"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima.
"Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima.
"Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu.
"Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima.
"Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah.
"Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
"Kenapa harus di cafe Benning? Kok nggak di tempat lain saja?" ucap Arshima yang sedikit tidak suka. Karena ia teringat kejadian kemarin pas bertemu dengan Rendra.
"Karena, di sana selain tempatnya bagus, makanannya juga enak banget. Siapa tahu juga kan, aku mendapatkan jodohku di sana," jawab Monica seraya mengedip-ngedipkan matanya.
"Tempat lain saja ya?" Arshima mencoba nego dengan Monica. Karena ia benar-benar tidak ingin bila bertemu dengan Rendra kembali.
"Tidak ada tawar menawar. Oke, sekarang kita mulai bekerja. Daripada ntar di pelototin si banteng. Mau?" tanya Monica. Kemudian mendapat gelengan kepala dari Arshima.
Mereka melangkah menuju ruangan, yang akan menjadi tempat mereka berkutat dengan berkas-berkas yang akan menyibukkan mereka seharian.
Di hari pertama kerja, mereka melakukan tugas mereka dengan baik dan hasilnya yang sangat memuaskan bagi atasan mereka. Meski ini perusahaan keluarga Monica, lantas tidak membuat Monica mendapatkan perlakuan khusus ataupun jabatan yang khusus. Monica tetap seperti karyawan lain yang bekerja sesuai kemampuan dan bidang yang di kuasai. Alex tidak mau Monica menjadi pribadi yang buruk, bila ia memperlakukan Monica secara khusus.
Waktu pulang kerja pun tiba, Monica dan Arshima berjalan beriringan menuju lobby. Wajah Arshima yang cantik namun terlihat kalem, dan wajah Monica yang memang kontras dengan wajah seorang bule. Membuat mereka menjadi pusat perhatian dari para karyawan lain yang juga sedang berjalan menuju lobby.
"Eh, itu kan karyawan baru. Cantik banget bro."
"Iya, sebelahnya bule ya? Waaahh bisa bening beneran nih mata. Setiap hari dapat vitamin."
"Lihat deh body-nya, aauuhhh bikin emes!"
"Kalo gini mah, aku nggak akan pernah absen lagi."
"Gue incar yang lokal saja lah. Wajahnya terlihat menenangkan hati gue."
Dan masih banyak lagi yang mereka dengar dari ocehan para karyawan laki-laki yang berada di sekitar mereka. Namun Arshima dan Monica tidak menghiraukan perkataan para karyawan laki-laki tersebut. Mereka berdua tetap melangkah dengan anggun. Hingga sebuah tangan mencekal Arshima untuk melangkahkan kakinya.
"Aahh...benar kamu Shima, 'kan? Temannya Hana?" ucap seseorang yang mencekal tangan Arshima.
"Kakak! Ngapain Kakak di sini?" tanya Arshima kaget, setelah mengetahui siapa yang menghentikan ia untuk melangkah. Sedangkan Monica hanya diam melihat interaksi di antara mereka.
"Aku sedang ada kerjasama dengan perusahaan AW group. Kamu sendiri ngapain di sini? Dan kapan pulang dari Amerika?" orang itu memberondong berbagai pertanyaan pada Arshima.
"Ini hari pertama ku kerja Kak. Aku udah dapat semingguan di rumah," jawab Arshima seraya tersenyum manis.
"Kamu itu! Pergi nggak pamit, pulang pun juga nggak ngabarin Kakak dulu," ucap kesal orang itu seraya tangannya mencubit dengan gemas pipi Arshima.
"Aaauucchhh...sakit Kak! Bukannya di peluk kek pas ketemu, ini malah di cubit," dengus Arshima, tangannya mengelus pipinya yang terasa sakit karena cubitan dari orang itu.
"Emang boleh, Kakak peluk?" tanya orang itu menaik turunkan alisnya.
"Hehe enggak!" jawab Arshima menyengir.
"Lagian bisa-bisa Kakak di giling sama mayat hidup itu. Iihhh ngeri dah Kakak bayanginnya," ucap orang itu seraya bergidik ngeri.
"Hah, mayat hidup? Siapa Kak?" tanya Arshima penuh dengan rasa penasaran.
