“Baik, Tuan.” Para pekerja yang masih tersisa segera bergegas pergi makan.Begitu bayangan pekerja menghilang di balik pintu, pemilik suara itu lalu berkata, “Ah, Tianglo lama tidak berkunjung kesini? Ada kabar atau urusan apa yang bisa teecu (murid) bantu?”Suaranya sudah tidak berwibawa lagi, bahkan sekarang terkesan menjilat-jilat.“Sow Tan Li, aku memerintahkan kau untuk segera mengirimkan kabar di seluruh cabang bagian barat dan juga markas pusat. Aku membawa ‘buntalan’ penting. Setiap cabang harus bersiaga penuh. Jangan sampai bocor. Aku juga membutuhkan beberapa murid tingkat 2 atau 3 untuk membayangiku sepanjang perjalanan. Jangan terlalu dekat dan jangan terlalu jauh. Mereka harus sebisa mungkin tidak terlihat.”“Baik, Tianglo. Ada perintah lainnya?”“Tidak ada. ‘Buntalan’ ini adalah masakan kesukaan Ketua. Jika tidak sampai, atau sampai dalam keadaan ‘dingin’, maka Ketua akan marah sekali. Kita semua akan kena celaka.”“Teecu mengerti. Teecu akan turun tangan langsung menang
Kini Cio San dan Bun Tek Thian berada di salah satu ‘cabang’ rahasia Ma Kauw. Cio San tidak menyangka kalau Ma Kauw mempunyai cabang rahasia di sebuah kantor pemerintahan!Memang ini hanya sebuah kota kecil. Walikotanya adalah anak buah Ma Kauw. Namanya Tong Sin Sat. Mereka sampai di kota kecil itu di sore hari, ketika kantor pemerintahan itu akan tutup. Setelah semua pegawai pulang, sang Walikota masih tetap tinggal untuk ‘menyelesaikan’ beberapa pekerjaan. Hanya pengawal pribadinya yang menunggu di ruang depan dekat pintu. Pastinya mereka juga anak buah Ma Kauw.Tong Sin Sat ini bertubuh tambun, dengan wajah kemerah-merahan. Seragamnya agak terlihat sempit. Raut mukanya cerah dan selalu tersenyum. Mereka bertiga sedang menikmati arak dan beberapa makanan kecil. Bun Tek Thian tidak memberikannya tugas apa-apa. Hanya sekedar mampir dan mengisi bekal.Bun Tek Thian juga tidak membicarakan hal-hal yang penting. Hanya sekedar bertanya-tanya tentang keluarga dan masalah pekerjaan sebagai
“Tentu saja… Tentu saja…” Mereka tertawa-tawa dan minum arak. Sayangnya Cio San harus disuapi oleh Bun Tek Thian, jika tidak, tentu ia akan ikut bersoja juga.Selanjutnya, Bun Tek Thian memerintahkan untuk mengambil pil racunnya. Tong Sin Sat pergi sebentar lalu kembali dengan membawa sebuah kotak besar. Isi kotak besar itu adalah bermacam-macam pil warna-warni. Bun Tek Thian mengambil sebuah pil dengan hati-hati karena tak ingin Cio San melihat ia mengambil pil yang mana. Lalu dengan sigap ia memasukkannya ke dalam mulut Cio San.Begitu Cio San menelannya, Bun Tek Thian langsung membuka totokannya.“Terima kasih. Boleh kutahu dimana jambannya, Tuan Walikota?” tanya Cio San.“Mari kuantarkan..,” tukas Tong Sin Sat.Mereka berdua pergi.Selang beberapa lama, mereka pun kembali ke ruang depan.“Sudah lega, Cio San?” tanya Bun Tek Thian sambil tertawa.“Bebas merdeka,” kata Cio San sambil mengelus-elus perutnya.Ia kembali duduk di tempat semula dan membiarkan Bun Tek Thian menotoknya. S
Pedang tinggal sejengkal dari tubuhnya.Blaaaaarrrrrrr…!!!!!!Ombak dan gelombang pedang pun buyar. Kedelepan penyerang itu terlempar beberapa tombak ke belakang. Di hadapan mereka kini berdiri beberapa orang. Salah satunya adalah orang yang menangkis serangan mereka tadi. Tubuhnya kurus, namun sangat jangkung. Usianya sudah tua. Bajunya merah. Matanya yang tajam menusuk jantung manusia. Jika ada orang yang bisa membunuh hanya dengan pandangan seperti itu, mungkin dialah orang satu-satunya.“Hormat buat Kauwcu! Semoga panjang usia!” Bun Tek Thian sujud menyembah.Inilah dia Ma Kauw-kauwcu (Ketua Ma Kauw)!“Ang Soat!” seru kedelapan orang itu berbarengan menyebut nama sang Kauwcu. Mereka lalu berbarengan menyerang sang Kauwcu. Gerakan mereka kali ini sungguh sukar ditangkap mata dan dibayangkan. Begitu cepat, begitu lincah, begitu ganas. Masing-masing mengisi posisi yang menutupi gerak lawannya. Menghadapi serangan seperti ini, tidak ada satupun yang bisa kauperbuat selain mengharap d
