~Menjadi orang tuli itu ada baiknya. Kamu tidak perlu mendengar apa yang seharusnya tidak kamu dengar♡
Pagi ini, sama seperti biasanya, Cornell berjalan kaki untuk menuju ke sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.30. Cornell memang terbiasa berangkat pagi, karena dia bukan tipe siswa yang suka terlambat.
Saat sedang berjalan, Cornell merasa ada yang mengikuti langkahnya. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak cemas. Tiba-tiba, ada sebuah mobil yang berhenti tepat di sampingnya. Cornell pun menghentikan langkahnya.
Keluarlah seorang laki-laki setengah baya dari mobil itu. Dia kemudian berjalan mendekat ke arah Cornell.
"Kamu pegawai restoran yang waktu itu ya?" tanya laki-laki itu.
"A-ah mungkin pak, saya tidak terlalu ingat" jawab Cornell ragu.
"Saya masih ingat wajah kamu. Ngomong-ngomong kamu mau berangkat sekolah? Dimana sekolahmu?" tanya laki-laki itu.
"Saya sekolah di ASR High School" jawab Cornell seadanya.
"Waah kebetulan sekali, saya juga mau ke sana. Kalau begitu kamu berangkat sama bapak saja" ucap laki-laki itu.
Cornell hanya diam sambil berfikir. Ada rasa tidak enak jika menolak. Namun, dia juga tidak mengenal bapak itu. Cornell jadi semakin bingung saat ini.
"Nak, bapak tidak akan macam-macam padamu. Bapak ke sekolahmu karena ada urusan tersendiri. Jadi, mau pergi bersama?" ucap laki-laki itu meyakinkan.
"Ba-baiklah pak, terimakasih sudah mengizinkan saya menumpang" ucap Cornell.
"Jangan sungkan, ayo pergi" ajak laki-laki itu kemudian pergi bersama Cornell.
Di dalam mobil, laki-laki itu tidak sungkan mengajak Cornell berbincang. Dan Cornell pun tak segan untuk menjawabnya.
"Nak" panggil laki-laki itu. Tentu saja Cornell tidak merespon, karena dia tak bisa mendengarnya.
"Nak" panggil laki-laki itu lagi sambil menepuk pundak Cornell.
"E-eh maaf pak, saya tidak bisa mendengar perkataan bapak" ucap Cornell refleks.
"Maksud kamu?"
"Saya tuli"
Deg. Laki-laki itu lagi-lagi terkejut mendengar pengakuan dari Cornell. Sungguh tidak mengira akan seperti ini. Apa ini hanya kebetulan? Tapi, kenapa semirip ini?
"Ka-kamu tuli?" tanya laki-laki itu tidak percaya.
"Iya pak, saya tuli sejak lahir"
Lagi-lagi kebenaran ini mampu membuat laki-laki itu diam seribu bahasa. Dia tak mampu berkata-kata saat ini. Ada rasa senang dan tidak menyangka ini semua akan terjadi.
"Apa benar anak ini?" batin laki-laki itu.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 menit, kini Cornell dan laki-laki tadi sudah sampai di depan gerbang ASR High School.
"Terimakasih pak sudah memberi tumpangan pada saya" ucap Cornell sopan.
"Iya nak, jangan sungkan" balas laki-laki itu.
"Oh iya, siapa namamu?"
"Nama saya-"
"King!"
Tiba-tiba, Vlo datang dan memanggil Cornell sambil menepuk pundaknya dari arah belakang. Hal itu sontak membuat Cornell kaget dan menghentikan ucapannya.
"Kenapa datang-datang langsung mengagetkanku? Mau membuatku serangan jantung?" ucap Cornell kesal.
"Hehe maaf King. Kenapa masih di sini? Ayo ke kelas" ucap Vlo dengan tampang muka tak bersalah.
"Sebentar"
"Sekali lagi terimakasih pak. Saya permisi ke kelas dulu" ucap Cornell pada laki-laki itu.
