Beranda / Romansa / Kisah Cinta Sang Mafia / Awal Yang (tak) Sempurna

Share

Kisah Cinta Sang Mafia
Kisah Cinta Sang Mafia
Penulis: Sky_Earth

Awal Yang (tak) Sempurna

Penulis: Sky_Earth
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-13 12:04:51

Duaaakkk!!!

Pria didepan Juan melayangkan tinju kewajahnya. Juanpun terpental kesamping. Tubuhnya jatuh menimpa alat-alat musik yang dipajang. 

"Auch...," Juan meringis kesakitan.

"Ini peringatan pertama! Jika kau pintar, segera jauhi nona Celeste!" seru pria itu.

"Tuan dan Nyonya Ferrari telah mencium hubunganmu dengan putrinya dan mereka sama sekali tidak senang mendengarnya!"

"Aku peringatkan sekali lagi! Jika kau masih berkeras mendekati nona Celeste, maka bersiaplah untuk menerima akibatnya!" ancam pria itu lagi.

Ia kemudian berbalik dan menganggukkan kepala, memberi kode pada kawan-kawannya yang langsung disambut oleh mereka dengan merusak alat-alat musik yang terpajang disana. Toko musik Juan diacak-acak. 

Juan yang masih dalam posisi meringkuk kesakitan segera bangkit begitu melihat toko musiknya diacak-acak oleh kelima pria itu.

"Hentikan! Hentikan! Jangan! Jangan!" teriak Juan sambil berusaha menghentikan salah satunya merusak cello yang terpajang dietalase toko.

Namun yang didapat Juan lagi-lagi sebuah tinjuan yang kini bersarang diperutnya. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali pria itu melayangkan tinjunya ketubuh Juan hingga ia kembali tersungkur kelantai.

Melihat Juan tersungkur, pria itu ganti menendangi tubuh Juan tanpa belas kasihan. Juan hanya bisa menahan sakit seraya meringis kesakitan tanpa mampu membalas.

Setelah puas, kelima pria itu pergi meninggalkan toko musik Juan yang sudah porak poranda. Juan memandang kepergian kelima pria itu dengan mata nanar dan tubuh kesakitan.

***

"Juan, kenapa kau tidak pernah mau melanjutkan usaha papa?" tanya Don Maximo kepada Juan, putranya.

"Papa, papakan tahu jiwaku tidak disitu. Aku lebih suka musik," jawab Juan sedikit kesal.

"Papa tahu, nak. Tapi mau tidak mau kau tetap harus melanjutkan bisnis papa. Karna hanya kau satu-satunya milik papa. Siapa lagi yang akan meneruskannya kalau bukan kau, nak?" jelas papanya.

"Tapi, pa..." 

"Juan.... Juan..."

Juan belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ia menoleh. Juan merasa ada yang memanggilnya. Ia mencari arah suara itu.

"Juan.... Juan..."

Suara itu kembali memanggil namanya. Kali ini lebih jelas, tiba-tiba tanah tempatnya berpijak bergoyang. Juam terjatuh kedalam tanah yang dipijaknya. Ia menjerit sekuat tenaga memanggil papanya.

"Papaaaaa!!!!!!"

Juan seketika terbangun dan terduduk ditempat tidur. Keringat membanjiri kemeja yang dipakainya. Matanya membelalak, wajahnya pucat. 

"Juan? Kamu sudah sadar?" tanya seorang wanita tua disampingnya.

"Kamu tidak apa-apa, Juan?" tanyanya lagi dengan nada khawatir.

Juan menoleh ke asal suara itu, dilihatnya wanita tua berusia lima puluhan yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri duduk disamping tempat tidurnya dengan wajah khawatir. 

Dengan wajah bingung, Juan menjawab pertanyaan wanita tua itu, "Ak-aku tidak apa-apa, Ibu."

"Hpf... Syukurlah... Ibu khawatir sekali tadi melihat keadaanmu, nak," nada suaranya terdengar lega setelah mendengar jawaban Juan.

Juan tersenyum kecil pada wanita yang dipanggilnya ibu itu dan berkata, "Maaf bu, karena aku sudah membuat ibu khawatir."

Dipeluknya Juan dengan penuh kasih. Wanita tua ini adalah induk semang tempat Juan tinggal, namanya Maurice. 

Ia sangat menyayangi Juan seperti anaknya sendiri. Itu dikarenakan putra satu-satunya telah meninggal disebabkan oleh kanker. Bu Maurice sangat terpukul sekali dengan kepergian anak satu-satunya itu.