“Demi Tuhan, dan atas nama leluhur-leluhur saya, saya tidak pernah mengambil atau mencuri kitab apapun. Saya pun tidak membunuh guru saya,” jawab Cio San jujur.Lama sang Kauwcu menatap Cio San. Lalu ia berkata, “ Aku percaya padamu!”“Apakah Tuan Kauwcu ingin bertanya kepada saya tentang Kam Ki Hiang?” tanya Cio San tiba-tiba.“Darimana kautahu?” matanya membesar.“Saya kebetulan memiliki sedikit kemampuan membaca isi pikiran orang,” kata Cio San sambil tersenyum.“Aku tidak suka pada orang yang suka pamer! Darimana kautahu bahwa aku ingin tahu tentang Kam Ki Hiang?” tanyanya tegas.“Dengan ilmu sehebat Kauwcu, tentunya tidak mungkin Kauwcu ikut-ikut rebutan mencari kitab sakti segala. Di dunia ini, siapalah yang dapat menandingi ilmu Kauwcu. Jadi aku menduga, tentunya ada hal lain yang ingin engkau cari.”“Ketika tersiar kabar bahwa makam Kam Ki Hiang ternyata kosong, pasti banyak orang yang menyangka ia masih hidup. Dan karena banyak orang yang dendam padanya, tentulah urusan dan d
Raut wajah sang Kauwcu berubah, ia segera mengerahkan tenaga dalam untuk menghalau racun. Wajahnya bahkan bertambah pucat, ia terbatuk-batuk.“Jangan mengerahkan tenaga dalam!” teriak Cio San. “Racunnya mungkin akan semakin menghebat jika kalian mengerahkan tenaga dalam.”Semua orang yang ada disitu terpana. Apa yang harus dilakukan jika tidak menggunakan tenaga dalam? Semua yang ada di sana jatuh terduduk di lantai. Murid-murid yang ilmunya lebih rendah semua berkelojotan. Yang ilmunya tinggi masih berusaha bertahan.“Hahahahahahahahha, akhirnya kalian mampus semua!” terdengar suara terbahak-bahak.“Kau!”Semua orang disitu tak menyangka siapa orangnya.Cio San menoleh, ternyata ia adalah salah satu Tianglo dari Ma Kauw-tianglo yang hadir. Yang ini adalah Tianglo kanan.“Po Che King! Apa maksudmu? Tak kusangka!” sang Kauwcu berteriak marah.“Aku sudah menunggu saat-saat kita berkumpul bersama seperti ini. Awalnya aku menunggu bulan depan saat perayaan ulang tahunmu. Tapi sekarang mal
Bun Tek Thian tidak habis pikir. Ada orang di dunia ini yang seperti Cio San.“Jadi selama ini, kau menikmati kugendong-gendong dan kusuapi?” tanyanya.“’Kan sudah pernah kubilang, jika aku bercerita kepada orang-orang, pasti tak satu pun yang percaya aku digendong-gendong dan disuapi makan oleh salah seorang Tianglo Mo Kauw,” jawab Cio San. “Eh tapi Kakek yang baik, jangan bergerak dan berbicara dulu. Keadaan tubuhmu masih berbahaya. Obat yang kuberikan tadi hanya untuk membantu menahan serangan racun, sama sekali tidak menyembuhkan.”“Cio San, bukankah kau juga minum arak dan makan makanan yang sama, kenapa kau tidak keracunan?” tanya sang Kauwcu.“Saya juga tidak mengerti, Kauwcu. Racun itu memang membuat saya lambat bergerak, sehingga ada saudara-saudara Ma Kauw yang tidak sempat tertolong. Saya harus mencoba mengerahkan tenaga dalam say
“Dia tabib ahli pengobatan yang dimiliki Ma Kauw. Semua obat dan racun, dia yang buat.”“Apakah dia juga ahli silat?” tanya Cio San lagi.“Dia sama sekali tidak bisa silat,” tukas Ang Soat-kauwcu.“Berarti dia sudah mati, Kauwcu,” kata Cio San sambil menggeleng-geleng kepala.“Bagaimana kau tahu?”“Jika ada orang yang bisa menciptakan racun yang tanpa bau, tanpa rasa, dan bisa berakibat sehebat tadi, maka orang ini adalah orang yang sangat berbahaya. Begitu dia berhasil membuat racun itu, orang lain pasti berharap dia akan menyimpan rahasia itu rapat-rapat, sehingga tak ada orang lain lagi yang tahu. Dan hanya orang matilah, yang bisa menyembunyikan rahasianya rapat-rapat. Tadi pun Po Che King menyebut nama Keh-losiansing. Berarti dia tahu, dia tak perlu takut Keh-losiansing akan membuka rahasia, karena Keh-losians