“Bagaimana kabarmu, Rena?” Hongli kembali dengan beberapa kertas di tangan dan duduk perlahan. Ekspresi wajahnya masih terlihat ramah dan ceria.
“Aku baik.” Sedangkan Rena menyahut dengan nyaman. Diam-diam Luke mengakui kemampuan Hongli sebagai dokter kandungan karena ia bisa memberikan kenyamanan pada pasiennya.
“Memang terlihat seperti itu. Kamu tidak pernah terlalu kelelahan, bukan?” Hongli bertanya lagi, kini matanya tampak bergerak-gerak karena membaca isi kertas yang ia baca.
“Sekali.” Rena menyahut lirih dan Luke memandangnya heran dengan kening berkerut.
“Oh! Kenapa?” Hongli juga tampak heran.
“Karena pernikahan kami.”
Hongli sempat terkekeh dengan reflek mendengar sahutan polos itu. Rena benar-benar polos dan itu sedikit membuatnya terlihat menggemaskan. Hongli sangat jarang untuk merasa gemas dengan seseorang yang tengah mengandung.
“
Bunyi isakan Rena yang terlalu keras mengusik Luke dan membuat mata bulat pria itu terbuka perlahan. Luke sempat mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa terganggu dengan bunyi tangisan di ruangan yang lain. Tapi kemudian ia menyadari kalau tempat tidur di sebelahnya terasa dingin. Luke terkejut, Rena telah bangun dan menangis sendirian di kamar mandi.“Rena, kamu di kamar mandi?” Luke memanggil Rena. Ia bergerak bangun dengan perlahan dan mengernyitkan kening saat tidak mendengar sahutan dari istrinya.“Kamu di dalam, Rena?” Luke kembali bertanya. Tubuhnya yang tinggi menjulang berjalan cepat ke kamar mandi.Rena menutup mata dalam kesengsaraan saat mendengar suara Luke yang semakin mendekat. Ia semakin mengisak di antara bunyi muntahannya. Rena tiba-tiba merasa sangat ingin menangis semakin keras saat mendengar suara Luke. Ia menjadi sangat emosional saat mendengar suara suaminya, hingga ia menyadari bahwa ia membutuhkan
“Rena! Riana!” Suara Bella yang antusias terdengar dari depan. Mereka mengejutkan dua perempuan yang tengah bersantai di ruang tengah.Rena dan Riana mengangkat kepala mereka secara bersamaan dan menemukan Bella yang berlari disusul Amora dan Ben yang berjalan dengan santai di belakangnya. Bella segera menerjang Baekhyun untuk memeluknya lalu melakukan hal yang sama pada Minseok.“Aku merindukan kalian.” Bella berucap kegirangan, merasa benar-benar bahagia. Sudah begitu lama mereka tidak bertemu dan sekarang setelah bertemu, rasanya sangat rindu.Sedangkan Amora hanya tersenyum manis lalu mendekati Rena dan Riana dengan tenang. Di tangannya ada beberapa tas kertas. Sebagian ada yang berlogo kafenya dan sebagian lagi tidak.“Kami juga merindukan kalian.” Rena yang menyahut. Ia mewakili Riana yang masih malu-malu dengan kedua teman barunya. Ia tahu kalau Riana menyenangi Amora dan Bella, tapi masih bingung m
Riana terdiam mendengar kalimat-kalimat panjang Luke di dapur. Ia sudah terbiasa selama kurang lebih empat bulan ini. Luke menjadi sedikit lebih cerewet dengan hampir apapun yang Rena lakukan. Jeffrey pernah berkata jika Luke telah perlahan-lahan menjadi dirinya yang dahulu, saat ia masih mengecap keutuhan kasih sayang. Jeffrey mengatakan itu wajar, tapi baginya itu luar biasa. Seperti percintaan Luke dan Rena yang menjadi lebih luar biasa. Rena masih menjadi dirinya yang dulu, masih rendah hati dan penuh kasih. Sementara Luke telah banyak berubah menjadi lebih lembut dan perhatian pada istrinya.“Sudah kukatakan untuk mengonsumsi sesuatu yang lebih bergizi baru kemudian kamu boleh memakan bolu cokelatmu.” Luke masih menggerutu. Ia berdiri di dekat Rena dengan kedua tangan di pinggang. Dahinya berkerut dalam dan matanya menunjukkan kekesalan.Luke sebenarnya baru saja kembali dari pekerjaan. Setelah melepas jas dan dasinya ia langsung pergi ke
“King!” Luke berteriak saat melihat Hendry yang tengah kewalahan melawan beberapa musuh. Ia terlihat mengenaskan dengan luka di seluruh tubuhnya. Ia terlihat lelah hingga tampak tidak lagi mampu bergerak banyak. “Aku akan mengurus mereka. Kamu masuk dan selamatkan Amora.” Luke bergerak dengan cepat ke dekat Hendry, mengambil alih apa yang menghambat pergerakan laki-laki itu. Luke menjadi benar-benar cepat untuk membantu karena ia bisa mendengar teriakkan Amora dari dalam rumah. “Baiklah, aku serahkan masalah ini padamu.” Hendry menyahut dan setelah melihat anggukan mantap Luke ia segera berlari memasuki kediamannya. Hendry tidak perlu khawatir dengan James. Ia hanya perlu khawatir dengan Amora, kekasihnya. Ia belum memasuki rumah saat penyerangan tiba-tiba dilakukan. Ia tahu Amora di dalam dan ia tahu Amora akan diperlakukan tidak baik. Amora adalah kekasihnya, kekasih yang orang kira belum ia ikat dalam pernikahan. Nyatanya mereka telah menika
