Bab. 9
Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak.
"Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.
Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.
Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan oleh karyawan cafe.
Dengan langkah besar, Rendra menuju tempat itu. Ia berhenti agak jauh, disaat melihat Narshita sedang bersama siapa. Kamu selalu membawa kebahagian untukku Shita. Buktinya sekarang, kamu ingin mempertemukan aku dengan Shima. Dengan adanya kamu, aku akan menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat lagi dengan Arshima. Gumam Rendra dalam hati.
Sejenak, ia melihat keakraban yang terjalin singkat oleh keduanya. Bibir Rendra tidak pudar, akan senyum yang terus mengembang. Ia juga mendengar, celotehan di antara perempuan yang ia sayangi. Rendra begitu menikmati pemandangan yang di suguhkan di hadapannya. Ia juga berfikir, jika itu sebagai gambaran keluarga kecilnya kelak bersama Arshima. Rendra semakin tidak sabar untuk mewujudkan semua itu.
"Aku harus segera membicarakan masalah ini dengan Rayzell. Aku tidak mau sampai kehilangan dia untuk yang kedua," ucap Rendra lirih.
Rendra kemudian berjalan menuju dimana Arshima juga Narshita berada. Dengan langkah pelan, Rendra mendekat dan duduk di depan Arshima tanpa Arshima sadari. Karena Arshima terlalu fokus dengan tablet. Bahkan sekarang Narshita tertidur di pangkuan Arshima.
"Ekhem!" Rendra berdehem, agar Arshima sadar akan keberadaanya.
Arshima mendongakkan kepala, melihat siapa yang berdehem di depannya. Ia terkejut, saat mendapati Rendra yang sudah duduk di depannya. Dengan senyuman yang memikat siapa saja yang melihat.
Arshima kikuk, tidak tau harus bersikap bagaimana dengan orang yang sudah memiliki seseorang di dalam hati. Terlebih lagi, itu bukan dirinya. Padahal, selama ini ia tidak bisa menghapus nama Rendra di dalam hatinya yang paling dalam.
"Serius banget," ucap Rendra dengan senyuman yang tidak pernah pudar.
"Eh, iya Mas," jawab Arshima sedikit kaku. Lalu ia membenarkan posisi Narshita yang sudah terlelap di pangkuan.
"Dia gangguin kamu ya?" tanya Rendra seraya membelai pipi gembul Narshita.
"Eh tidak kok Mas. Emang Mas kenal ini anak siapa?" tanya Arshima menatap Rendra sekilas. Lalu mengalihkan pandangan. Ia tidak kuat, bila teringat perkataan Rendra yang memiliki seseorang di dalam hatinya.
"Iya," Rendra mengangguk. Lalu mengambil tisu basah, yang sebelum itu ia minta dari karyawan cafe setelah melihat coretan di wajah cantik Arshima.
"Mas mau ngapain?" tanya Arshima sedikit memundurkan badan, saat tangan Rendra menjulur mendekat kearahnya.
"Diem dulu, Ini ada karya Narshita di sini," ucap Rendra seraya mengusap wajah Arshima dengan tisu basah. Arshima mengikuti perintah Rendra, dan hanya diam saja saat Rendra membelai wajahnya. Bahkan sekarang Rendra duduk di sampingnya, dengan tangan kiri yang memegang dagu Arshima untuk di arahkan menghadap tepat kearah Rendra.
Ya Tuhan, kuatkan lah hamba. Sesungguhnya hamba tidak tahan, bila harus bersikap lembut dan main pelan. Hamba lebih suka main jalan pintas saja. Batin Rendra yang menahan hasrat untuk menerkam Arshima.
"Aku bisa sendiri Mas. Nggak enak jika di lihat sama pengunjung lain," Arshima mencoba untuk mengambil alih tisu yang di pegang Rendra, namun Rendra menahannya.
"Mau nurut, apa aku cium?" ucap Rendra yang tersirat kata ancaman bagi Arshima.
Arshima memilih diam, dan tidak komplain dengan apa yang Rendra lakukan pada wajahnya. Meski ia rasa terlalu lama Rendra membersihkannya. Namun Arshima tetap memilih diam. Ia tidak mau, di cium oleh orang yang sudah memiliki kekasih di hatinya.
"Kamu kapan kembali?" tanya Rendra tiba-tiba. Membuat Arshima menatap netra mata Rendra.