Dia kemudian masuk bersama Vlo untuk menuju ke kelas. Sedangkan laki-laki itu, dia masih setia berdiri dengan fikirannya. Tak lama kemudian, laki-laki itu ikut masuk ke dalam kawasan ASR High School.
Jam pelajaran pertama di mulai. Seluruh siswa di kelas XII A2 mengikuti pelajaran dengan tenang tanpa suara. Tiba-tiba, ada seorang siswa masuk ke kelas mereka.
"Permisi pak, saya di perintahkan oleh pak Ramzi untuk memanggil Cornellio King Smart" ucap siswa itu to the point.
Seketika seluruh mata tertuju ke arah Cornell. Cornell yang tak sadar pun masih tetap berkutik dengan bukunya. Kemudian Vlo menepuk pundak Cornell untuk menyadarkannya.
"King, kamu di suruh ke ruang kepala sekolah" ucap Vlo.
"Untuk apa?" tanya Cornell bingung.
"Aku tidak tau. Lebih baik kamu cepat pergi" saran Vlo.
Cornell pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi menuju ruang kepala sekolah. Ada rasa tegang dalam dirinya, karena tidak biasanya pak Ramzi memanggilnya.
Kini, Cornell sudah ada di depan pintu ruang kepala sekolah. Dia langsung membuka pintu itu. Dan ternyata, di ruangan itu tidak hanya ada pak Ramzi. Tetapi juga ada Vero, Vano, dan dua laki-laki setengah baya yang tidak Cornell kenal. Tunggu, Cornell mengenal salah satu laki-laki itu. Yups, laki-laki itu tidak lain adalah orang yang memberi tumpangan pada Cornell tadi pagi.
"Silahkan duduk nak" ucap pak Ramzi.
Kini, Cornell sudah duduk di sebuah sofa yang dekat dengan pak Ramzi. Suasana menjadi semakin tegang dan canggung. Perasaan Cornell mulai tidak enak. Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah yang selalu ada di benak Cornell.
"Sebelumnya saya ucapkan terimakasih karena telah mengindahkan undangan saya ini. Ada hal penting yang harus saya sampaikan" ucap pak Ramzi.
"Cornell, apa kamu mengenal mereka?" tanya pak Ramzi sambil menunjuk ke arah 2 laki-laki setengah baya yang ada di depannya.
"Tidak pak, saya tidak mengenal bapak-bapak ini" jawab Cornell sopan.
"Baiklah, akan bapak beritahu. Orang yang ada di depan kamu adalah kedua donatur terbesar di sekolah kita, yang tidak lain adalah pak Devan dan pak Satya. Dan mereka berdua juga adalah ayah dari Vero dan Vano"
Cornell sedikit terkejut dengan penjelasan pak Ramzi. Jadi, sekarang Cornell sedang di hadapkan dengan dua donatur terbesar di sekolahnya? Dan laki-laki yang memberi tumpangan padanya adalah ayah Vero? Cornell sungguh tidak menyangka dengan semua ini.
"Saya mengundang kalian karena perintah dari pemilik sekolah ini yaitu pak Bramando. Beliau mendapat kabar dari anaknya bahwa di sekolah kita terjadi kasus pembullyan yang pelakunya tidak lain adalah Vero dan Vano. Serta korbannya adalah Cornellio King Smart"
"Sekarang saya tanya pada Vero dan Vano, apa benar kalian membully Cornell?"
Vero dan Vano pun seketika menciut. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Gimana Ver?" bisik Vano.
"Sesuai rencana Lo" jawab Vero mantap. Dia kemudian memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan pak Ramzi.
"Iya pak, kami mengaku telah membully Cornell dan kami menyesali perbuatan kami" ucap Vero.
"Baiklah jika kalian mengakuinya. Sebagai hukumannya, kalian berdua harus meminta maaf pada Cornell dan kalian bapak skors selama dua hari!" tegas pak Ramzi.