Belum sempat orang itu menjawab pertanyaan Arshima, ia sudah di panggil oleh sekretarisnya agar lebih cepat untuk menemui pemimpin perusahaan AW group. Kemudian orang itu pamit pada Arshima dan nomor telepon. Orang itu berpesan akan mengajak Arshima di tempat usaha mayat hidup tersebut, dan berjanji akan menceritakan semuanya pada Arshima apa yang telah ia lihat.
Alex melihat semua interaksi Arshima bersama seorang lelaki yang terlihat begitu akrab. Ia yang kebetulan akan menjemput klien, ia urungkan di saat melihat kliennya sedang mengobrol dengan Arshima di lobby.
"Siapa lagi nih cowok cakep?" tanya Monica penasaran. Arshima yang baru pulang kembali sudah di kerumuni oleh cowok-cowok tampan.
"Kenalan lama," jawab Arshima, " Ya udah yuk, pulang dulu sebelum ke cafe Benning. Ganti baju, nggak enak nih rasanya lengket semua. Sekalian dandan, katamu siapa tahu dapat jodoh 'kan?" kata Arshima seraya mengerlingkan matanya.
"Apa sih!" ucap Monica dengan di iringi senyum yang indah.
Mereka menuju mobil masing-masing. Lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang, mereka janjian untuk bertemu di cafe Benning pada pukul tujuh malam.
Seminggu sudah, Arshima bekerja di perusahaan AW group. Ia sangat menikmati pekerjaan pertamanya setelah kembali. Hari-hari Arshima, kini di sibukkan dengan berkas-berkas perusahaan yang mampu membuat otaknya berfikir terlalu keras.
Hampir setiap hari, Arshima mampir ke cafe Benning setelah pulang kerja. Suasana di sana mampu menghilangkan rasa lelah, karena bekerja seharian. Semenjak kejadian salah paham, ia belum bertemu dengan Rendra kembali. Meski terkadang di hati kecilnya mengharapkan pertemuan tidak sengaja seperti itu lagi.
Sekarang hari minggu, dimana dirinya libur bekerja dan memilih menghabiskan waktu di cafe Benning. Ia menghindar dari ajakan Alex, sang atasan. Alex selalu mendekati Arshima di waktu senggang. Terkadang, di jam istirahat pun Alex rela mengantri di kantin perusahaan agar bisa makan bareng Arshima. Padahal, sebelumnya Alex tidak pernah menginjakkan kakinya di kantin perusahaan yang di khususkan untuk karyawan.
Arshima membawa tablet yang biasa ia gunakan untuk menuangkan ide-idenya. Dengan jari lentik, ia seringkali menghasilkan desain yang sangat menakjubkan. Satu jam sudah, Arshima berada di cafe Benning. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa ia bosan di tempat tersebut. Ia malah terlihat khusuk dengan tablet di tangannya.
Arshima tidak menyadari, kalau ada seorang batita yang sangat cantik nan menggemaskan menghampiri dirinya. Ia masih khusuk dengan tablet nya.
"Mi...Mi...." panggil batita itu seraya menarik ujung baju Arshima.
Arshima merasa ada yang menarik ujung bajunya, dan seperti suara batita yang berbicara. Kemudian ia menoleh kearah suara. Ia begitu terkejut dengan adanya seorang batita yang sedang menarik ujung bajunya. Dengan sigap Arshima meletakkan tablet nya dan mengangkat batita tersebut, lalu di arahkan di pangkuan.
"Tu...tuu...tantiknya! Anak ciapa ini?" tanya Arshima dengan suara di buat lucu.
"Nyak Eddy (Anak Daddy)," jawab batita itu dengan bahasa yang sulit di pahami.
"Oowwhh, anaknya Pak Eddy?" tanya Arshima, seraya mengelus pipi gembul si batita.
"Ukan! Pi Eddy (Bukan! Tapi Daddy)," ucap batita itu, berusaha membenarkan perkataannya. Namun masih sama yang terdengar oleh Arshima.
"Owh iya-iya," ucap Arshima, menyerah dengan apa yang di maksud batita di pangkuannya sekarang ini.
Arshima Melihat-lihat di sekelilingnya, mungkin ada yang mencari anak yang sedang ia pangku. Dirasa nggak ada orang yang mencari si batita, Arshima mulai mengajak main anak itu dengan permainan di ponselnya.
Mereka terlihat sangat akrab, si batita juga terus tersenyum senang di pangkuan Arshima. Arshima begitu telaten dengan semua permintaan si batita. Kini, si batita meminta sesuatu untuk di coret-coret pada buku yang Arshima bawa. Arshima memberikan semua apa yang di minta oleh si batita.
