Share

Bab 22

“Wah, apa lagi, Lopek? Kalau dihitung-hitung, dengan barang-barang pemberian Lopek ini, sudah cukup untuk modal buka toko. Hihihi…,” canda Cio San.

“Ah, bisa saja kau. Aku membawa ini.” Sambil berkata begitu, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam bungkusan. Sebuah guci dari bahan porselen. Ia lalu membuka tutup guci itu dan menghirup udara yang keluar dari dalamnya.

“Hmmm, bukankah itu arak Kim Lin dari daerah Nanking?” kata Cio San.

“Hey, kau tahu juga tentang arak, Cio San?”

“Kalau perkara arak, sejak kecil teecu sudah paham. Ayahanda teecu adalah pecinta arak. Tapi beliau minum bukan untuk mabuk, melainkan untuk dinikmati cita rasanya. Beliau memperkenalkan teecu kepada berbagai macam arak. Hingga dari baunya saja, teecu sudah tahu arak apa itu.”

“Heh? Wah, hebat juga kau,” A Liang berkata sambil geleng-geleng kepala. Dalam hatinya dia kagum juga dengan bakat dan kecerdasan Cio San. Tapi memang tidak mengherankan. Ayah Cio San adalah sastrawan terkemuka. Kecerdasan ini pasti saja menu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Irwan Aday
cerita sangat menarik, ulasan tentang cinta, kehidupan mengingatkan akan CERSIL, karya Asmaraman S. Kho Ping Ho, Batara, Sriwijono dll, saluut....untuk penulis, bisa menyajikannya dg baik..........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status