"Baik pak, kami siap menjalankan hukuman yang bapak berikan" ucap Vero.
"Cornell, kami berdua minta maaf kalau sering bully Lo, kami menyesal ngelakuin itu ke Lo. Lo maukan maafin kami?" ucap Vero.
Cornell yang melihat Vero seperti itu pun merasa iba. Tapi, dia masih belum bisa percaya dengan ucapan Vero. Dia merasa kalau ini hanya sandiwara semata.
"Aku sudah memaafkan kalian dari dulu" balas Cornell sambil tersenyum.
Ada sepasang mata yang memperhatikan Cornell sedari tadi. Dan orang itu tidak lain adalah Devan, ayah Vero.
"Kenapa aku semakin yakin kalau dia adalah orang yang selama ini aku cari?" batin Devan.
Setelah semuanya selesai, Cornell dan yang lainnya pun keluar dari ruang kepala sekolah. Saat ingin kembali ke kelas, ada sebuah tangan yang menghentikan langkahnya.
"Nak" ucap Devan dengan suara beratnya. Cornell pun berbalik badan.
"Siapa namamu tadi?" tanya Devan.
"Cornellio King Smart, pak" jawab Cornell.
"Dimana orang tuamu? Apa mereka bersamamu?" tanya Devan yang semakin menjadi.
"Maaf pak, ada keperluan apa bapak dengan orang tua saya?" tanya Cornell heran.
"Jawab saja nak, bapak butuh jawaban kamu" ucap Devan. Akhirnya Cornell pun memberitahu Devan.
"Orang tua saya, mereka tidak ada di sisi saya. Ibu saya sudah meninggal, dan ayah saya..." ucap Cornell menggantung.
"Saya tidak tau dia dimana"
Deg. Rasa sakit tiba-tiba di rasakan oleh Devan. Dugaannya benar. Cornell adalah orang yang selama ini dia cari.
"Nak, jika bapak bilang kalau bapak adalah ayahmu, apa kamu akan percaya?" tanya Devan yang sontak membuat Cornell terkejut.
"Ma-maksud bapak?"
"Bapak adalah ayah kamu, ayah kandung kamu! Kamu adalah anak bapak yang selama ini bapak cari!" tegas Devan.
"Ti-tidak mu-mungkin"
Part 8 selesai:)
Tinggalkan jejak kakak♡‿♡~Tidak selamanya kehidupan berjalan dengan kebahagiaan. Ada kalanya kita harus merasa susah, agar kita tau arti kehidupan yang sebenarnya. Karena hidup bukan hanya tentang bahagia, tetapi juga luka♡Cornell tidak percaya dengan apa yang Devan katakan. Baginya, sulit untuk mempercayai Devan sebagai ayahnya. Terlebih karena Devan adalah ayah dari Vero, temannya yang selalu membully nya."Nak, bapak tidak sedang bercanda. Bapak bisa menjelaskan semuanya agar kamu percaya" ucap Devan."Jika memang bapak adalah ayah saya, kenapa bapak baru datang sekarang? Apakah untuk menemukan saya butuh waktu 18 tahun lamanya? Kemana saja bapak selama ini?" tanya Cornell dengan nada sendu."Bapak akan jelaskan semuanya, tapi tidak di sini"Devan kemudian membawa Cornell ke taman di sekolah itu. Mereka berdua duduk di salah satu kursi panjang yang ada di situ."Sekarang, apa bapak bisa menjelaskan semu
~Terkadang, tidak semua yang kita lihat adalah kebenaran yang sesungguhnya♡ By : Liliss354Matahari yang cerah menjadikan hari ini sebagai hari yang indah. Burung-burung bersiulan saling sahut-sahutan. Terdengar suara paruh baya dari rumah tetangga yang menyuruh anaknya bersiap untuk menjelajah dunia.Terlihat gadis cantik dengan paras yang apik sedang menyusuri jalanan kota Jakarta. Dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, menambah aura kecantikannya.Dia Evlogia Queen Alister, anak dari pengusaha kaya yang terkenal di seluruh Indonesia. Namun, dia tidak pernah menyombongkan statusnya. Baginya semua orang sama, yang membedakan adalah budi pekertinya.Disinilah dia, sekolah baru yang kini akan menjadi tempat belajarnya. Vlo berjalan menyusuri gedung sekolah. Saat sampai di lapangan basket, dia mendengar teriakan siswa yang