Luke memasuki rumah setelah tadi sempat mengangguk beberapa kali pada pengawal yang tengah berjaga. Sebenarnya ia telah selesai sedari tadi, tapi sesuatu menahannya. Ia membantu Hendry mengurus luka-lukanya sementara menunggu Helena untuk mengobati luka-luka yang lebih serius. Ia juga harus mengurus Amora, membantu Hendry yang terluka untuk mengurus kekasihnya. Selain itu ia juga sudah meminta maaf pada pasangan itu karena ia menyebut perempuan yang berharga itu dengan sebutan jalang. Sebutan paling hina yang tidak pantas ia tujukan.“Riana?” Luke pergi ke dapur untuk mencari Rena dan ia malah menemukan Riana yang tengah sibuk di meja dekat lemari pendingin.“Oh, Luke! Kamu telah kembali.” Riana menyapanya dan menyambutnya dengan senyuman yang hampir sama menyenangkannya dengan milik Rena.“Ya, apa yang kamu lakukan?” Luke berbasa-basi. Ia sibuk beberapa hari ini dan tidak memiliki banyak waktu bahkan untuk seked
Sejak kehamilan dan pernikahannya, Rena merasakan hidupnya lebih berarti. Memikirkan tentang seorang bayi yang kelak bergelar menjadi anaknya berlindung dan bergantung padanya juga seorang suami yang akan mencintai serta bergantung pada pelayanannya, ia merasa lebih bahagia. Kini ia memahami maksud dari pendewasaan di fase kehidupan yang tepat. Mungkin dalam kasusnya ia menjadi seorang ibu karena ketidaksengajaan. Tapi ia menerimanya dengan hati terbuka. Hatinya telah lebih dulu jatuh cinta pada perasaan berbunga yang ia rasakan di kesehariannya meski sebenarnya masih berwarna biru.Ia yang biasanya hanya merasakan indahnya kehidupan dari bayang-bayang barisan kalimat di tumpukan kertas kini telah merasakan manisnya rasa dari harapan. Ia telah mengerti dengan yang seorang penulis katakan bahwa kata-kata tidak perlu suara untuk berekspresi, kata-kata tidak perlu telinga untuk menyusup ke relung hati. Tapi sekarang ia diberikan harapan untuk merasakan sedikit defi
“Apa-apaan dengan tatapanmu itu?” Tanpa sadar Luke membandingkan Bella dan Rena. Mereka sangat berbeda namun anehnya malah bersahabat. Tapi Ben lebih aneh lagi karena malah mencintai makhluk semenyebalkan itu.“Kenapa? Ingin menjelaskan padaku bahwa seorang perempuan haruslah tidak menatap laki-laki dengan cara seperti ini?” Bella menantang, melangkah maju dan tetap memaku tatapannya dengan cara yang sama.“Bukan seperti itu. Tapi aku bahkan tidak melakukan apapun.” Luke kembali berbicara, menyuarakan sesuatu yang terasa seperti harus ia katakan.“Aku hanya bertingkah kurang sopan pada laki-laki yang menurutku kurang ajar dan berengsek. Sepertimu.”“Aku membuat kesalahan?” Luke menjadi terkejut karena semburan Bella yang tiba-tiba seperti itu. Ia tidak tahu apa yang membuat Bella jadi kesal padanya. Ia ingin berpikir bahwa ia dapat bersifat acuh dengan emosi yang Bella tujukan. Tapi
“Sayang? Apa yang kamu lakukan? Kenapa lama sekali?” Luke berteriak dari dekat kamar mereka. Ia melihat pergelangan tangannya beberapa kali, memeriksa angka jam tangan. Ia tengah menunggu istrinya bersiap-siap karena jadwal mereka malam ini. Kurang lebih 45 menit lagi adalah waktu makan malam mereka.“S-sebentar, Luke. Aku akan keluar dalam kurang dari 5 menit.” Rena menyahut dengan teriakan yang terdengar lembut, meminta suaminya untuk sedikit bersabar.“Baiklah, aku tunggu.” Luke menyahut dengan ringan, tahu Rena akan benar-benar keluar dalam waktu kurang dari 5 menit. Ia menunggu dengan sabar sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku depan celana. Tubuhnya yang tegap membelakangi pintu kamar mereka.Rena keluar dari kamar dan menemukan suaminya yang menunjukkan punggung padanya. Luke tidak tampak gelisah tapi gesturnya yang terlihat menunggu lama tetap membuatnya merasa tidak enak. Riana yang tadi membantu