Gadis bertubuh mungil yang mengenakan kemeja biru muda dipadu rok mini hitam dengan dandanan seadanya, mendatangi kantor PT. Indo Damardjaya. Sesuai perintah pemilik perusahaan yang memintanya datang lalu menemui HRD kantor tersebut. Dania sangat gugup kala itu karena pertama kalinya dia akan bekerja di perusahaan bukan sebagai karyawan magang.
"Dania Ratna Ayu?" tanya seorang pria berkacamata menyebut nama Dania saat dia menginjakkan kakinya di ruang HRD.
"I-iya, Pak. Saya Dania," ucap Dania gugup.
"Terima kasih atas kehadirannya. Silakan duduk!"
Dania duduk di depan meja kerja pria berkacamata tersebut. Pria itu terlihat menatap layar laptop, lalu beberapa detik kemudian terdengar suara printer yang tengah mencetak file. Dania diam menyaksikan pria tersebut menunggui kertas yang keluar dari printer di sampingnya. Empat lembar kertas diambil pria tersebut. Kemudian menyodorkannya di hadapan Dania.
"Maaf, saya harus mendadak mencetak file kontrak kerja. Tadi pagi juga pimpinan secara mendadak memberitahukan informasi serta data mengenai karyawan baru yang akan bekerja di bagian akunting. Jadi semuanya serba mendadak," ucap pria tersebut terdengar seperti keluhan.
"Gak apa-apa, Pak. Justru saya yang harus meminta maaf karena telah membuat anda kerepotan," ujar Dania.
"Silakan dibaca dulu isi kontrak kerjanya! Jika sudah selesai dan anda menyetujui isi kontrak kerja, silakan tanda tangan di sini!" Pria staf HRD menunjuk tempat di mana Dania harus menanda tangan."Anda juga boleh bertanya apa pun tentang isi kontrak kerja, supaya jelas aturannya."
Dania hanya sekilas membaca kontrak kerja. Point utama yang dibacanya adalah gaji dan jam kerja. Kemudian baru hal lain itu pun tak semua dibacanya. Dania langsung menandatangani kontrak kerja setelah ditempeli materai terlebih dulu.
"Anda yakin langsung menandatangani tanpa ada yang ditanyakan terlebih dulu?" tanya pria tersebut membetulkan letak kacamatanya sambil memerhatikan Dania yang menanda tangani kontrak kerja di hadapannya.
"Tidak perlu, Pak. Saya sudah mengerti isi kontrak kerja ini." Dania menjawab sambil tersenyum.
"Baiklah, terima kasih. Kapan anda akan bekerja?"
"Hari ini juga bisa, Pak jika diperbolehkan," jawab Dania.
Pria di hadapan Dania tersenyum senang. Dia menjulurkan telapak tangan kanannya hendak menyalami Dania. Dania menyambut uluran tangan pria tersebut.
"Selamat bergabung di perusahaan kami!" ucap pria tersebut.
Hari itu juga Dania diperkenalkan dengan rekan kerja satu divisi. Mereka menyambut antusias karyawan baru dengan saling menyalami Dania.
"Ini meja kerja anda. Jika ada hal yang ingin ditanyakan mengenai prosedur pekerjaan, rekan-rekan di sini akan siap membantu." Setelah selesai memperkenalkan Dania, kepala HRD tersebut meninggalkan Dania untuk mulai bekerja di mejanya.
Dania berdebar-debar menjalankan pekerjaan pertamanya. Walau begitu dia tak mengalami banyak kesulitan mengerjakan tugas yang dibebankan padanya. Rekan-rekan kerja di divisinya tak segan membantu jika dia mengalami sedikit kesulitan.
Hingga tak terasa waktu sudah berjalan seminggu. Dania begitu menikmati dunia barunya sebagai salah satu karyawan di perusahaan garmen. Dania seakan terlena dengan aktivitas barunya, hingga akhirnya dia tersadar dengan masuknya pesan W* dari Chandra yang merasa kehilangan karena Dania tak memberikan kabar. Untung bagi Dania sebelumnya mengatur centang di pesan W* selalu abu hingga pesan Chandra dianggap belum terbaca olehnya. Bahkan beberapa kali tunangannya itu memanggil melalui panggilan biasa atau voice note. Hanya saja karena Dania sedang enggan terganggu selama bekerja, maka selama itu dia tidak pernah menerima panggilan Chandra.