~Terkadang, kita harus menerima perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan itulah tercipta sebuah persatuan♡‿♡Vlo kemudian pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Saat sampai di kantin, ada yang mengganggu matanya."Kenapa disitu sangat ramai? Sepertinya ada yang tidak beres" batin Vlo.Karena penasaran, Vlo mendekat ke arah kerumunan itu. Dia memaksa untuk masuk ke tengah agar bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.Deg.Betapa terkejutnya dia saat melihat pembullyan yang terjadi di depan matanya. Dan yang membuatnya tidak percaya adalah, korban pembullyan itu adalah laki-laki aneh yang duduk satu meja dengannya."Nggak usah belagu deh Lo, orang miskin kaya Lo itu pantasnya di kolong jembatan!" bentak Veronico Berliana Smith, atau yang kerap di panggil Vero.Laki-laki itu hanya diam menerima perkataan pedas dari Vero. Dan ada bekas pukulan di wajahny
~Ketika telinga tak mampu menangkap suara, maka gunakanlah mata untuk menangkap kata♡Vlo menatap Cornell sendu, ada rasa kasihan dalam hatinya. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang yang memiliki kekurangan fisik. Namun, Vlo berusaha untuk tetap tegar dan tersenyum di hadapan Cornell."Lalu, apa masalahnya jika kamu tuli? Aku tidak perduli, yang aku tau kamu adalah temanku" ucap Vlo antusias. Cornell yang melihat Vlo seperti itu menjadi tersenyum."Terimakasih""Untuk apa King?" tanya Vlo bingung. Pasalnya, dia tidak berbuat apapun pada Cornell."Untuk semua. Apa kamu tau, kamu adalah teman keduaku di dunia ini. Hanya kamu dan Leo" jawab Cornell jujur.Deg.Vlo seakan tertampar dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Dia merasa kurang bersyukur selama ini. Dia yang memiliki banyak teman, keluarga yang utuh, bahkan semua yang dia inginkan selalu dia dapatkan. Namun, ter
~Jangan kamu jadikan kekurangan sebagai alasan. Karena dari kekurangan itulah kamu belajar bahwa kelebihan hanya akan membawa pada kebohongan♡Cornell terus berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai. Dia berjalan di pinggir-pinggir jalanan. Mulutnya terus bergumam seakan sedang bernyanyi.Dia terus melangkahkan kakinya yang panjang dan ramping. Hingga sampailah dia di sebuah rumah kecil yang biasa di sebut kos-kosan.Cornell membuka pintu rumah itu kemudian masuk ke dalamnya. Tak lupa dia menutup kembali pintunya. Dia masuk ke dalam kamar dan mengganti seragamnya dengan pakaian kerja.Yups. Cornell memang bekerja di sebuah restoran yang tidak terlalu besar. Gajinya pun hanya bisa dia gunakan untuk membiayai sekolah dan membayar kos-kosan.Cornell kemudian langsung pergi ke restoran tempat dia bekerja. Jarak restoran dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh. Hanya dengan sepuh menit berjalan, Cornel
~Aku adalah malam, dan kamu adalah bintang. Tanpamu, aku hanyalah kegelapan yang di benci kebanyakan orang♡Pagi yang cerah kembali hadir menyapa para insan yang masih di berikan kesempatan untuk berbuat kebaikan.Hari ini seperti biasanya, para siswa-siswi ASR High School mulai memasuki gerbang sekolah. Terlihat seorang siswa laki-laki dengan seragam putih abu-abunya memasuki kawasan ASR High School.Dia Cornellio King Smart, laki-laki dengan sejuta kelebihan namun tertutup oleh satu kekurangan. Hanya karena dia tuli, dia kemudian di jauhi oleh semua temannya. Bahkan, dari beribu siswa di ASR High School, hanya ada dua orang siswa yang mampu menerima kekurangannya, siapa lagi kalau bukan Leo dan Vlo.Cornell berjalan menuju kelasnya. Namun, saat melewati lapangan basket, ada bola yang mengenai tubuhnya.Dukkk.Bola itu tepat mengenai tubuhnya. Cornell melihat ke arah lapangan basket berusaha