Disaat ia sedang bersedih dan merasa putus asa, ia melihat Juan tengah berdiri didepan pintu rumahnya. Ia merasa Juan sangat mirip dengan putranya. Juan yang saat itu membutuhkan tempat tinggal langsung disambut oleh Bu Maurice dengan senang hati.

Ia merasa Tuhan telah menolongnya dari keputusasaan karena kehilangan seorang putra dengan mendatangkan pemuda ini sebagai penghibur hatinya. Sejak saat itu, ia selalu memperhatikan kebutuhan Juan dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Oh ya bu, siapa yang membawa aku kerumah? Bukankah aku tadi berada ditoko?" tanya Juan masih dalam pelukan Bu Maurice.

Mendengar pertanyaan Juan, Bu Mauricepun melepaskan pelukannya dan berkata, "Lucas yang membawamu kemari dalam keadaan pingsan."

"Untunglah Lucas tadi mampir ketokomu, bayangkan jika ia tidak kesana. Aku tak tahu apa yang akan terjadi padamu," Bu Maurice berkata dengan nada ngeri membayangkan keadaan Juan.

"Aku harus berterima kasih pada Lucas," ucap Juan pelan.

"Ya, ya. Kau memang harus berterima kasih padanya. Karena dia sudah bersusah payah membawamu kesini sendirian," seloroh Bu Maurice.

"Ceritakan pada ibu apa yang sudah terjadi? Wajah dan tubuhmu babak belur penuh luka. Siapa yang sudah membuatmu seperti ini, sayang?" tanya Bu Maurice lembut.

Juan terdiam dan menundukkan kepalanya. Ia enggan bercerita pada Bu Maurice, karena ia tahu dengan pasti bahwa wanita itu akan menyuruhnya menghubungi polisi. Dan itu semua hanyalah pekerjaan yang sia-sia jika menyangkut nama Ferrari.

"Putraku sayang?" Bu Maurice mulai membujuknya.

Jika Bu Maurice sudah memanggilnya seperti itu, Juan tidak kuasa untuk menyembunyikan apapun pada wanita tua itu.

Akhirnya dengan lirih Juan berkata, "tokoku tadi didatangi oleh orang suruhan Tuan dan Nyonya Ferrari. Orangtua Celeste."

Bu Maurice langsung terbelalak mendengar ucapan Juan. Ia seketika bangkit berdiri seraya mengangkat kedua tangannya keudara.

"Ibu sudah bilang berapa kali padamu, Juan. Sudahi hubunganmu dengan Celeste. Kalian sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Orang tua Celeste salah satu keluarga terkaya dan terpandang dikota ini, Juan. Sedangkan kau? Apa yang bisa kau tawarkan kepada orangtua Celeste, sayang?" 

Juan hanya diam menundukkan kepalanya mendengar celotehan Bu Maurice. 

"Yang kamu punya hanya toko musik yang sudah tua itu, sayang. Kedua orangtua Celeste tidak akan memandang bahkan sebelah matapun kepada dirimu," ucap Bu Maurice lagi.

Braakkkk!!!

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka dengan kencang. Bu Maurice melompat kaget membalikkan badannya kearah pintu. Dilihatnya Lucas muncul disana dengan wajah merah dan nafas tersengal-sengal.

Belum sempat Bu Maurice dan Juan bertanya, Lucas sudah berkata duluan dengan nafas memburu.

"Juan, hhh... kamu... hhh... harus segera... hh.. ketokomu hhhh... sekarang juga..." 

"Ada apa, Lucas?" tanya Juan dan Bu Maurice bersamaan.

"Tokomu... hhh... tokomu terbakar!" jawab Lucas susah payah.

Bu Maurice dan Juan membelalakkan matanya, terkejut dengan kabar yang dibawa Lucas. Tanpa banyak bertanya lagi, Bu Maurice dan Juan melesat pergi menuju toko musik yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya. 

Sesampainya disana, mereka disambut kobaran api yang sangat dahsyat. Api sudah sangat membesar dan membumbung tinggi. Pemuda itu menatap nanar kearah api yang dengan ganasnya mulai menghabisi toko musik miliknya.

Kaki Juan lemas, ia jatuh berlutut ditrotoar menatap hampa kearah kobaran api. Tak dipedulikannya Bu Maurice yang berteriak histeris sambil menarik-narik bajunya. Pun orang yang lalu lalang didepannya berusaha memadamkan api. 