"Maksud Mas?" Arshima bertanya balik pada Rendra.
"Kapan kembali lagi padaku?" tanya Rendra, seraya mengusap bagian atas bibir Arshima yang juga terkena coretan oleh Narshita. Kuatkan iman hamba yang dangkal ini Tuhan. Ingin sekali aku menikmati bibir manis ini, yang susah aku lupakan. Batin Rendra, seraya menelan ludahnya dengan kasar.
Arshima terdiam sejenak, lalu memberanikan diri untuk bertanya pada Rendra. Hal yang selama ini mengganggu pikiran, meski ia sudah berusaha melupakan Rendra.
"Bukannya Mas, sudah punya seseorang yang berada di dalam hati Mas?" tanya Arshima sedikit ragu. Hatinya sedikit lega, saat pertanyaan itu keluar juga.
Rendra menghentikan aktifitasnya, lalu menatap Arshima dengan tatapan yang susah di artikan. Ia tidak mengerti, kenapa Arshima bertanya seperti itu.
"Maksud kamu, aku sudah punya kekasih, begitu?" tanya Rendra yang berhasil mengartikan pertanyaan dari Arshima. Lalu di jawab anggukkan kepala oleh Arshima.
"Aku tidak punya kekasih Shima. Hanya ka...." ucapan Rendra terhenti saat Narshita menangis.
Dengan sigap, Arshima berdiri dan mengepuk-ngepuk paha Narshita. Agar Narshita tertidur kembali. Namun, Narshita semakin membuka mata dengan lebar. Lalu menoleh ke arah Rendra, tangan mungilnya menjulur pada Rendra.
"Pipi, Tata ayus. Ao uyang, ayus," (Pipi, Narshita haus. Ayo pulang, haus) ucap Narshita dengan tangan yang meminta gendong Rendra.
"Oohh, anak pipi haus? Ingin minum cucu pada Mama?" ucap Rendra, seraya mengambil alih Narshita dari gendongan Arshima.
"Pipi? Mama?" tanya Arshima menatap Rendra tidak percaya. Berarti benar, apa yang selama ini ia pikirkan tentang Rendra setelah pertemuannya kembali. Rendra benar-benar sudah memiliki kekasih. Eh bukan, sudah memiliki seorang istri malah. Di tambah juga dengan seorang anak yang begitu menggemaskan.
"Jangan salah paham dulu Shima. Aku bisa jelaskan," ucap Rendra yang menangkap ada kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
"Aku nggak pa pa kok, Mas. Ya sudah, aku pulang dulu," ucap Arshima memaksakan senyumnya. Lalu menatap kearah Narshita, " Mimi pulang ya Sayang, terimakasih sudah menemani Mimi hari ini," pamit Arshima pada Narshita. Lalu Arshima mencium pipi Narshita sebagai tanda perpisahan.
"Tunggu Shima! Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan!" ucap Rendra berusaha menahan Arshima. Namun, Arshima tetap mengemasi barang-barang yang ia taruh di meja.
"Apalagi sih Mas! Emang apa yang aku pikirkan?" ucap Arshima dengan nada yang sudah berbeda dari sebelumnya.
"Dengarin penjelasan ku dulu, atau aku cium kamu di sini sekarang juga!" Lagi-lagi Rendra malah mengancam Arshima. Bukannya di rayu gitu.
"Terserah Mas saja!" Arshima tidak menghiraukan ancaman dari Rendra. Ia tetap melanjutkan berkemas.
Rendra tidak bisa berfikir jernih lagi, di saat melihat Arshima yang tetap ingin pergi. Dengan cepat, ia menarik lengan Arshima, hingga Arshima sedikit kehilangan keseimbangan. Lalu, Rendra mencium bibir Arshima sekilas. Dengan Narshita yang berada di gendongan sebelah tangannya.
Rendra juga tidak menghiraukan tatapan dari pengunjung lain, yang sedang menikmati tontonan gratis yang mereka tunjukkan. Bahkan, karyawan Rendra pun di buat terkejut saat melihat atasan mereka mencium seorang gadis di tempat umum. Pasalnya, selama mereka bekerja pada Rendra, mereka tidak pernah melihat sekalipun Rendra dekat dengan seorang perempuan. Bahkan ada di antara mereka, yang mengira Rendra itu Gay.