Seminggu pula Arya baru bisa bernapas lega setelah sibuk dengan berbagai rapat. Teringat akan gadis yang pernah dia terima bekerja secara langsung dan Arya penasaran bagaimana sosok bernama Dania tersebut. Sengaja Arya mendatangi ruang divisi akunting, hanya untuk melihat rupa Dania sebenarnya.
Sesosok gadis berambut sebahu, wajahnya cantik alami bahkan nampak tak bermake up sedang duduk menghadap meja kerja di hadapannya komputer menyala. Jemarinya lincah bergerak menginput data. Bola mata bulat bening bergerak-gerak membaca data di layar.
"Hmm, standarnya lumayan. Temannya memang tepat merekomendasikan gadis secantik itu untuk bekerja di tempatku," gumam Arya memerhatikan Dania dari pintu masuk ruang divisi akunting.
"Aku harus dapatkan perhatian dia." Arya menyeringai licik sembari melenggang meninggalkan ruangan tempat Dania bekerja.
Ada pemandangan tak biasa saat sore hari di mana karyawan-karyawan PT. Indo Darmadjaya telah bubar. Saat itu Arya baru keluar dari lift. Tanpa sengaja dia melihat Dania. Gadis itu seolah dikejutkan oleh sesuatu di depan halaman kantornya. Tergesa-gesa Dania berjalan mendekati seseorang yang tengah menunggu di atas sebuah motor matik berwarna hitam. Arya yang tadinya hendak menyapa Dania hanya bisa menyaksikan pemandangan gadis tersebut yang berbicara dengan pria berkulit gelap.
Arya menyelidik sosok pria yang nampaknya tengah dibalut emosi. Terlihat dari raut wajah pria yang hampir seumuran dengannya yang nampak marah.
"Pria itu …, jangan-jangan dia yang dimaksud temanku itu? Tunangannya Dania?" gumam Arya berbicara sendiri sembari memerhatikan kedua insan yang tengah berbicara.
Arya memerhatikan keduanya hingga gadis yang tengah diincarnya itu menaiki motor sang pria. Terlihat sekali Dania amat terpaksa menaiki motor tersebut. Arya menerka keduanya sedang dilanda masalah. Dia memerhatikan hingg motor yang dinaiki kedua pasangan tersebut telah menghilang dari pandangannya.
Sang pemilik perusahaan Indo Darmadjaya itu mengembus napas kasar. Ternyata tak mudah mendekati gadis itu saat sekarang. Arya harus membuat rencana supaya taruhan yang dilakukan bersama temannya itu berhasil. Lumayan 'kan jika mampu memenangkan taruhan, saham perusahaan milik temannya tak perlu susah payah didapat dengan melobi pemilik. Cukup memenangkan taruhan, begitu pikir Arya.
Sehari setelah kejadian Dania dijemput oleh Chandra. Gadis itu terlihat semringah saat berpapasan dengan Arya.
"Selamat pagi, Dania," sapa Arya sengaja untuk menarik perhatian Dania.
Mata Dania nampak berbinar saat disapa Arya. Saat itu Dania belum mengetahui siapa orang yang menyapanya tersebut.
"Ah, selamat pagi." Dania menjawab ramah diiringi senyum manis di pagi itu.
"Eh, tunggu anda kok bisa tahu nama saya?" tanya Dania polos.
Arya menjawab dengan isyarat menunjuk name tag yang tersemat di blazer milik Dania. Dania nampak kikuk, pipinya menyemburat merah.
"Lagipula aku gakan lupa orang yang kuterima atas rekomendasi teman perempuannya supaya bisa bekerja di perusahaan milikku," sahut Arya.
Mendengar ucapan Arya, Dania tersentak.
"A-anda, Pak Arya Putra Damardjaya?" Dania tergagap. Sigap Dania membungkuk meminta maaf atas ketidasopanannya terhadap Arya,"Maafkan atas ketidaktahuan saya pada Anda, Pak Arya."
Arya terkekeh menyaksikan tingkah Dania yang terkejut mengetahui siapa dirinya."Sudahlah, tak apa-apa. Lagian aku kemarin-kemarin gak bisa langsung menyapa kamu karena kesibukan. By the way siapa kemarin yang menjemput kamu dengan wajah terlihat marah? Pacarmu kah? Ah maaf, maaf seharusnya aku gak tanya masalah pribadi."
Dania tersenyum sekilas.