Ia kehilangan toko musik yang sangat dikasihinya hanya dalam hitungan jam. Juan menatap nanar kobaran api yang membumbung tinggi membelah langit malam nan kelam.

####

Bab terkait

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Kekhawatiran Celeste

    Pagi itu Juan bangun dengan suasana hati kelabu. Wajahnya terlihat mendung dan diliputi kesedihan. Bagaimana tidak, toko musik yang sangat berharga baginya terbakar habis dalam sekejap. Dengan gontai Juan melangkah menuju dapur, disana sudah ada Bu Maurice yang tengah berkutat didepan kompor membuat sarapan pagi. Pemuda itu mengambil kursi dan duduk dimeja makan. Pandangan matanya kosong. Bu Maurice yang melihat Juan hanya bisa menggelengkan kepala. Ia juga tidak tahu harus bagaimana menghibur pemuda itu. Sebab ia sangat tahu kalau Juan sangat mengasihi toko musiknya. Walaupun ia sendiri sangat tahu kalau toko musik Juan jarang menghasilkan. Bu Maurice meletakkan sepiring Panini dan secangkir Cappuccino dimeja depan Juan sebagai sarapan. Setelah itu ia mengambil tempat duduk didepan Juan. Dilihatnya wajah Juan yang murung. Wanita tua itupun menghela nafas panjang. Ia juga turut merasakan kesedihan Juan. "Sayang, ayo kita sarapan dulu. Setelah it

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Akhirnya Bertemu

    Juan berjalan menyusuri pasaraya kota Siracusa. Ia menawarkan dirinya untuk berbelanja pada Bu Maurice. Juan merasa bosan dirumah dan ingin jalan-jalan sejenak untuk menghilangkan kekusutan pikirannya. Sudah dua minggu ini ia mencari pekerjaan dikota kecil Siracusa, namun tidak ada satupun yang menerima dirinya. Alasannya sama, belum membutuhkan karyawan baru. Dihembusnya kuat-kuat nafasnya, berusaha membuang kekesalan yang ada. Juan berhenti didepan kios yang menjual berbagai macam buah-buahan segar. Juan ingin membeli buah anggur pesanan Bu Maurice. disaat ia tengah memilih, datanglah sekelompok pria berpakaian serba hitam menghampiri dirinya. Salah satu dari pria itu menarik bahu Juan dengan kasar sampai tubuhnya tertarik paksa kebelakang menghadap pria itu. Kemudian kedua tangannya langsung dipegang oleh dua orang pria dari kelompok itu. Ia diseret pergi dari kios buah tempatnya berdiri. Juan dibaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Apa Pilihan Juan?

    "Papa kenapa, Angelo?" desak Juan. "Papamu sudah mulai tua, tuan Juan. Tubuhnya tidak sekuat dulu lagi. Kini ia mulai sakit-sakitan. Disamping itu, pamanmu dan putranya sangat berambisi mengambil alih bisnis dan kekuasaan keluarga Maximo," jelas Angelo dengan wajah murung. "Jika mereka mengetahui bahwa anda tidak tertarik menjalankan bisnis papamu, aku khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan," sambung Angelo dengan nada cemas. Mendengar penjelasan Angelo, Juan hanya terdiam. Ia sesungguhnya enggan untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Sebab ia memiliki trauma yang cukup dalam terkait bisnis keluarganya itu. Namun, ia juga tidak bisa menolak. Karena ia satu-satunya penerus dari Keluarga Maximo. "Jadi aku harus bagaimana?" akhirnya Juan bertanya. Angelo memandang wajah Juan, lalu berkata "Anda harus pulang untuk bertemu dengan Tuan Dominica dan membicarakan hal ini, Tuan Juan." "Apakah tidak ada cara lain? Aku masi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Di Hajar Habis-Habisan

    "Tuan Juan, ada tak apa-apa?!" Samar-samar terdengar suara Angelo menanyakan keadaannya. Juan menatap Angelo dengan pandangan yang mulai kabur. "Cepat! Bawa tuan Juan kerumah sakit! Para preman ini biar aku yang memberinya pelajaran!" Perintah Angelo pada anak buahnya. Anak buah Angelo segera mengangkat tubuh Juan yang babak belur dan tak berdaya kedalam mobil. Setelah itu mereka segera pergi ke rumah sakit. Sebelum kesadarannya hilang, samar-samar Juan dapat melihat Angelo berdiri dengan mata menatap tajam para preman didepannya, senyum tersungging dibibir Angelo. Setelah itu kesadaran Juan menghilang. "Oke! Kalian para bajingan! Hadapi aku!" Seru Angelo dengan senyum mengejek diwajah. Pemimpin kelompok itu langsung memuncak emosinya ketika melihat senyum mengejek diwajah Angelo. Tanpa banyak bicara, ia segera memerintahkan anak buahnya menyerang Angelo yang hanya seorang diri. "Habisi pria itu! Sekarang!!!!" Ana

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Benarkah Itu?