~Tidak semua keluh perlu di kesahkan, tidak semua kebahagiaan perlu di bagikan, dan tidak semua perasaan perlu di utarakan♡Setelah pergi dari kantin, Vlo dan Cornell memutuskan untuk kembali ke kelas. Mereka duduk di bangku mereka. Dengan perasaan marah dan kesal, Vlo memukul-mukul meja yang ada di depannya."Queen, apa yang kamu lakukan?" ucap Cornell menghentikan tindakan Vlo yang menurutnya kekanak-kanakan.Vlo pun menghentikan tindakannya. Dia menghadap ke arah Cornell dengan tatapan sendu bercampur kesal."Aku tidak habis fikir dengan mereka, King. Kenapa mereka terus saja menghancurkan ketenangan kita? Apa dengan mengusik kita mereka menjadi senang? Cihh, sia-sia sekali hidup mereka!" kesal Vlo."Tenangkan dirimu, tidak ada gunanya mengurusi mereka. Dengarkan aku, kamu tidak mengenal mereka dengan baik, jadi jangan terus-terusan melawan mereka Queen" ucap Cornell berusaha menghentikan Vlo.
~Terkadang, tidak semua yang terlihat kuat di luar juga kuat di dalam. Karena ada yang kelihatan kuat namun sebenarnya rapuh♡"Cornellio King Smart? Sepertinya papa tidak asing dengan nama itu" ucap Bramando sambil berfikir keras."Papa tentu sudah nggak asing lagi dengannya, karena yang Vlo tau dia itu murid pintar di ASR High School. Dan yang membuat dia berbeda, dia itu tuli" jelas Vlo menimpali ucapan Bramando."Dia...tuli?" tanya Sekar tidak percaya."Iya ma. Tapi dia masih bisa mengerti ucapan orang lain dengan membaca mulutnya. Hebat kan ma?" ucap Vlo yang terlihat membanggakan Cornell."Tunggu, kenapa kamu seperti sudah sangat mengenalnya?" tanya Bramando penasaran."Ish papa, jelas dong Vlo kenal, secara kan dia itu teman satu bangku Vlo" gerutu Vlo."Tapi, kamu bilang tadi dia di bully? Kenapa dia nggak lapor sama pihak sekolah aja? Kenapa baru saat ini ka
~Tidak selamanya kehidupan berjalan dengan kebahagiaan. Ada kalanya kita harus merasa susah, agar kita tau arti kehidupan yang sebenarnya. Karena hidup bukan hanya tentang bahagia, tetapi juga luka♡Cornell tidak percaya dengan apa yang Devan katakan. Baginya, sulit untuk mempercayai Devan sebagai ayahnya. Terlebih karena Devan adalah ayah dari Vero, temannya yang selalu membully nya."Nak, bapak tidak sedang bercanda. Bapak bisa menjelaskan semuanya agar kamu percaya" ucap Devan."Jika memang bapak adalah ayah saya, kenapa bapak baru datang sekarang? Apakah untuk menemukan saya butuh waktu 18 tahun lamanya? Kemana saja bapak selama ini?" tanya Cornell dengan nada sendu."Bapak akan jelaskan semuanya, tapi tidak di sini"Devan kemudian membawa Cornell ke taman di sekolah itu. Mereka berdua duduk di salah satu kursi panjang yang ada di situ."Sekarang, apa bapak bisa menjelaskan semu
~Menjadi orang tuli itu ada baiknya. Kamu tidak perlu mendengar apa yang seharusnya tidak kamu dengar♡Pagi ini, sama seperti biasanya, Cornell berjalan kaki untuk menuju ke sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.30. Cornell memang terbiasa berangkat pagi, karena dia bukan tipe siswa yang suka terlambat.Saat sedang berjalan, Cornell merasa ada yang mengikuti langkahnya. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak cemas. Tiba-tiba, ada sebuah mobil yang berhenti tepat di sampingnya. Cornell pun menghentikan langkahnya.Keluarlah seorang laki-laki setengah baya dari mobil itu. Dia kemudian berjalan mendekat ke arah Cornell."Kamu pegawai restoran yang waktu itu ya?" tanya laki-laki itu."A-ah mungkin pak, saya tidak terlalu ingat" jawab Cornell ragu."Saya masih ingat wajah kamu. Ngomong-ngomong kamu mau berangkat sekolah? Dimana sekolahmu?" tanya laki-laki itu.