Arshima terkejut bukan main. Rendra benar-benar mencium dirinya di depan orang banyak. Bahkan, disaat ada batita yang bersama mereka. Arshima juga merasa seperti dejavu, saat pertama kali ciuman pertamanya juga di curi seperti ini oleh orang yang sama.
******Jangan menilai sesuatu itu dari sampulnya saja. Jangan pula, memasukkan informasi yang kita dengar tanpa menelusuri informasi itu benar atau tidaknya. Cermat lah dalam menelaah sesuatu."Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat
Setelah kepergian Arshima dan Alex. Mama Indah mendekat pada Ayah Eko. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sedari tadi, waktu melihat sikap Alex yang adalah atasan Arshima itu."Yah!" panggil Mama Indah."Hemm.""Itu si atasan Shima, kelihatannya naksir deh sama anak kamu," ucap praduga Mama Indah."Atasan Shima? Maksudnya baju atasan yang di pakai Shima?" Ayah Eko mencoba memancing emosi sang istri. Dan itu berhasil."Bukan, Yaahh! Maksud Mama, bosnya Shima. Bukan baju atasan yang Shima pakai," geram Mama Indah yang berhasil di pancing emosinya."Owh, kirain. Naksir bagaimana sih Ma?" tanya Ayah Eko pura-pura tidak mengerti sembari terkekeh kecil."Suka, gitu maksudnya Yah. Massa iya, seorang atasan membawakan koper karyawan. Apa namanya bila tidak naksir?" ucap Mama Indah, yang menduga perasaan Alex."Iya juga ya Ma. Ayah
Entah mengapa, kemunculan Arshima dalam hidupnya membuat Alex begitu tertarik pada kepribadian yang ada pada gadis itu. Namun, di setiap kali ia mendekat, Arshima selalu menjaga jarak. Seperti ada tembok yang tebal, menghalangi dirinya untuk lebih dekat lagi.Terkadang Alex menggunakan alasan pekerjaan, sebagai dalil nya untuk bisa dekat dengan Arshima. Namun, gadis itu selalu saja membentengi diri dengan benteng yang sangat kokoh. Sulit bagi Alex untuk bisa menembusnya."Ayo! Keburu telat nanti," sarkas Alex. Ia menggeleng kepala tatkala melihat Arshima yang masih asyik mengobrol dengan dua gadis itu.Dengan gerakan cepat, Arshima menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya. Mampus gue, bila sampai di potong gaji bulan ini. Karena membuat si bos menunggu. Batin Arshima. Ia berlari mengejar keberadaan Alex.Kemudian mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk ke pesawat.
Rendra mengangguk, kemudian menerima kertas yang di ulurkan padanya. Ia genggam dengan erat kertas itu. Seakan itu adalah nyawanya, yang berada di ujung lembah kepatahan. Lalu Rendra menatap gadis di depannya itu, seraya mengangkat bahu gadis itu agar berdiri dari posisi jongkok. Gadis itu pun menurut."Siapa nama mu?" tanya Rendra pada gadis yang sekarang berdiri tepat di hadapannya."Sava, Om. Sava De Jough," jawab gadis yang bernama Sava itu. Ia juga merupakan seorang blasteran."Kapan dia memberikan surat ini padamu?" tanya Rendra dengan suara sedikit gemetar."Setengah jam yang lalu Om," jawab Sava. Gadis itu terlihat meneliti setiap inchi wajah Rendra. "Ternyata benar, apa yang di bilang Kakak cantik itu," celetuknya kemudian."Apa memang?" tanya Rendra penasaran.Sebelum sempat gadis itu menjawab, datang lah Assisten Rendra yang berlari ke arah mereka