    Perlahan Angelo memindahkan kakinya dari kepala pemimpin preman itu. Merasakan kepalanya tak lagi diinjak oleh Angelo, pria itu hendak menarik nafas lega. Namun dengan cepat Angelo menarik kencang baju pria itu hingga terduduk. "Aku butuh nama lengkapnya, sialan!" desis Angelo diwajah pemimpin preman itu. Pria itu membelalak terkejut dengan tindakan tak terduga itu. "Ce-Celeste! Celeste Ferrari! Itu nama orang yang mengirimku!" seru pria itu ketakutan. Angelo menatap tajam pria itu dan cengkramannya di kerah baju pria itu semakin kencang membuat pemimpin preman itu tercekik dan mulai kehabisan nafas. "Be-benar! Ak-aku tidak bohong! Celestelah yang mengirim kami un-untuk mengganggu pria itu!" Pemimpin preman itu berkata terburu-buru dengan leher semakin tercekik. Wajahnya semakin memerah akibat kurangnya suplai oksigen. Melihat hal itu, Angelo lalu melepaskan cengkramannya dengan kasar. Pemimpin preman itu langsung mengusa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Apa Yang Dilakukan Angelo?

    Angelo berdiri mematung menatap Juan yang terlihat sangat terkejut. "Pemimpin preman itu memberikannya padaku," jawab Angelo. "Apa?" "Apa kau mengenalnya, tuan Juan?" Tanya Angelo kembali. "Mmm... Ti-tidak! Aku tidak mengenalnya!" Jawab Juan berbohong. "Kau yakin, tuan?" Selidik Angelo. "Cukup, Angelo! Aku ingin istirahat!" Seru Juam seraya merebahkan tubuhnya kembali di kasur. Angelo yang merasakan ada keanehan pada diri Juan masih belum beranjak dari tempatnya. Pria itu masih memperhatikan Juan dengan seksama. "Mengapa kau masih disini? Pergilah!" Usir Juan kesal. Angelo akhirnya membungkukkan badannya memberi hormat pada Jaun dan segera keluar. Diluar Angelo masih terus memikirkan sikap Juan yang berubah aneh saat ia menyebut nama Celeste Ferrari. "Aku rasa tuan Juan mengenal wanita bernama Celeste Ferrari ini," gumam Angelo dengan kening berkerut. "Sikapnya tadi sungguh aneh, ia seperti menye

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Pertanyaan Untuk Celeste

    Tiba-tiba kedua mata Celeste terbuka. Melihat ada seorang pria tak dikenal sangat dekat dengan wajahnya, spontan Celeste berteriak. "Aaa! Apa yang kau lakukan?!" Celeste mendorong Angelo hingga pria itu jatuh terjengkang kebelakang. Angelo yang tak menduga Celeste akan sadar dari biusnya tentu saja sangat terkejut dan sekaligus malu dengan perbuatannya tadi. "Apa yang kau lakukan padaku, hah? Mengapa kau membawaku kesini? Siapa kau sebenarnya?!" Celeste memberondong Angelo dengan beberapa pertanyaan. Sementara itu Celeste sudah berdiri disudut kamar itu dengan sangat waspada. Angelo bangkit dari jatuhnya sambil tersenyum menahan malu. Ia kemudian berjalan mendekati Celeste. "Tak kuduga kau wanita yang sangat pemberani, Celeste," puji Angelo. "Apa maumu, hah?!" Seru Celeste menyembunyikan rasa takutnya. "Jangan takut padaku. Aku tak akan menyakitimu, nona," ucap Angelo sambil menjaga jarak dengan Celeste. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Kisah Cinta Sang Mafia   Rencana Armando Ferrari

