“Bagaimana kabarmu?” Ben sedikit berbasa-basi. Sedikit banyak ia menyampaikan pertanyaan Bella karena kekasihnya itu sungguh mengkhawatirkan kondisi Rena yang tengah mengandung. Kekasih Ben itu sebenarnya sangat merindukan Rena. Tapi beberapa hari ini Amora tidak sering menjalankan kafe sehingga Bella yang dipercaya untuk mengambil alih.
“Aku baik, orang-orang memperlakukanku dengan sangat baik.” Rena tersenyum dan dari senyuman itu Ben tahu Rena tidak berbohong.
“Aku senang mendengarnya. Oh, ya! Bella menitipkan salam untukmu. Ia sangat merindukanmu.” Laki-laki itu juga ikut tersenyum, merasa lega,
“Titipkan salamku juga padanya. Aku juga sangat merindukannya.”
“Tentu saja, aku pasti menyampaikannya. Bella akan merasa senang. Di mana Riana?” Ben mengalihkan pembicaraan saat ia tidak menemukan satu lagi perempuan yang mengisi rumah besar ini.
“Ia di da
Rena telah bersiap lebih pagi. Luke menghubunginya tadi malam tepat di malam kedua pria itu tidak bersamanya. Luke mengatakan tentang bersiap untuk fitting dan Rena menjadi terlalu bersemangat bahkan hanya karena pikiran untuk bertemu Luke.“Kuharap kamu memakan buah-buahan yang telah aku siapkan.” Riana membuyarkan lamunan Rena. Sebenarnya ia tidak sengaja melamun. Awalnya hanya tentang seberapa antusiasnya ia yang akan bertemu calon suaminya namun semakin lama berubah melamunkan saat-saat pertama mereka bertemu.Dulu, ia tahu Luke tidak menunjukkan sikap yang terbaik terhadapnya. Tidak ada rasa peduli. Tidak ada kelembutan. Luke menunjukkan kemuakkannya dan ia cukup tahu diri jika ia adalah orang yang menjijikkan. Tapi jika orang-orang banyak mengatakan jika seseorang dapat berubah, maka Rena merasa itu memang benar. Luke berubah secara perlahan. Rena tidak tahu apakah perubahan itu memang yang terbaik untuk mereka berdua atau malah
Mata Luke menjelajahi sekitar ruangan yang baru saja ia masuki. Tempat ini adalah tempat di mana ia akan melakukan fitting bersama Rena. Sebuah tempat terelit di kota ini. Mengingat tentang Rena, mau tidak mau ia juga ingat lagi dengan kejadian yang terjadi pagi ini.Luke mendengus dalam rasa ketidaknyamanan. Pipinya masih terasa perih, masih merasakan tamparan keras ibunya tercetak di sana. Itu adalah sebuah ketidakberuntungan untuknya di mana ibunya datang saat wanita bayaran itu baru saja melangkah keluar dari apartemennya. Ia telah menjelaskan mengenai alasan mengapa ia melakukan itu. Tapi ibunya berkata jika itu adalah hal yang tidak pantas dan ia dapat melakukan hal lain yang lebih baik agar tidak mengkhianati Rena. Tapi tolong jawab Luke, apakah ada ide yang lebih baik dari itu?“Tuan Armstrong, selamat datang.” Seorang wanita mendekatinya dengan wajah ceria. Ia menyadarkan Luke dari pikirannya yang berkecamuk.&ld
Rena meremat tangannya dengan gelisah, ia merasa sangat gugup. Ini pertama kalinya dalam hidupnya untuk merasa gugup dan antusias setengah mati. Ia berada di sebuah ruangan dengan cermin besar yang berada di depan tubuhnya. Ia telah diirias hingga sangat cantik hingga ia sendiri bahkan sempat terperangah dan tidak mengakui bayangan di cermin itu adalah dirinya. Karena ia terlihat sempurna, ia terlihat luar biasa menawan.“Rena …” Seseorang memasuki pintu dan memanggilnya. Ia adalah Alexa, salah satu orang yang Luke percaya untuk menemaninya.Rena menoleh pada Alexa dan menemukan tatapan memuja dari matanya yang indah itu. Alexa menatapnya seperti sebuah keindahan dari anugerah. Tubuh kecil itu dibalut gaun yang indah. Gaun yang putih, kulit yang putih dipadukan dengan mata cokelat dan rambut yang cokelat. Riasan wajah yang mahal dan menarik serta keanggunan sejati yang ia pancarkan. Ia adalah sebuah keindahan yang sempurna. Rena terliha