Setelah dirasa sudah rapih, Rendra melangkah keluar dari kamar hotel yang terbilang sangat mewah. Untuk ukuran satu orang, kamar itu terlalu besar dan sangat luas. Lalu Rendra berjalan menuju ke lokasi proyek yang sedang berlangsung di bangun. Ia akan menemui seorang pimpinan perusahaan yang menjadi rekan bisnis dari perusahaan Ferdinan group. Mereka ada janji di lokasi yang di tuju, pada pukul sepuluh pagi. Berarti, kurang dari satu jam, Rendra harus segera berada di lokasi yang menjadi pertemuan mereka.Setelah sampai, Rendra langsung menuju ke tempat pertemuan itu terjadi. Di sana, sudah ada Alex dan juga jajaran staf lain yang menunggu kehadiran Rendra. Ada delapan orang yang berada di ruangan itu. Di tambah Rendra dan juga pak Saiful.Rendra masuk dengan langkah yang tenang. Lalu menjabat tangan mereka secara bergantian."Maaf, saya terlambat Pak Alex," ucap Rendra merasa tidak enak, karena ia datang
Sepergian Rendra, Arshima meminta ijin untuk beristirahat di kamarnya duluan. Karena setelah meeting barusan, tidak ada jadwal lagi untuknya. Hingga ia memilih untuk beristirahat di kamar.Sebelumnya, Alex mengajak Arshima berkeliling untuk menikmati indahnya kota Malang di malam hari. Namun, Lagi-lagi ia harus menerima penolakan dari Arshima. Alex tidak mengerti, kenapa dirinya selalu di tolak oleh gadis itu. Penolakan itu, semakin membuat Alex penasaran dengan Arshima."Jalan-jalan lah sebentar denganku. Menikmati keasrian kota Malang. Sebelum kita besok kembali ke Jakarta," pinta Alex, sebelum Arshima melenggang pergi ke kamarnya."Maaf Pak, bukannya saya menolak. Tapi saya merasa kurang enak badan," elak Arshima."Apa kamu demam? Kita periksa ke dokter ya!" ucap Alex panik. Lalu menempelkan telapak tangannya ke kening Arshima, untuk mengecek suhu tubuh Arshima."Tidak u
Kemudian mereka melangkah menuju ruangan yang lebih luas. Ruangan dengan interior dan dekor yang sangat mengagumkan dan terasa nyaman. Membuat siapa saja betah, ingin berlama-lama berada di ruangan tersebut. Apalagi dengan adanya bunga-bunga segar, menambah suasana di dalam ruangan itu terasa menenangkan jiwa. Dengan aroma harum yang keluar dari bunga tersebut."Mana baby Dev, Fid?" tanya Arshima tidak sabar. Sesaat mereka duduk di sofa yang super empuk."Sabar dulu napa. Kenalin dulu dong, siapa nih cewek bule cantik?" tanya Fida menatap kearah Monica berada."Dia temanku, saat di Amerika. Sekaligus adik dari atasanku di kantor," terang Arshima. Fida hanya mengangguk, begitu pula dengan Monica."Hana belum sampai ya? Kebiasaan, molor banget," ucap Arshima."Belum. Tadi katanya nunggu anaknya yang di culik sama mayat hidup," jelas Fida. Lalu ia meminta
Lalu Arshima melepas kunciannya. Ia merapihkan bajunya yang sedikit terangkat, dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hana bangun."Makanya, jadi orang jangan jahil. Lo nggak tahu, apa yang gue rasain di setiap malam. Selalu membayangkan Mas Rendra dengan wanita lain. Dan gue harus menahan diri, saat kita tidak sengaja bertemu agar tidak memeluk orang yang sangat aku rindukan. Meski berat, tapi aku harus menahan semua itu Na!" ucap Arshima tidak kuasa menahan apa yang ingin ia ucapkan selama ini.Hana langsung mendekat, memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Ia tidak menyangka, kejahilan dirinya akan menyakiti Arshima sedalam ini. "Maafin gue, Shima," lirih Hana sambil matanya berderai air mata.Rendra segera mendekat ke arah Arshima dan juga Hana. Hana yang melihat Rendra, ia melepas pelukannya dan menyenderkan tubuhnya pada Rayzell. Sementara yang lain hanya diam membisu."Shima."