~Terkadang, tidak semua yang terlihat kuat di luar juga kuat di dalam. Karena ada yang kelihatan kuat namun sebenarnya rapuh♡"Cornellio King Smart? Sepertinya papa tidak asing dengan nama itu" ucap Bramando sambil berfikir keras."Papa tentu sudah nggak asing lagi dengannya, karena yang Vlo tau dia itu murid pintar di ASR High School. Dan yang membuat dia berbeda, dia itu tuli" jelas Vlo menimpali ucapan Bramando."Dia...tuli?" tanya Sekar tidak percaya."Iya ma. Tapi dia masih bisa mengerti ucapan orang lain dengan membaca mulutnya. Hebat kan ma?" ucap Vlo yang terlihat membanggakan Cornell."Tunggu, kenapa kamu seperti sudah sangat mengenalnya?" tanya Bramando penasaran."Ish papa, jelas dong Vlo kenal, secara kan dia itu teman satu bangku Vlo" gerutu Vlo."Tapi, kamu bilang tadi dia di bully? Kenapa dia nggak lapor sama pihak sekolah aja? Kenapa baru saat ini ka
~Tidak semua keluh perlu di kesahkan, tidak semua kebahagiaan perlu di bagikan, dan tidak semua perasaan perlu di utarakan♡Setelah pergi dari kantin, Vlo dan Cornell memutuskan untuk kembali ke kelas. Mereka duduk di bangku mereka. Dengan perasaan marah dan kesal, Vlo memukul-mukul meja yang ada di depannya."Queen, apa yang kamu lakukan?" ucap Cornell menghentikan tindakan Vlo yang menurutnya kekanak-kanakan.Vlo pun menghentikan tindakannya. Dia menghadap ke arah Cornell dengan tatapan sendu bercampur kesal."Aku tidak habis fikir dengan mereka, King. Kenapa mereka terus saja menghancurkan ketenangan kita? Apa dengan mengusik kita mereka menjadi senang? Cihh, sia-sia sekali hidup mereka!" kesal Vlo."Tenangkan dirimu, tidak ada gunanya mengurusi mereka. Dengarkan aku, kamu tidak mengenal mereka dengan baik, jadi jangan terus-terusan melawan mereka Queen" ucap Cornell berusaha menghentikan Vlo.