"Sebelumnya terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk menjadi karyawan di sini. Masalah yang menjemput kemarin … dia itu tunangan saya, Pak. Dia marah karena saya gak izin melamar kerja padahal sebentar lagi kami akan menikah," ucap Dania begitu jujur.
Hati Chandra kembali galau. Pasalnya setelah tiga bulan berlalu masih tak ada kepastian dari Dania. Puluhan pesan sudah dikirimnya, bahkan panggilan pun berulang kali dilakukan walau hasilnya selalu tak pernah dijawab bahkan sering ditolak oleh Dania.Awalnya Chandra berpikir mungkin saat itu tunangannya tengah sibuk dengan pekerjaannya. Terutama ketika di akhir bulan di mana pembukuan perusahaan sedang masa puncaknya. Namun, semakin kemari justru perhatian Dania semakin dingin. Dulu pesan akan dijawab dengan kalimat panjang penuh cerita keseharian selama gadis itu bekerja, tetapi berjalannya waktu hingga hampir habis masa percobaan, Dania malah semakin jarang memberi kabar pada Chandra.Pernah Chandra mendatangi rumah Dania. Dania menolak menemuinya dengan alasan kelelahan karena selalu kerja lembur. Chandra berusaha men
Sesuai ucapannya, Chandra datang bersama Inayah. Dengan niat dan tekad kuat untuk menikahi Dania sesuai perjanjian saat bertunangan dulu, Chandra menguatkan hatinya supaya bisa menjadikan Dania sebagai pendamping hidupnya.Chandra berangkat berdua bersama ibunya menggunakan motor matik kesayangannya. Jantungnya berdegup kencang dia amat berharap kali ini niatnya tak ada halangan apa pun.Namun, saat tiba di halaman rumah Dania, Chandra tertegun menyaksikan dua mobil mewah terpakir di depan rumah Dania. Rumah Dania terlihat ramai. Chandra mengira Dania mungkin membuat acara untuk menyambutnya. Akan tetapo perkiraan tersebut ditepis Chandra karena dia tak memberikan hari pasti kapan akan datang. Hanya mengatakan "minggu depan akan datang bersama ibu" pada Somantri dan Una tanpa memberikan tanggal.Jantung Chandra berdegup kencang, tetapi kali ini bukan karena harapannya untuk menikah akan terjadi. Namun,
Inayah menahan tangan Chandra yang terangkat. Dia tak ingin anaknya berubah menjadi baj*ngan hanya karena menampar seorang perempuan yang dianggap Inayah tak layak untuk Chandra."Ayo kita pulang, Nak! Sudah lepaskan saja Dania jika itu hanya akan membuatmu sakit hati," bujuk Inayah suaranya bergetar menahan tangis.Mendengar suara Inayah yang menahan tangis,Chandra luluh. Dia menurunkan tangannya."Kupastikan akan mengirimkan rincian biaya selama kau kuliah dan takkan kulewatkan sepeser pun. Bayarlah jika kau mempunyai harga diri." Chandra tertegun sejenak."Oh maaf, perempuan murahan sepertimu sudah tak punya harga diri."Wajah Dania memerah karena malu, setelah mendengar sindiran dari Chandra."Akan aku bayar semuanya, kalau bisa dengan bunganya sekalian biar kau puas!" bentak Dania malu karena dianggap perempuan murahan oleh Chandra."Pegang ucapanmu
Sebulan berlalu setelah kejadian memalukan dan memilukan hati Chandra. Dania menepati janjinya mengembalikan semua biaya kuliah yang selama ini dibayarkan oleh Chandra. Walau begitu, uang yang dikembalikan tak mampu mengembalikan hancurnya hati Chandra.Sungguh tak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hatinya selama lima tahun. Menjaga perasaannya supaya merasa nyaman dan saling membutuhkan. Hanya karena tak setara perasaan seseorang sanggup berubah demi keuntungan dirinya, meski harus membuat seseorang yang berjuang memperjuangkannya mengalami kehancuran.Bayangan kenangan selama lima tahun, sulit dilupakan begitu saja. Hal itu membuat Chandra diliputi rasa muak tetapi rindu membelenggu pikirannya. Benci tetapi sayang meranggas dalam jiwanya. Satu penyesalan yang dia rasakan adalah kenapa harus dipertemukan jika akhirnya dia tak dapat memiliki Dania.Kenangan yang terus berkelindan dalam pikiran Chandra membuat