"Mi, tu," pinta si batita menunjuk pouch yang berisi alat lukis untuk wajah Arshima. Lalu Arshima memberikan nya pada si batita. Batita itu memilih apa yang terlihat menarik untuknya.
Kemudian dengan bakat yang terpendam, si batita menarik wajah Arshima. Arshima pun menuruti semua kemauan si batita. Dengan tangannya yang mungil, juga pensil alis yang di pegang. Si batita itu melukis wajah Arshima dengan garis yang berlawanan arah.
"Aduuhh, mau di gambar apa ini, Sayang, wajah Mimi?" ucap Arshima seraya memejamkan mata.
"Auyus (Dinosaurus)" jawab si batita.
"Hemm, auyus," ucap Arshima yang sebenarnya tidak mengerti. Ia hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan batita itu pada wajah mulusnya.
Banyak orang yang melihat kearah Arshima juga si batita itu dengan tersenyum. Karena kini wajah Arshima terlihat sangat lucu dengan coretan-coretan tidak berbentuk yang batita itu buat.
******Berhati-hatilah dalam bertutur kata. Karena setiap kata yang kita ucapkan itu adalah sebuah do'a. Jadi, pikirkanlah dulu sebelum berucap.Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
"Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat
Setelah kepergian Arshima dan Alex. Mama Indah mendekat pada Ayah Eko. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sedari tadi, waktu melihat sikap Alex yang adalah atasan Arshima itu."Yah!" panggil Mama Indah."Hemm.""Itu si atasan Shima, kelihatannya naksir deh sama anak kamu," ucap praduga Mama Indah."Atasan Shima? Maksudnya baju atasan yang di pakai Shima?" Ayah Eko mencoba memancing emosi sang istri. Dan itu berhasil."Bukan, Yaahh! Maksud Mama, bosnya Shima. Bukan baju atasan yang Shima pakai," geram Mama Indah yang berhasil di pancing emosinya."Owh, kirain. Naksir bagaimana sih Ma?" tanya Ayah Eko pura-pura tidak mengerti sembari terkekeh kecil."Suka, gitu maksudnya Yah. Massa iya, seorang atasan membawakan koper karyawan. Apa namanya bila tidak naksir?" ucap Mama Indah, yang menduga perasaan Alex."Iya juga ya Ma. Ayah
Entah mengapa, kemunculan Arshima dalam hidupnya membuat Alex begitu tertarik pada kepribadian yang ada pada gadis itu. Namun, di setiap kali ia mendekat, Arshima selalu menjaga jarak. Seperti ada tembok yang tebal, menghalangi dirinya untuk lebih dekat lagi.Terkadang Alex menggunakan alasan pekerjaan, sebagai dalil nya untuk bisa dekat dengan Arshima. Namun, gadis itu selalu saja membentengi diri dengan benteng yang sangat kokoh. Sulit bagi Alex untuk bisa menembusnya."Ayo! Keburu telat nanti," sarkas Alex. Ia menggeleng kepala tatkala melihat Arshima yang masih asyik mengobrol dengan dua gadis itu.Dengan gerakan cepat, Arshima menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya. Mampus gue, bila sampai di potong gaji bulan ini. Karena membuat si bos menunggu. Batin Arshima. Ia berlari mengejar keberadaan Alex.Kemudian mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk ke pesawat.