Assalamu'alaikum," Rendra mengucapkan salam seraha menunduk sopan. Rendra meraih pergelangan tangan orang tersebut, lalu mencium punggung tangan orang itu.Arshima sedikit cemas, takut akan ada penolakan dari mama nya. Tapi apa yang di takutkan olehnya, kini pudar sudah. Mama Indah menyapa Rendra dengan senyuman, bahkan menanyakan kabar Rendra.Dulu memang Rendra pernah beberapa kali menjemput Arshima dari rumah. Dan tidak jarang pula Rendra singgah sebentar, hanya untuk meminum teh dan mengobrol dengan Eko, papa nya Arshima.Karena Rendra dulu suka membuat Arshima bekerja lembur dan akhirnya mau tidak mau Arshima pulang malam. Dan memang itulah tujuan terselubung yang Rendra rencanakan. Ia akan selalu memaksa untuk mengantar Arshima pulang, meskipun Arshima sering kali menolaknya."Bagaimana kabarmu, Nak Rendra?" sapa Indah dengan ramah."Alhamdulillah baik, Tante," ada rasa
Setelah beristirahat dan sholat di rumah itu masa depan mereka, Rendra mengajak Arshima pulang ke rumah papa Eko. Sebenarnya Arshima masih takut, kalau Rendra akan di usir dan parahnya mereka tidak di restui.Mobil yang mereka tumpangi telah sampai. Rendra segera mematikan mesin mobil dan akan bersiap untuk kamu turun dari mobil. Namun kegiatannya di cegah eh Arshima."Mas....," Panggil Arshima.Rendra menoleh ke arah Arshima berada lalu bertanya dengan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?""Aku takut, kalau Papa nggak merestui hubungan kita, Mas." ucap Arshima lirih.Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana jika papanya nanti malah menentang hubungan mereka. Arshima tidak sanggup bila harus terpisah lagi dengan Rendra. Ia merasa tak mampu untuk itu, dan tidak siap bila harus di paksa melupakan Rendra. Lelaki pertama yang ada di dalam hatinya sampai saat ini."Sshhtt... Kamu jangan pesimis dulu, Sayang. Kita belum mencobanya.
"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Arshima saat Rendra membawanya pergi dan sekarang tengah melewati jalan yang tidak pernah ia lewati sebelumnya.Ya, setelah kejadian tadi di cafe. Rendra kemudian mengajak Arshima pergi menuju tempat dimana ia mempunyai sesuatu yang akan di tunjukkan pada Arshima.Rendra membelokkan mobilnya di perumahan yang cukup mewah. Hal itu membuat Arshima heran, pasalnya ia tahu kalau rumah Renda bukan di daerah ini. Apalagi Rendra selama ini hanya tinggal di apartemen. Bukan di rumah utama. Lalu sekarang mereka mau bertandang ke rumah siapa?"Kita mampir sholat maghrib dulu di sini. Setelah itu baru aku antar pulang, sekalian meminta restu pada orang tuamu, Sayang," ucap Rendra dengan nada lembut.Kemudian Rendra membuka pintu mobil dan keluar terlebih dulu. Setelah itu ia berjalan memutari depan mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Arshima. Arshima tertegun sekaligus senang dengan apa yang di lakukan oleh
"Kamu risegn saja, Sayang. Nggak usah kerja. Aku yang akan menghidupi semua kebutuhan kamu mulai dari sekarang," Rendra masih betah bermanja ria pada Arshima."Aku akan risegn, kalo aku sudah hamil."Kali ini, jawaban yang di pilih Arshima sangat tidak menguntungkannya dan hampir membawanya ke ujung bahaya. Bagaimana tidak, dengan gerakan cepat Rendra mendorong tubuh Arshima hingga terjatuh ke sofa. Dengan posisi Rendra menindih tubuh Arshima.Beberapa detik, Arshima di buat terpana dengan ketampanan Rendra yang berada tepat di atas tubuhnya. Namun, ia segera menggeleng dan mengembalikan kesadarannya. Lalu mendorong tubuh Rendra meskipun itu sia-sia. Karena perbedaan kekuatan mereka terlalu jauh. Walaupun Arshima seorang yang bisa bela diri."Kalo begitu, kita buat dedeknya sekarang. Biar kamu cepat hamil dan tidak bekerja lagi dengan lelaki itu," sifat posesif Rendra mulai tumbuh.Awalnya, Arshima bersikap tenang dengan perlakua