Chandra segera bergegas pulang. Dia sudah tak tahan dengan bau yang melekat di tubuhnya setelah semalam meminum minuman beralkohol. Dalam perjalanan pulang Chandra berusaha mengingat kejadian semalam, dia tidak ingat mengapa dia berakhir di taman kota. Ingatan samar terakhir sebelum tertidur pulas adalah rasa pusing yang hebat hingga membuat perutnya bergejolak hendak mengeluarkan isinya. Setelah itu dia tidak ingat apa pun selain tadi dibangunkan oleh penjaga taman.Ada rasa sesal dalam hati Chandra, ini pertama kalinya dia menyentuh minuman keras. Entah mengapa dirinya melupakan sesuatu, semalam rasanya dia tak sendiri. Ada bayangan seseorang mengajaknya ke klub malam dan memberinya minuman.Inayah sejak semalam mencemaskan putranya yang tak kunjung pulang. Perempuan berhijab tersebut tak mampu melelapkan matanya barang sedetik pun karena rasa khawatir pada Chandra yang berada di luaran semalaman."Di mana kamu,
Chandra kembali mabuk setelah meminum beberapa gelas minuman berwarna keemasan. Walau dia menyewa ruangan sendiri, tetapi nampaknya pengaruh alkohol yang kuat untuk pemula seperti dirinya membuat Chandra kembali hilang kendali.Pria berkulit kecoklatan itu keluar dari ruangan privat. Dua orang pasangan yang lewat terlihat seperti sosok Dania dan kekasih barunya di mata Chandra. Dengan beringas, Chandra menyerang kedua orang tersebut hingga menimbulkan keributan.Tanpa Chandra tahu bahwa orang yang diserang merupakan preman penguasa daerah itu. Melihat boss mereka diserang seorang pemuda tak dikenal, spontan anak buah orang yang diserang Chandra menghajar Chandra saat itu juga.Lima orang pria kekar menghajar Candra habis-habisan. Membuat pria berbadan tegap itu jatuh tersungkur ke lantai klub. Darah mengalir dari sudut bibir dan hidungnya. Sebelah matanya bengkak, beberapa bagian tubuhnya mendapat mem
Matahari begitu terik siang itu. Peluh meluncur deras dari pelipis Chandra yang kala itu tengah memasang mesin pada motor. Sesekali dia mengelap keringat yang menetes pada alisnya, menghindarkan perih yang akan timbul jika keringat itu masuk ke matanya. Wajah pria berusia 27 tahun itu coreng moreng oleh oli. Kulitnya semakin menggelap karena tiap hari terpapar sinar matahari."Istirahat saja dulu, Chan!" ajak pemilik bengkel yang merupakan tetangga di samping rumahnya."Nanti saja, Pak. Kerjaan saya masih banyak," tolak Chandra. Dia enggan menunda pekerjaannya."Ini dah siang loh. Sana gih, istirahat! Makan siang dulu, jangan biarkan asam lambungmu kumat." Pemilik bengkel memaksa Chandra dengan mengambil alat yang tengah dipegang pria tersebut.
Dania menginjakkan kakinya di sebuah kantor garment. Dia menerima panggilan wawancara setelah memasukkan lamaran lewat email. Kantor garment membutuhkan staf akunting dengan syarat fresh graduate. Dania tertarik tawaran tersebut dari seorang teman."Gak apa belum wisuda juga. Lo minta aja surat keterangan lulus. Lagian elu dah kelar skripsi ama sidangkan?" ujar teman Dania waktu itu di kampus."Kenapa gak lo ambil kerjaanya? Bukankah perusahaan garmen itu milik temanmu? Bakalan mudah elo diterima kalau ngelamar di sana," ungkap Dania saat ditawari kerja oleh temannya."Ogah ah. Gue udah dapat beasiswa ngelanjutin S2 di Jerman. Sayang banget kalau dilewatkan. Jadi lo aja yang masuk ke perusahaan temen gue itu. Ntar gue rekomendasiin elo dah sama si Arya supaya diterima," ujar teman Dania.