    Celeste termenung didepan jendela kamarnya. Ia memikirkan setiap kalimat yang diucapkan pria bernama Angelo itu. "Juan kekasihmu adalah putera tunggal Dominica 'Don' Maximo, nama aslinya adalah Juan Alessandra Maximo." "Maukah kau ikut bersama Juan kembali ketempat asalnya?" Celeste memijit kepalanya yang tak sakit, ia hanya sedikit pusing memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Angelo. Celeste tidak ingin gegabah mengambjl keputusan. Jadi ia meminta waktu pada pria itu. Celeste lalu diantar pulang kerumahnya. "Ah, memikirkan hal ini membuatku jadi ingin minum-minum," ucap Celeste dalam hati. Jadi iapun beranjak dari kamarnya menuju mini bar yang berada diruang santai dilantai satu. Celeste mengambil sebotol red wine dan membukanya. Dituangkannya cairan berwarna merah pekat itu kedalam gelas dan Celeste menyesapnya perlahan. "Hm... Pilihan apa yang harus aku ambil, Juan?" Gumam Celeste seraya melihat bayangannya digela

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21

Bab terbaru

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 144

    Juan dan Celeste tercengang menatap wanita yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Wanita yang dibawa oleh Angelo yang dikenal dingin dan anti perempuan."Angelo?" ucap Celeste bingung."Perkenalkan, namanya Fiorella. Maafkan jika aku telah lancang mengajaknya untuk tinggal disini tanpa memberitahu kalian berdua terlebih dahulu. Tapi, ada alasan mengapa aku melakukan hal ini, tuan Juan, nona Celeste," jelas Angelo."Aku Fiorella, senang berkenalan dengan anda berdua," ucap Fiorella gugup."Ada apa ini, Angelo? Tidak biasanya kau membawa wanita seperti ini?" tanya Juan blak-blakkan didepan Fiorella."Dia adalah wanita yang diceritakan oleh Davidde tadi pagi, tuan Juan," jelas Angelo.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 143

    “A-apa maksudmu, Angelo? K-kau mengajakku tinggal bersamamu? Apakah tidak terlalu cepat? Kita berdua baru saja kenal,” ucap Fiorella dengan wajah merona merah karena malu.Menyadari kalau kalimat yang diucapkannya membuat Fiorella berpikiran macam-macam, Angelo cepat-cepat mengoreksinya dengan wajah sama merahnya dengan wanita itu.“Ah, ti-tidak! Maksudku bukan seperti itu! Maafkan aku jika ucapanku membuatmu berpikiran macam-macam!”“Maksudku, aku selama ini tinggal di hotel K bersama atasanku dan juga pacarnya. Mereka menyewa seluruh lantai, sehingga banyak kamar kosong. Jika kau mau, kau bisa mengisi salah satu kamar kosong di sana sampai kami menangkap pembunuh itu,” jelas Angelo cepat-cepat.“Oh, seperti itu,” ko

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 142

    Angelo melesat bagai peluru meninggalkan ruangan itu langsung masuk kedalam mobil tanpa memperdulikan Juan yang meneriakkan namanya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya satu. Fiorella.Ciri-ciri yang diceritakan oleh Davidde sangat cocok dengan Fiorella. Apalagi wanita itu membawa sekeranjang bunga, seingatnya Fiorella pernah bercerita padanya kalau ia sering membawa pulang bunga-bunga yang mulai layu untuk dikeringkan di rumahnya.“Pantas saja, dia tak membuka tokonya hari ini. Dia pasti syok dan ketakutan dengan kejadian semalam,” gumam Angelo.Tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita itu, Angelo bagai kerasukan menekan pedal gas dalam-dalam. Membawa mobil dengan kecepatan penuh. Hampir semua lalulintas dilewatinya tanpa perduli apakah sedang merah atau hijau. Yang ada dipikirannya sekarang adalah

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 141

    Pagi itu, Angelo kembali berjalan-jalan disekitar hotel hingga ke pasaraya yang letaknya tak jauh dari sana. Ia berniat mengenal Fiorella lebih jauh lagi. Setelah percakapan pertama keduanya, sudah sekitar 3 hari ia tak melihat wanita itu. Ia disibukkan dengan pembunuhan Domenico.Pagi ini sedikit senggang, sebelum mereka kembali ke markas Klan Maximo siang ini. Angelo menyempatkan menemui Fiorella untuk bercakap-cakap.Dengan bersemangat dan dada berdebar, Angelo berjalan menuju toko bunga Fiorella. Namun seketika ia mengernyit saat melihat toko wanita itu tutup. Tidak seperti biasanya, setahu Angelo Fiorella tidak pernah menutup tokonya.Dengan rasa penasaran ia lalu mendekati penjual tembikar yang letaknya persis di samping toko bunga Fiorella."Permisi, apa kau tahu