Setelah lama berpikir sambil menatap buku daftar menu, akhirnya Alex memutuskan untuk makan makanan yang belum pernah ia makan sebelumnya. Alex memilih Bakso Genderuwo. Karena makanan ini tidak dapat di temukan di negara nya.Saat mereka tengah menikmati makan siangnya, datanglah seorang lelaki tampan yang menghampiri meja mereka. Lelaki itu tanpa sungkan duduk menarik kursi dan langsung duduk di samping Arshima."Hai, cantik! Gimana kabarnya?" tanya lelaki itu tersenyum tampan ke arah Arshima.Monica yang berada di samping Arshima pun terpana seketika, saat melihat senyuman maut milik lelaki itu yang mampu membius wanita manapun yang melihatnya."Iisshh apa-apa sih, Kak! Ngapain di sini? Kencan?" Arshima menatap kesal pada lelaki yang baru saja duduk di sebelah nya itu."Enggak. Baru meeting sama klien, terus lihat ada kamu di sini. Ya sudah deh, aku belok!" ujar lelaki itu sembari menyeng
Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk!"Setelah mendapat sahutan dari dalam, Arshima memutar engsel pinta lalu masuk ke dalam ruangan pimpinan perusahaan AW group tersebut. Ia melihat Alex yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatapnya melangkah mendekat."Bapak mencari saya?" tanya Arshima kemudian ia duduk karena Alex mengisyaratkan agar Arahima duduk terlebih dulu."Kamu sudah makan siang?" tanya Alex menatap lembut wajah Arshima."Ini kan belum waktu nya makan siang, Pak?" Arshima heran dengan atasannya itu. Mengapa menanyakan perihal makan siang yang belum waktunya."Nggak apa-apa, kan kurang sepuluh menit lagi. Kalo gitu temani saya makan siang di cafe Benning, ya? Katanya di sana selain tempatnya yang nyaman, makanannya juga enak."Ajakan Alex membuat Arshima terdiam. Pasalnya cafe yang di sebutkan barusan adalah milik kekasihnya, Rendra. Ia tahu Rendr
"Tapi aku ragu, Mas," kata Arshima lirih."Ragu kenapa, Sayang?" Rendra secara otomatis mengubah panggilannya pada Arshima."Ragu, apa Ayah akan merestui kita. Kamu tau sendiri 'kan, Mas? Dia membenci lelaki yang menyebabkan ku pergi dari rumah," ingat Arshima dulu, saat Ayah Eko marah besar. Mengetahui alasan yang sebenarnya, kenapa Arshima pergi dari rumah."Kamu tenang saja, aku yang akan membujuk Ayah kamu agar merestui hubungan kita. Yang penting sekarang bagiku, kamu sudah menerimaku dan tidak akan pergi lagi dari hidupku. Selalu berada di sampingku, apapun itu keadaanya. Kamu mau 'kan?" pinta Rendra. Ia berkata dengan penuh kelembutan di setiap kata-kata yang di ucapkan."Tapi aku nggak mau bila ada orang ketiga diantara hubungan kita kelak, Mas. Apa kamu bisa menjanjikan itu padaku?" Arshima bertanya, menatap lekat netra coklat nan menawan milik Rendra."Kamu tenang
Lalu Arshima melepas kunciannya. Ia merapihkan bajunya yang sedikit terangkat, dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hana bangun."Makanya, jadi orang jangan jahil. Lo nggak tahu, apa yang gue rasain di setiap malam. Selalu membayangkan Mas Rendra dengan wanita lain. Dan gue harus menahan diri, saat kita tidak sengaja bertemu agar tidak memeluk orang yang sangat aku rindukan. Meski berat, tapi aku harus menahan semua itu Na!" ucap Arshima tidak kuasa menahan apa yang ingin ia ucapkan selama ini.Hana langsung mendekat, memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Ia tidak menyangka, kejahilan dirinya akan menyakiti Arshima sedalam ini. "Maafin gue, Shima," lirih Hana sambil matanya berderai air mata.Rendra segera mendekat ke arah Arshima dan juga Hana. Hana yang melihat Rendra, ia melepas pelukannya dan menyenderkan tubuhnya pada Rayzell. Sementara yang lain hanya diam membisu."Shima."
Kemudian mereka melangkah menuju ruangan yang lebih luas. Ruangan dengan interior dan dekor yang sangat mengagumkan dan terasa nyaman. Membuat siapa saja betah, ingin berlama-lama berada di ruangan tersebut. Apalagi dengan adanya bunga-bunga segar, menambah suasana di dalam ruangan itu terasa menenangkan jiwa. Dengan aroma harum yang keluar dari bunga tersebut."Mana baby Dev, Fid?" tanya Arshima tidak sabar. Sesaat mereka duduk di sofa yang super empuk."Sabar dulu napa. Kenalin dulu dong, siapa nih cewek bule cantik?" tanya Fida menatap kearah Monica berada."Dia temanku, saat di Amerika. Sekaligus adik dari atasanku di kantor," terang Arshima. Fida hanya mengangguk, begitu pula dengan Monica."Hana belum sampai ya? Kebiasaan, molor banget," ucap Arshima."Belum. Tadi katanya nunggu anaknya yang di culik sama mayat hidup," jelas Fida. Lalu ia meminta