“Mengapa tidak mengatakan apapun jika kamu merasa lelah?” Luke memapah Rena dengan hati-hati menuju ruang riasnya. Setidaknya tempat itu tidak dipenuhi banyak manusia dan sedikit lebih tenang.Wajah laki-laki itu mengkerut-kerut prihatin karena rasa kesal dan khawatir. Perempuan itu tiba-tiba saja agak terhuyung di tengah pesta. Untung saja Luke berada di dekatnya, jadi dapat segera merengkuh pinggangnya. Jika tidak, dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Rena. Ia tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi pada bayi mereka.“Kamu bertemu teman-temanmu. Aku tidak ingin mengganggu.” Rena duduk dengan perlahan saat Luke membawanya menuju sebuah kursi. Ia sedikit merasa bersalah ketika melihat ekspresi wajah seseorang yang kini telah menjadi suaminya.“Aku hampir sehari-hari bertemu mereka. Kamu adalah yang terpenting. Harusnya kamu mengatakan sesuatu.” Luke menuntut. Tangannya bergerak membuka jacket
Luke merengkuh pinggang Rena dengan senyuman lembutnya ketika Hendry dan Amora memasuki ruang rias itu. Luke terlihat bahagia hingga Amora yang biasanya bersikap kurang ramah padanya jadi tersenyum dan menatap kedua orang di sana dengan lembut. Di hari kebahagian keduanya Amora hanya akan mengalah.Hendry dan Amora tadi ingin mengunjungi Rena yang berubah menjadi tidak baik saat di tengah acara. Tapi sekarang, melihat mereka seperti ini, sepertinya Rena sudah baik-baik saja. Mereka terlihat sangat berbahagia.“Kalian terlihat serasi.” Hendry langsung berkomentar dan Luke segera menemukannya yang berdiri di ambang pintu.“Kalian di sini. Pesta masih berjalan, harusnya kalian menikmatinya atau itu kurang menarik?” Luke melepaskan Rena dan berjalan mendekati Hendry untuk memeluknya sebentar. Amora juga melakukan hal yang sama pada Rena. Bedanya mereka berpelukan sedikit lebih lama dan berbisik-bisik kecil setelahnya, menggoda R
Perempuan mungil itu menggeliat dalam tidur. Ia mengernyit beberapa kali sebelum membuka mata perlahan. Mata cokelatnya mengerjap sebelum benar-benar terbuka dengan benar. Ia merasa sedikit pening, mungkin karena ia tertidur sedikit lebih lama dari kebiasaannya. Ia menggerakkan tubuh tapi kemudian merasa sesuatu meliliti perutnya. Ia melirik dan menemukan tangan suaminya tengah memeluknya.Luke Armstrong, suaminya. Pria yang memeluknya sekarang telah menjadi suaminya. Ia masih merasa ini seperti mimpi, namun kenyataanya mereka telah menjadi pasangan suami istri. Luke yang kini telah menjadi suaminya adalah pria sangat tampan, itulah mengapa ia merasa tidak percaya mereka telah menjadi pasangan seumur hidup.Tangan kurus Rena terangkat untuk selanjutnya mendarat di sekitar tulang pipi dan rahang Luke. Ia tidak begitu khawatir bahwa Luke akan terbangun karena ia ingin menikmati waktu bersama suaminya. Di malam sebelumnya ia malah tertidur dan ia tidak menja
“Kita akan menemui Hongli besok siang.” Luke berbicara sambil menutup pintu. Perkataannya mengintrupsi Rena yang tengah mengurus lemari mereka.“Ya, tentu.” Rena benar-benar penurut. Ia bahkan langsung setuju meski keningnya mengkerut penuh tanya.“Aku bersyukur Riana menghentikan kita tadi pagi.” Luke duduk di tepi ranjang dan menatap Rena yang tengah menyusun baju mereka yang baru saja ia lipat.“Bersyukur?” Rena bertanya dan membatu di depan lemari yang masih terbuka. Ia mulai berpikir bahwa Luke tidak menyukai pelayanannya.“Ya, ibu mengingatkanku untuk berkonsultasi pada dokter kandunganmu mengenai hubungan seksual kita agar kamu dan bayi kita aman.” Luke mengatakannya dengan ringan karena itu adalah hal yang wajar untuk dibicarakan pasangan suami istri. Namun yang ia lihat Rena tetap saja tersipu.“Apakah tidak apa-apa?” Rena berbicara lirih setelahnya. Ia t
“Bagaimana kabarmu, Rena?” Hongli kembali dengan beberapa kertas di tangan dan duduk perlahan. Ekspresi wajahnya masih terlihat ramah dan ceria.“Aku baik.” Sedangkan Rena menyahut dengan nyaman. Diam-diam Luke mengakui kemampuan Hongli sebagai dokter kandungan karena ia bisa memberikan kenyamanan pada pasiennya.“Memang terlihat seperti itu. Kamu tidak pernah terlalu kelelahan, bukan?” Hongli bertanya lagi, kini matanya tampak bergerak-gerak karena membaca isi kertas yang ia baca.“Sekali.” Rena menyahut lirih dan Luke memandangnya heran dengan kening berkerut.“Oh! Kenapa?” Hongli juga tampak heran.“Karena pernikahan kami.”Hongli sempat terkekeh dengan reflek mendengar sahutan polos itu. Rena benar-benar polos dan itu sedikit membuatnya terlihat menggemaskan. Hongli sangat jarang untuk merasa gemas dengan seseorang yang tengah mengandung.“