dedeknya sekarang. Biar kamu cepat hamil dan tidak bekerja lagi dengan lelaki itu," sifat posesif Rendra mulai tumbuh.Awalnya, Arshima bersikap tenang dengan perlakua
Setelah lama berpikir sambil menatap buku daftar menu, akhirnya Alex memutuskan untuk makan makanan yang belum pernah ia makan sebelumnya. Alex memilih Bakso Genderuwo. Karena makanan ini tidak dapat di temukan di negara nya.Saat mereka tengah menikmati makan siangnya, datanglah seorang lelaki tampan yang menghampiri meja mereka. Lelaki itu tanpa sungkan duduk menarik kursi dan langsung duduk di samping Arshima."Hai, cantik! Gimana kabarnya?" tanya lelaki itu tersenyum tampan ke arah Arshima.Monica yang berada di samping Arshima pun terpana seketika, saat melihat senyuman maut milik lelaki itu yang mampu membius wanita manapun yang melihatnya."Iisshh apa-apa sih, Kak! Ngapain di sini? Kencan?" Arshima menatap kesal pada lelaki yang baru saja duduk di sebelah nya itu."Enggak. Baru meeting sama klien, terus lihat ada kamu di sini. Ya sudah deh, aku belok!" ujar lelaki itu sembari menyeng
Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk!"Setelah mendapat sahutan dari dalam, Arshima memutar engsel pinta lalu masuk ke dalam ruangan pimpinan perusahaan AW group tersebut. Ia melihat Alex yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatapnya melangkah mendekat."Bapak mencari saya?" tanya Arshima kemudian ia duduk karena Alex mengisyaratkan agar Arahima duduk terlebih dulu."Kamu sudah makan siang?" tanya Alex menatap lembut wajah Arshima."Ini kan belum waktu nya makan siang, Pak?" Arshima heran dengan atasannya itu. Mengapa menanyakan perihal makan siang yang belum waktunya."Nggak apa-apa, kan kurang sepuluh menit lagi. Kalo gitu temani saya makan siang di cafe Benning, ya? Katanya di sana selain tempatnya yang nyaman, makanannya juga enak."Ajakan Alex membuat Arshima terdiam. Pasalnya cafe yang di sebutkan barusan adalah milik kekasihnya, Rendra. Ia tahu Rendr
"Tapi aku ragu, Mas," kata Arshima lirih."Ragu kenapa, Sayang?" Rendra secara otomatis mengubah panggilannya pada Arshima."Ragu, apa Ayah akan merestui kita. Kamu tau sendiri 'kan, Mas? Dia membenci lelaki yang menyebabkan ku pergi dari rumah," ingat Arshima dulu, saat Ayah Eko marah besar. Mengetahui alasan yang sebenarnya, kenapa Arshima pergi dari rumah."Kamu tenang saja, aku yang akan membujuk Ayah kamu agar merestui hubungan kita. Yang penting sekarang bagiku, kamu sudah menerimaku dan tidak akan pergi lagi dari hidupku. Selalu berada di sampingku, apapun itu keadaanya. Kamu mau 'kan?" pinta Rendra. Ia berkata dengan penuh kelembutan di setiap kata-kata yang di ucapkan."Tapi aku nggak mau bila ada orang ketiga diantara hubungan kita kelak, Mas. Apa kamu bisa menjanjikan itu padaku?" Arshima bertanya, menatap lekat netra coklat nan menawan milik Rendra."Kamu tenang
Lalu Arshima melepas kunciannya. Ia merapihkan bajunya yang sedikit terangkat, dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hana bangun."Makanya, jadi orang jangan jahil. Lo nggak tahu, apa yang gue rasain di setiap malam. Selalu membayangkan Mas Rendra dengan wanita lain. Dan gue harus menahan diri, saat kita tidak sengaja bertemu agar tidak memeluk orang yang sangat aku rindukan. Meski berat, tapi aku harus menahan semua itu Na!" ucap Arshima tidak kuasa menahan apa yang ingin ia ucapkan selama ini.Hana langsung mendekat, memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Ia tidak menyangka, kejahilan dirinya akan menyakiti Arshima sedalam ini. "Maafin gue, Shima," lirih Hana sambil matanya berderai air mata.Rendra segera mendekat ke arah Arshima dan juga Hana. Hana yang melihat Rendra, ia melepas pelukannya dan menyenderkan tubuhnya pada Rayzell. Sementara yang lain hanya diam membisu."Shima."
Kemudian mereka melangkah menuju ruangan yang lebih luas. Ruangan dengan interior dan dekor yang sangat mengagumkan dan terasa nyaman. Membuat siapa saja betah, ingin berlama-lama berada di ruangan tersebut. Apalagi dengan adanya bunga-bunga segar, menambah suasana di dalam ruangan itu terasa menenangkan jiwa. Dengan aroma harum yang keluar dari bunga tersebut."Mana baby Dev, Fid?" tanya Arshima tidak sabar. Sesaat mereka duduk di sofa yang super empuk."Sabar dulu napa. Kenalin dulu dong, siapa nih cewek bule cantik?" tanya Fida menatap kearah Monica berada."Dia temanku, saat di Amerika. Sekaligus adik dari atasanku di kantor," terang Arshima. Fida hanya mengangguk, begitu pula dengan Monica."Hana belum sampai ya? Kebiasaan, molor banget," ucap Arshima."Belum. Tadi katanya nunggu anaknya yang di culik sama mayat hidup," jelas Fida. Lalu ia meminta