Rendra mengangguk, kemudian menerima kertas yang di ulurkan padanya. Ia genggam dengan erat kertas itu. Seakan itu adalah nyawanya, yang berada di ujung lembah kepatahan. Lalu Rendra menatap gadis di depannya itu, seraya mengangkat bahu gadis itu agar berdiri dari posisi jongkok. Gadis itu pun menurut."Siapa nama mu?" tanya Rendra pada gadis yang sekarang berdiri tepat di hadapannya."Sava, Om. Sava De Jough," jawab gadis yang bernama Sava itu. Ia juga merupakan seorang blasteran."Kapan dia memberikan surat ini padamu?" tanya Rendra dengan suara sedikit gemetar."Setengah jam yang lalu Om," jawab Sava. Gadis itu terlihat meneliti setiap inchi wajah Rendra. "Ternyata benar, apa yang di bilang Kakak cantik itu," celetuknya kemudian."Apa memang?" tanya Rendra penasaran.Sebelum sempat gadis itu menjawab, datang lah Assisten Rendra yang berlari ke arah mereka
Setelah dirasa sudah rapih, Rendra melangkah keluar dari kamar hotel yang terbilang sangat mewah. Untuk ukuran satu orang, kamar itu terlalu besar dan sangat luas. Lalu Rendra berjalan menuju ke lokasi proyek yang sedang berlangsung di bangun. Ia akan menemui seorang pimpinan perusahaan yang menjadi rekan bisnis dari perusahaan Ferdinan group. Mereka ada janji di lokasi yang di tuju, pada pukul sepuluh pagi. Berarti, kurang dari satu jam, Rendra harus segera berada di lokasi yang menjadi pertemuan mereka.Setelah sampai, Rendra langsung menuju ke tempat pertemuan itu terjadi. Di sana, sudah ada Alex dan juga jajaran staf lain yang menunggu kehadiran Rendra. Ada delapan orang yang berada di ruangan itu. Di tambah Rendra dan juga pak Saiful.Rendra masuk dengan langkah yang tenang. Lalu menjabat tangan mereka secara bergantian."Maaf, saya terlambat Pak Alex," ucap Rendra merasa tidak enak, karena ia datang
Sepergian Rendra, Arshima meminta ijin untuk beristirahat di kamarnya duluan. Karena setelah meeting barusan, tidak ada jadwal lagi untuknya. Hingga ia memilih untuk beristirahat di kamar.Sebelumnya, Alex mengajak Arshima berkeliling untuk menikmati indahnya kota Malang di malam hari. Namun, Lagi-lagi ia harus menerima penolakan dari Arshima. Alex tidak mengerti, kenapa dirinya selalu di tolak oleh gadis itu. Penolakan itu, semakin membuat Alex penasaran dengan Arshima."Jalan-jalan lah sebentar denganku. Menikmati keasrian kota Malang. Sebelum kita besok kembali ke Jakarta," pinta Alex, sebelum Arshima melenggang pergi ke kamarnya."Maaf Pak, bukannya saya menolak. Tapi saya merasa kurang enak badan," elak Arshima."Apa kamu demam? Kita periksa ke dokter ya!" ucap Alex panik. Lalu menempelkan telapak tangannya ke kening Arshima, untuk mengecek suhu tubuh Arshima."Tidak u
Kemudian mereka melangkah menuju ruangan yang lebih luas. Ruangan dengan interior dan dekor yang sangat mengagumkan dan terasa nyaman. Membuat siapa saja betah, ingin berlama-lama berada di ruangan tersebut. Apalagi dengan adanya bunga-bunga segar, menambah suasana di dalam ruangan itu terasa menenangkan jiwa. Dengan aroma harum yang keluar dari bunga tersebut."Mana baby Dev, Fid?" tanya Arshima tidak sabar. Sesaat mereka duduk di sofa yang super empuk."Sabar dulu napa. Kenalin dulu dong, siapa nih cewek bule cantik?" tanya Fida menatap kearah Monica berada."Dia temanku, saat di Amerika. Sekaligus adik dari atasanku di kantor," terang Arshima. Fida hanya mengangguk, begitu pula dengan Monica."Hana belum sampai ya? Kebiasaan, molor banget," ucap Arshima."Belum. Tadi katanya nunggu anaknya yang di culik sama mayat hidup," jelas Fida. Lalu ia meminta
Assalamu'alaikum," Rendra mengucapkan salam seraha menunduk sopan. Rendra meraih pergelangan tangan orang tersebut, lalu mencium punggung tangan orang itu.Arshima sedikit cemas, takut akan ada penolakan dari mama nya. Tapi apa yang di takutkan olehnya, kini pudar sudah. Mama Indah menyapa Rendra dengan senyuman, bahkan menanyakan kabar Rendra.Dulu memang Rendra pernah beberapa kali menjemput Arshima dari rumah. Dan tidak jarang pula Rendra singgah sebentar, hanya untuk meminum teh dan mengobrol dengan Eko, papa nya Arshima.Karena Rendra dulu suka membuat Arshima bekerja lembur dan akhirnya mau tidak mau Arshima pulang malam. Dan memang itulah tujuan terselubung yang Rendra rencanakan. Ia akan selalu memaksa untuk mengantar Arshima pulang, meskipun Arshima sering kali menolaknya."Bagaimana kabarmu, Nak Rendra?" sapa Indah dengan ramah."Alhamdulillah baik, Tante," ada rasa
Setelah beristirahat dan sholat di rumah itu masa depan mereka, Rendra mengajak Arshima pulang ke rumah papa Eko. Sebenarnya Arshima masih takut, kalau Rendra akan di usir dan parahnya mereka tidak di restui.Mobil yang mereka tumpangi telah sampai. Rendra segera mematikan mesin mobil dan akan bersiap untuk kamu turun dari mobil. Namun kegiatannya di cegah eh Arshima."Mas....," Panggil Arshima.Rendra menoleh ke arah Arshima berada lalu bertanya dengan lembut. "Iya, Sayang. Ada apa?""Aku takut, kalau Papa nggak merestui hubungan kita, Mas." ucap Arshima lirih.Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana jika papanya nanti malah menentang hubungan mereka. Arshima tidak sanggup bila harus terpisah lagi dengan Rendra. Ia merasa tak mampu untuk itu, dan tidak siap bila harus di paksa melupakan Rendra. Lelaki pertama yang ada di dalam hatinya sampai saat ini."Sshhtt... Kamu jangan pesimis dulu, Sayang. Kita belum mencobanya.