Chandra kembali mabuk setelah meminum beberapa gelas minuman berwarna keemasan. Walau dia menyewa ruangan sendiri, tetapi nampaknya pengaruh alkohol yang kuat untuk pemula seperti dirinya membuat Chandra kembali hilang kendali.Pria berkulit kecoklatan itu keluar dari ruangan privat. Dua orang pasangan yang lewat terlihat seperti sosok Dania dan kekasih barunya di mata Chandra. Dengan beringas, Chandra menyerang kedua orang tersebut hingga menimbulkan keributan.Tanpa Chandra tahu bahwa orang yang diserang merupakan preman penguasa daerah itu. Melihat boss mereka diserang seorang pemuda tak dikenal, spontan anak buah orang yang diserang Chandra menghajar Chandra saat itu juga.Lima orang pria kekar menghajar Candra habis-habisan. Membuat pria berbadan tegap itu jatuh tersungkur ke lantai klub. Darah mengalir dari sudut bibir dan hidungnya. Sebelah matanya bengkak, beberapa bagian tubuhnya mendapat mem
Chandra segera bergegas pulang. Dia sudah tak tahan dengan bau yang melekat di tubuhnya setelah semalam meminum minuman beralkohol. Dalam perjalanan pulang Chandra berusaha mengingat kejadian semalam, dia tidak ingat mengapa dia berakhir di taman kota. Ingatan samar terakhir sebelum tertidur pulas adalah rasa pusing yang hebat hingga membuat perutnya bergejolak hendak mengeluarkan isinya. Setelah itu dia tidak ingat apa pun selain tadi dibangunkan oleh penjaga taman.Ada rasa sesal dalam hati Chandra, ini pertama kalinya dia menyentuh minuman keras. Entah mengapa dirinya melupakan sesuatu, semalam rasanya dia tak sendiri. Ada bayangan seseorang mengajaknya ke klub malam dan memberinya minuman.Inayah sejak semalam mencemaskan putranya yang tak kunjung pulang. Perempuan berhijab tersebut tak mampu melelapkan matanya barang sedetik pun karena rasa khawatir pada Chandra yang berada di luaran semalaman."Di mana kamu,
Sebulan berlalu setelah kejadian memalukan dan memilukan hati Chandra. Dania menepati janjinya mengembalikan semua biaya kuliah yang selama ini dibayarkan oleh Chandra. Walau begitu, uang yang dikembalikan tak mampu mengembalikan hancurnya hati Chandra.Sungguh tak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hatinya selama lima tahun. Menjaga perasaannya supaya merasa nyaman dan saling membutuhkan. Hanya karena tak setara perasaan seseorang sanggup berubah demi keuntungan dirinya, meski harus membuat seseorang yang berjuang memperjuangkannya mengalami kehancuran.Bayangan kenangan selama lima tahun, sulit dilupakan begitu saja. Hal itu membuat Chandra diliputi rasa muak tetapi rindu membelenggu pikirannya. Benci tetapi sayang meranggas dalam jiwanya. Satu penyesalan yang dia rasakan adalah kenapa harus dipertemukan jika akhirnya dia tak dapat memiliki Dania.Kenangan yang terus berkelindan dalam pikiran Chandra membuat
Inayah menahan tangan Chandra yang terangkat. Dia tak ingin anaknya berubah menjadi baj*ngan hanya karena menampar seorang perempuan yang dianggap Inayah tak layak untuk Chandra."Ayo kita pulang, Nak! Sudah lepaskan saja Dania jika itu hanya akan membuatmu sakit hati," bujuk Inayah suaranya bergetar menahan tangis.Mendengar suara Inayah yang menahan tangis,Chandra luluh. Dia menurunkan tangannya."Kupastikan akan mengirimkan rincian biaya selama kau kuliah dan takkan kulewatkan sepeser pun. Bayarlah jika kau mempunyai harga diri." Chandra tertegun sejenak."Oh maaf, perempuan murahan sepertimu sudah tak punya harga diri."Wajah Dania memerah karena malu, setelah mendengar sindiran dari Chandra."Akan aku bayar semuanya, kalau bisa dengan bunganya sekalian biar kau puas!" bentak Dania malu karena dianggap perempuan murahan oleh Chandra."Pegang ucapanmu
