"Ehm ... Maaf, Angela. Tadi tanganku tidak sengaja tersiram air panas saat hendak mengambilkan minuman untukmu, jadi aku pergi ke klinik perusahaan untuk meminta salep." Kara mengatakan yang sejujurnya.Terdengar helaan napas panjang dari wanita di hadapannya itu, "Jangan ulangi lagi. Kau sudah membuat Anggia menunggu terlalu lama tadi, dan itu membuatnya kesal.""Baik."Kara berjalan menuju meja kerjanya. Dan saat ia baru saja duduk, Moon berjalan mendekatinya dan bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa Mak Lampir itu memarahimu?""Moon?" Kara mengelus dadanya karena terkejut dengan Moon yang tiba-tiba berada di belakangnya, "Tadi tanganku tersiram air panas, jadi aku tak membawa minuman untuknya dan Anggia. Itulah kenapa dia marah," ujar Kara sembari mendengus pasrah.Moon mengepalkan tangannya dan berucap pelan, "Dasar Nenek Sihir! Lagi pula di perusahaan ini kan ada OB, kenapa juga dia harus menyuruhmu!?"Kara hanya tersenyum kecil menanggapi omelan Moon itu, sebelum akhirnya mereka k
Telapak tangan Kara berkeringat saat dia membaca pesan teks itu, "Apa dia melihatnya? Oh tidak ... ini pasti akan rumit!" keluh Kara dalam hati.Setelah hidup bersama dengan Bara, Kara mulai menyadari jika meredakan amarah sang suami membutuhkan tenaga yang besar. Tak perlu di jelaskan, karena kalian pasti paham bagaimana cara Kara untuk meredakan amarah prianya itu."Hei, Vivian. Ada apa denganmu? Apa kau sakit?" tanya Moon yang akhirnya berhasil menyusul langkah Kara."Eh, tidak ada apa-apa . Aku hanya merasa sedikit lelah saja." Kara tersenyum pada Moon, membuat Moon menganggukkan kepalanya.Keduanya pun berjalan beriringan, kembali ke ruang kerja mereka. Berbeda dengan Dave yang masih tampak mengerutkan keningnya, memikirkan alasan dibalik sikap Kara yang menurutnya sedikit aneh."Apa dia sedang sakit? Atau dia sengaja menghindariku?" batinnya sembari melihat ke sekitar, dimana mata para wanita tampak mencuri pandang ke arahnya.Dave meletakkan sendok di tangannya, saat ponsel yan
Bara memagut bibir Kara dengan penuh gairah.Kara yang tadinya sempat dengan ciuman Bara yang tiba-tiba, kini malah mengalungkan tangannya ke leher Bara, membuat pria itu semkain menekan pinggang mungil istrinya itu hingga tubuh mereka saling menempel.Ciuman yang begitu menuntut dan mendamba itu membuat Kara merasakan panas mulai menjalar di sekujur tubuhnya, terlebih saat tangan kekar sang suami mulai meraba bagian belakang dan membuka resleting blouse yang dia pakai.Darah Kara berdesir ketika jari jemari Bara menyentuh kulit punggung nya yang hanya terhalang dua tali penyangga itu.Tanpa sadar Kara pun mendesah saat Bara meraba tubuh bagian belakangnya dan menatap Bara yang juga menatap nya penuh nafsu.Dengan nafas yang tersengal-sengal, Bara mencium kedua mata indah istri nya itu, membuat Kara merasa sangat dicintainya oleh sang suami.Masih dengan bibir yang hanya berjarak seangin- angin dari Kara, Bara berkata. "Apa kau sudah siap meberima hukumanmu, Nyonya Alexandrio?"Bahkan
"Aku harus segera kembali ke ruanganku. Kalau nanti ada yang melihatku keluar ruangan ini, aku akan kesulitan menjawab pertanyaan mereka," kata Kara.Bara menyalakan layar besar di depannya, yang menampilkan kondisi aula perusahaan."Istirahatlah dulu, aku sudah minta Elka menahan mereka paling tidak satu setengah jam," kata Bara dengan entengnya"Anda benar-benar orang yang luar biasa, Pak Presdir," ujar Kara dengan wajah tak habis pikir atas kelakuan absurd suaminya itu.Alhasil, Kara pun berisitirahat sejenak, sebelum akhirnya di keluar dari ruangan itu dan menuju ke toilet untuk membersihkan dan merapikan penampilannya yang berantakan karena ulah sang suami.Setelah dirasa cukup, Kara baru kembali ke ruangannya dan mulai berkutat dengan pekerjaannya sampai saat Moon bertanya kenapa dia tak melihat Kara tadi.#Flashback Off"Kenapa semua orang pulang?" Bara bertanya-tanya dalam hati, saat ia melihat dari cctv kalau orang-orang di perusahaannya pulang, padahal hari baru menunjukan p