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 140

    Angelo segera memasukkan memory card tersebut kedalam saku jasnya. Setelah itu keduanya bergegas mengembalikan barang-barang tersebut pada petugas. Dengan tergesa-gesa keduanya kembali ke mobil dan segera pergi dari sana."Ini, tuan Juan," ucap Angelo sambil memberikan memory card yang disimpannya tadi."Haruskah aku lihat sekarang?" tanya Juan meminta pendapat Angelo."Mengapa tidak? Lebih cepat kita tahu isi memory card itu bukankah lebih baik? Siapa tahu disana ada petunjuk yang kita inginkan," balas Angelo ringan.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 139

    Angelo kembali ke hotel dengan suasana hati yang lebih cerah. Pertemuannya dengan wanita pemilik toko bunga, Fiorella, sedikit mencerahkan hatinya yang cukup lama berkabut.Dengan bersenandung kecil, Angelo memasuki kamar hotelnya. Ia terus teringat akan Fiorella, dadanya berdebar kencang setiap kali ia teringat wanita itu. Apakah ia jatuh cinta lagi? Pada wanita yang sama namun sedikit berbeda? Angelo menggeleng, mengusir pikiran melantur itu."Apa yang kau pikirkan, Angelo? Dia bukan Carina, dia Fiorella. Walaupun wajah mereka sama, itu bukan dia. Carina mu tidak akan kembali, sadarlah," tegurnya pada dirinya sendiri.Walau begitu, Angelo tetap memikirkan Fiorella. Memikirkan wanita itu diluar dugaan memberikan ketenangan dalam hatinya.****

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 138

    Menuruti perintah Juan, Angelo segera mengumpulkan anak buah Klan Maximo kemudian memberi mereka perintah untuk menyelidiki Alonzo. Serta berpatroli minimal 3 orang, agar menghindari penyerangan yang tidak diinginkan.Sementara Domenico telah pergi meninggalkan hotel dengan mengemban tugas menyelidiki bosnya sendiri, Armando Ferrari.Juan masuk kedalam kamar hotelnya dengan semangat baru, wajahnya kini berseri-seri tidak lagi murung seperti beberapa hari lalu. Celeste yang tengah duduk santai sambil membaca majalah mode merasa senang melihat perubahan itu."Darimana kau sayang? Aku mencarimu dari tadi," tanya Celeste sambil menurunkan majalah yang dibacanya."Aku tadi habis bertemu Domenico, sayang," jawab Juan sambil mencium pipi Celeste.

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 137

    Ottavio masuk ke dalam lift hotel dengan Domenico mengekor di belakang. Ia memencet tombol 7 yang artinya mereka akan ke lantai 7, dimana semua kamar di lantai itu adalah milik Juan untuk sementara dirinya tinggal di hotel itu.Domenico mengikuti Ottavio dalam diam, hanya matanya yang memperhatikan sepanjang perjalanan menuju tempat bertemu Juan dan Angelo. Tibalah keduanya di lantai 7 dan Ottavio segera keluar lift terus berjalan menuju kamar bernomor 710 sesuai instruksi yang diberikan.TOK! TOK! TOK!Ottavio mengetuk pelan pintu kamar nomor 710. Tak butuh waktu lama pintu kamar terbuka dan muncullah sosok sempurna Angelo. Ottavio terdiam, terpesona sekaligus terintimidasi oleh kehadiran Angelo. Apalagi pria itu tepat berdiri dihadapannya.Dengan bibir gemetar, Ottavio

  • Kisah Cinta Sang Mafia   Bab 136

    Angelo berjalan dengan terburu-buru meninggalkan pasaraya. Wajahnya pucat dengan keringat tak berhenti mengalir."Apa ini? Perasaan apa ini?" batin Angelo tak mengerti."Mengapa aku tak punya keberanian untuk bertanya pada wanita itu," batin Angelo lagi.Kenangan masa lalu sekilas berkelebat di pelupuk mata Angelo. Senyum manisnya, tawa renyahnya, mata hijau teduhnya tak pernah Angelo lupakan sekalipun.Angelo memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Kenangan itu serta wanita yang dilihatnya di pasaraya tadi menyakitkan kepalanya.Angelo bergegas membuka pintu kamarnya lalu melempar dirinya ke atas tempat tidur. Ia memejamkan kedua matanya dengan sebelah tangan diatas kening.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status