Sesuai ucapannya, Chandra datang bersama Inayah. Dengan niat dan tekad kuat untuk menikahi Dania sesuai perjanjian saat bertunangan dulu, Chandra menguatkan hatinya supaya bisa menjadikan Dania sebagai pendamping hidupnya.Chandra berangkat berdua bersama ibunya menggunakan motor matik kesayangannya. Jantungnya berdegup kencang dia amat berharap kali ini niatnya tak ada halangan apa pun.Namun, saat tiba di halaman rumah Dania, Chandra tertegun menyaksikan dua mobil mewah terpakir di depan rumah Dania. Rumah Dania terlihat ramai. Chandra mengira Dania mungkin membuat acara untuk menyambutnya. Akan tetapo perkiraan tersebut ditepis Chandra karena dia tak memberikan hari pasti kapan akan datang. Hanya mengatakan "minggu depan akan datang bersama ibu" pada Somantri dan Una tanpa memberikan tanggal.Jantung Chandra berdegup kencang, tetapi kali ini bukan karena harapannya untuk menikah akan terjadi. Namun,
Hati Chandra kembali galau. Pasalnya setelah tiga bulan berlalu masih tak ada kepastian dari Dania. Puluhan pesan sudah dikirimnya, bahkan panggilan pun berulang kali dilakukan walau hasilnya selalu tak pernah dijawab bahkan sering ditolak oleh Dania.Awalnya Chandra berpikir mungkin saat itu tunangannya tengah sibuk dengan pekerjaannya. Terutama ketika di akhir bulan di mana pembukuan perusahaan sedang masa puncaknya. Namun, semakin kemari justru perhatian Dania semakin dingin. Dulu pesan akan dijawab dengan kalimat panjang penuh cerita keseharian selama gadis itu bekerja, tetapi berjalannya waktu hingga hampir habis masa percobaan, Dania malah semakin jarang memberi kabar pada Chandra.Pernah Chandra mendatangi rumah Dania. Dania menolak menemuinya dengan alasan kelelahan karena selalu kerja lembur. Chandra berusaha men
Gadis bertubuh mungil yang mengenakan kemeja biru muda dipadu rok mini hitam dengan dandanan seadanya, mendatangi kantor PT. Indo Damardjaya. Sesuai perintah pemilik perusahaan yang memintanya datang lalu menemui HRD kantor tersebut. Dania sangat gugup kala itu karena pertama kalinya dia akan bekerja di perusahaan bukan sebagai karyawan magang."Dania Ratna Ayu?" tanya seorang pria berkacamata menyebut nama Dania saat dia menginjakkan kakinya di ruang HRD."I-iya, Pak. Saya Dania," ucap Dania gugup."Terima kasih atas kehadirannya. Silakan duduk!"Dania duduk di depan meja kerja pria berkacamata tersebut. Pria itu terlihat menatap layar laptop, lalu beberapa detik kemudian terdengar suara printer yang tengah mencetak file. Dania d
Beberapa minggu sebelum wisuda. Lamaran yang Dania kirim via pesan WA lewat temannya telah diterima Arya. Menurut temannya itu Dania merupakan gadis yang menarik. Arya membuka file lamaran milik Dania yang dikirim temannya. Dalam CV terpampang photo pemilik data lamaran. Alis Arya terangkat saat melihat photo milik Dania.Gadis berambut kelam, bermanik bak permata, memiliki wajah yang cantik alami bahkan tanpa make up sekali pun, membuat Arya Putra Damardjaya pemilik perusahaan garmen PT. Indo Darmadjaya itu, terkesima.[Hei, tumben lo punya teman cantik kek gini. Jauh amat ama elo] pesan WA Arya pada temannya sekaligus teman Dania.[Kampr*t! Gini-gini gue laku ama bule, tau! Dibandingkan elo yang gak punya pendirian sama satu cewek. Elo bosan, tuh cewek langsung lu buang kek sampah. Belajar setia don
Chandra mengajak Dania makan malam di sebuah kafe di daerah Dago Atas. Chandra sudah melakukan reservasi meja dengan dekorasi yang romantis untuk pasangan di kafe tersebut. Meja yang dihiasi bunga mawar merah berbentuk hati di tengah meja dilengkapi lilin hias, menambah suasana semakin hangat untuk pasangan yang tengah dimabuk asmara.Malam itu pun Chandra hendak menagih janji Dania untuk bersedia menikah setelah wisuda. Chandra tak ingin lagi menunda-nunda. Meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan adalah yang paling tepat. Chandra tak mau berlama-lama dengan hubungan semu. Baginya berat jika harus terus berdekatan dengan Dania tanpa ikatan. Sebagai pria normal yang terkadang hasratnya sedikit liar takut membuat Chandra khilaf.Dania dan Chandra duduk berhadapan hanya terhalang meja makan. Sebelum mengajak Dania bicara,