Bulan purnama yang indah tampak sudah duduk di atas singgasananya, menerangi gelapnya bumi bertemankan sejuknya hembusan angin malam."Sayang ... tidak bisakah kau lupakan dulu pekerjaanmu saat sedang di rumah?" rengeknya dengan manja, sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang Istri.Helaan napas panjang terdengar sebelum akhirnya dia berkata, "Desainku sudah harus siap besok, jadi bagaima bisa aky bersantai?" Dia mendorong wajah sang suami menjauh dan kembali fokus pada pekerjaannya.Bara meraih ponsel miliknya yang ia letakkan di atas nakas dan mengetikkan sebuah pesan di sana, yang selanjutnya entah ia kirim pada siapa.Namun tak lama berselang, ponsel Kara yang berada di sampingnya pun bergetar, menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang."Siapa yang meneleponku malam-malam begini?" gumam Kara sembari menyambat benda pipih itu dan menerima panggilan telepon itu setelah ia melihat nama yang tertera di layarnya."Halo, Moon. Ada apa? " tanya Kara begitu panggilan itu
Benar, mereka mengira jika Kara menggoda mantan Presdir mereka sehingga membuatnya yang hanya lulusan SMA tanpa pengalaman di bidang desain itu bisa dengan mudahnya masuk ke perusahaan dan menjadi desainer di sana. "She and She again!? Seperti nya aku terlalu lunak untuk wanita murahan itu!" Kecam Johan, yang semakin membenci Kara. Johan adalah seorang designer yang merintis karier nya benar-benar dari bawah. Penuh luka, air mata dan hinaan baru dia dapat menduduki posisi nya seperti saat ini. Dalam perjalanan menuju kesuksesan nya seperti hari ini, Johan selalu terbentur dan mengulang dari nol setiap kali dia harus berhadapan dengan designer yang sebenarnya tidak punya bakat tapi berhasil memijak nya karena jalan belakang.Itulah alasan kenapa Jo sangat benci pada Kara."Bara, kau serius mau berangkat dengan bus?" tanya Elka yang mengejar Bara dari belakang."Apa aku terlihat seperti bercanda sekarang, Elka?" jawab Bara dengan santainya sembari menarik satu sudut bibirnya."Tapi s
"Sudah ketemu?" tanya Elka pada Bara."Sudah, bus yang di depan itu." Bara membiarkan Elka yang berjalan lebih dulu.Bara dan Elka serta Gabby pun masuk ke dalam bus nomor 2 yang tiba-tiba saja bertepuk tangan ketika mereka bertiga masuk ke dalam bus.Gemuruh suara tepuk tangan memenuhi seisi bus, membuat dua wanita yang sedari tadi acuh pada kehebohan pun akhirnya keheranan.."Ada apa?" tanya Moon pada Kara yang baru menyadari kehebohan dalam bus.Moon pun segera berdiri."Tidak tahu!" Kara ikut-ikutan berdiri melihat ada kehebohan apa. Tapi sayang nya semua orang di bus itu berdiri sehingga Kara yang tingginya tak seberapa itu tidak dapat melihat apa yang menjadi sumber kehebohan di bus mereka."Ada apa?" tanya Moon pada penumpang yang ada pas di belakang kursi mereka."Tuan Elka dan Presdir baru bakalan gabung di bus kita," ujar nya yang langsung membuat Kara terkejut."Bara?" seru nya dalam hati lalu langsung duduk serendah-rendahnya agar tidak kelihatan oleh Bara."Terima kasih a
"Tenang saja, aku bisa menjaga rahasia." Sang ibu memberikan kode oke pada Kara dan Bara lalu tersenyum pada sepasang suami Istri itu, sebelum akhirnya ia pun memberi tanda bahwa dia akan menutup mulut rapat-rapat.Bara dan Kara pun hanya bisa saling pandang. Lalu Kara bergegas mengikuti ibu itu turun agar tidak ada yang curiga, sementara Bara hanya bisa tersenyum."Kau dari mana saja, Kara!" sungut Moon yang sudah tiga puluh menit lebih awal sampai di kamar mereka.Kara gelagapan, "Ha? A-aku tersesat," jawab Kara sembarangan."Maka nya jangan jauh-jauh!" tukas Moon."Heemm, iya. Apa nanti malam kita ada acara? Kalau tidak aku mau melanjutkan design saja," ujar Kara yang masih kepikiran dengan design nya yang belum kelar."Seperti nya ada opening acara dan makan malam bersama," jawab Moon.Kara pun hanha mengangguk paham, mendengar jawaban Moon."Kalau begitu lekas mandi, setelah itu kita akan ke bawah bersama." jawab Moon yang sudah mandi terlebih dahulu.Sampai debuah pesan masuk ke