"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Arshima saat Rendra membawanya pergi dan sekarang tengah melewati jalan yang tidak pernah ia lewati sebelumnya.Ya, setelah kejadian tadi di cafe. Rendra kemudian mengajak Arshima pergi menuju tempat dimana ia mempunyai sesuatu yang akan di tunjukkan pada Arshima.Rendra membelokkan mobilnya di perumahan yang cukup mewah. Hal itu membuat Arshima heran, pasalnya ia tahu kalau rumah Renda bukan di daerah ini. Apalagi Rendra selama ini hanya tinggal di apartemen. Bukan di rumah utama. Lalu sekarang mereka mau bertandang ke rumah siapa?"Kita mampir sholat maghrib dulu di sini. Setelah itu baru aku antar pulang, sekalian meminta restu pada orang tuamu, Sayang," ucap Rendra dengan nada lembut.Kemudian Rendra membuka pintu mobil dan keluar terlebih dulu. Setelah itu ia berjalan memutari depan mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Arshima. Arshima tertegun sekaligus senang dengan apa yang di lakukan oleh
"Kamu risegn saja, Sayang. Nggak usah kerja. Aku yang akan menghidupi semua kebutuhan kamu mulai dari sekarang," Rendra masih betah bermanja ria pada Arshima."Aku akan risegn, kalo aku sudah hamil."Kali ini, jawaban yang di pilih Arshima sangat tidak menguntungkannya dan hampir membawanya ke ujung bahaya. Bagaimana tidak, dengan gerakan cepat Rendra mendorong tubuh Arshima hingga terjatuh ke sofa. Dengan posisi Rendra menindih tubuh Arshima.Beberapa detik, Arshima di buat terpana dengan ketampanan Rendra yang berada tepat di atas tubuhnya. Namun, ia segera menggeleng dan mengembalikan kesadarannya. Lalu mendorong tubuh Rendra meskipun itu sia-sia. Karena perbedaan kekuatan mereka terlalu jauh. Walaupun Arshima seorang yang bisa bela diri."Kalo begitu, kita buat dedeknya sekarang. Biar kamu cepat hamil dan tidak bekerja lagi dengan lelaki itu," sifat posesif Rendra mulai tumbuh.Awalnya, Arshima bersikap tenang dengan perlakua
Setelah lama berpikir sambil menatap buku daftar menu, akhirnya Alex memutuskan untuk makan makanan yang belum pernah ia makan sebelumnya. Alex memilih Bakso Genderuwo. Karena makanan ini tidak dapat di temukan di negara nya.Saat mereka tengah menikmati makan siangnya, datanglah seorang lelaki tampan yang menghampiri meja mereka. Lelaki itu tanpa sungkan duduk menarik kursi dan langsung duduk di samping Arshima."Hai, cantik! Gimana kabarnya?" tanya lelaki itu tersenyum tampan ke arah Arshima.Monica yang berada di samping Arshima pun terpana seketika, saat melihat senyuman maut milik lelaki itu yang mampu membius wanita manapun yang melihatnya."Iisshh apa-apa sih, Kak! Ngapain di sini? Kencan?" Arshima menatap kesal pada lelaki yang baru saja duduk di sebelah nya itu."Enggak. Baru meeting sama klien, terus lihat ada kamu di sini. Ya sudah deh, aku belok!" ujar lelaki itu sembari menyeng
Tok ... Tok ... Tok ..."Masuk!"Setelah mendapat sahutan dari dalam, Arshima memutar engsel pinta lalu masuk ke dalam ruangan pimpinan perusahaan AW group tersebut. Ia melihat Alex yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatapnya melangkah mendekat."Bapak mencari saya?" tanya Arshima kemudian ia duduk karena Alex mengisyaratkan agar Arahima duduk terlebih dulu."Kamu sudah makan siang?" tanya Alex menatap lembut wajah Arshima."Ini kan belum waktu nya makan siang, Pak?" Arshima heran dengan atasannya itu. Mengapa menanyakan perihal makan siang yang belum waktunya."Nggak apa-apa, kan kurang sepuluh menit lagi. Kalo gitu temani saya makan siang di cafe Benning, ya? Katanya di sana selain tempatnya yang nyaman, makanannya juga enak."Ajakan Alex membuat Arshima terdiam. Pasalnya cafe yang di sebutkan barusan adalah milik kekasihnya, Rendra. Ia tahu Rendr
"Tapi aku ragu, Mas," kata Arshima lirih."Ragu kenapa, Sayang?" Rendra secara otomatis mengubah panggilannya pada Arshima."Ragu, apa Ayah akan merestui kita. Kamu tau sendiri 'kan, Mas? Dia membenci lelaki yang menyebabkan ku pergi dari rumah," ingat Arshima dulu, saat Ayah Eko marah besar. Mengetahui alasan yang sebenarnya, kenapa Arshima pergi dari rumah."Kamu tenang saja, aku yang akan membujuk Ayah kamu agar merestui hubungan kita. Yang penting sekarang bagiku, kamu sudah menerimaku dan tidak akan pergi lagi dari hidupku. Selalu berada di sampingku, apapun itu keadaanya. Kamu mau 'kan?" pinta Rendra. Ia berkata dengan penuh kelembutan di setiap kata-kata yang di ucapkan."Tapi aku nggak mau bila ada orang ketiga diantara hubungan kita kelak, Mas. Apa kamu bisa menjanjikan itu padaku?" Arshima bertanya, menatap lekat netra coklat nan menawan milik Rendra."Kamu tenang
Lalu Arshima melepas kunciannya. Ia merapihkan bajunya yang sedikit terangkat, dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hana bangun."Makanya, jadi orang jangan jahil. Lo nggak tahu, apa yang gue rasain di setiap malam. Selalu membayangkan Mas Rendra dengan wanita lain. Dan gue harus menahan diri, saat kita tidak sengaja bertemu agar tidak memeluk orang yang sangat aku rindukan. Meski berat, tapi aku harus menahan semua itu Na!" ucap Arshima tidak kuasa menahan apa yang ingin ia ucapkan selama ini.Hana langsung mendekat, memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Ia tidak menyangka, kejahilan dirinya akan menyakiti Arshima sedalam ini. "Maafin gue, Shima," lirih Hana sambil matanya berderai air mata.Rendra segera mendekat ke arah Arshima dan juga Hana. Hana yang melihat Rendra, ia melepas pelukannya dan menyenderkan tubuhnya pada Rayzell. Sementara yang lain hanya diam membisu."Shima."
Kemudian mereka melangkah menuju ruangan yang lebih luas. Ruangan dengan interior dan dekor yang sangat mengagumkan dan terasa nyaman. Membuat siapa saja betah, ingin berlama-lama berada di ruangan tersebut. Apalagi dengan adanya bunga-bunga segar, menambah suasana di dalam ruangan itu terasa menenangkan jiwa. Dengan aroma harum yang keluar dari bunga tersebut."Mana baby Dev, Fid?" tanya Arshima tidak sabar. Sesaat mereka duduk di sofa yang super empuk."Sabar dulu napa. Kenalin dulu dong, siapa nih cewek bule cantik?" tanya Fida menatap kearah Monica berada."Dia temanku, saat di Amerika. Sekaligus adik dari atasanku di kantor," terang Arshima. Fida hanya mengangguk, begitu pula dengan Monica."Hana belum sampai ya? Kebiasaan, molor banget," ucap Arshima."Belum. Tadi katanya nunggu anaknya yang di culik sama mayat hidup," jelas Fida. Lalu ia meminta