~Aku adalah malam, dan kamu adalah bintang. Tanpamu, aku hanyalah kegelapan yang di benci kebanyakan orang♡Pagi yang cerah kembali hadir menyapa para insan yang masih di berikan kesempatan untuk berbuat kebaikan.Hari ini seperti biasanya, para siswa-siswi ASR High School mulai memasuki gerbang sekolah. Terlihat seorang siswa laki-laki dengan seragam putih abu-abunya memasuki kawasan ASR High School.Dia Cornellio King Smart, laki-laki dengan sejuta kelebihan namun tertutup oleh satu kekurangan. Hanya karena dia tuli, dia kemudian di jauhi oleh semua temannya. Bahkan, dari beribu siswa di ASR High School, hanya ada dua orang siswa yang mampu menerima kekurangannya, siapa lagi kalau bukan Leo dan Vlo.Cornell berjalan menuju kelasnya. Namun, saat melewati lapangan basket, ada bola yang mengenai tubuhnya.Dukkk.Bola itu tepat mengenai tubuhnya. Cornell melihat ke arah lapangan basket berusaha
~Jangan kamu jadikan kekurangan sebagai alasan. Karena dari kekurangan itulah kamu belajar bahwa kelebihan hanya akan membawa pada kebohongan♡Cornell terus berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai. Dia berjalan di pinggir-pinggir jalanan. Mulutnya terus bergumam seakan sedang bernyanyi.Dia terus melangkahkan kakinya yang panjang dan ramping. Hingga sampailah dia di sebuah rumah kecil yang biasa di sebut kos-kosan.Cornell membuka pintu rumah itu kemudian masuk ke dalamnya. Tak lupa dia menutup kembali pintunya. Dia masuk ke dalam kamar dan mengganti seragamnya dengan pakaian kerja.Yups. Cornell memang bekerja di sebuah restoran yang tidak terlalu besar. Gajinya pun hanya bisa dia gunakan untuk membiayai sekolah dan membayar kos-kosan.Cornell kemudian langsung pergi ke restoran tempat dia bekerja. Jarak restoran dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh. Hanya dengan sepuh menit berjalan, Cornel
~Ketika telinga tak mampu menangkap suara, maka gunakanlah mata untuk menangkap kata♡Vlo menatap Cornell sendu, ada rasa kasihan dalam hatinya. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang yang memiliki kekurangan fisik. Namun, Vlo berusaha untuk tetap tegar dan tersenyum di hadapan Cornell."Lalu, apa masalahnya jika kamu tuli? Aku tidak perduli, yang aku tau kamu adalah temanku" ucap Vlo antusias. Cornell yang melihat Vlo seperti itu menjadi tersenyum."Terimakasih""Untuk apa King?" tanya Vlo bingung. Pasalnya, dia tidak berbuat apapun pada Cornell."Untuk semua. Apa kamu tau, kamu adalah teman keduaku di dunia ini. Hanya kamu dan Leo" jawab Cornell jujur.Deg.Vlo seakan tertampar dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Dia merasa kurang bersyukur selama ini. Dia yang memiliki banyak teman, keluarga yang utuh, bahkan semua yang dia inginkan selalu dia dapatkan. Namun, ter
~Terkadang, kita harus menerima perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan itulah tercipta sebuah persatuan♡‿♡Vlo kemudian pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Saat sampai di kantin, ada yang mengganggu matanya."Kenapa disitu sangat ramai? Sepertinya ada yang tidak beres" batin Vlo.Karena penasaran, Vlo mendekat ke arah kerumunan itu. Dia memaksa untuk masuk ke tengah agar bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.Deg.Betapa terkejutnya dia saat melihat pembullyan yang terjadi di depan matanya. Dan yang membuatnya tidak percaya adalah, korban pembullyan itu adalah laki-laki aneh yang duduk satu meja dengannya."Nggak usah belagu deh Lo, orang miskin kaya Lo itu pantasnya di kolong jembatan!" bentak Veronico Berliana Smith, atau yang kerap di panggil Vero.Laki-laki itu hanya diam menerima perkataan pedas dari Vero. Dan ada bekas pukulan di wajahny
~Terkadang, tidak semua yang kita lihat adalah kebenaran yang sesungguhnya♡ By : Liliss354Matahari yang cerah menjadikan hari ini sebagai hari yang indah. Burung-burung bersiulan saling sahut-sahutan. Terdengar suara paruh baya dari rumah tetangga yang menyuruh anaknya bersiap untuk menjelajah dunia.Terlihat gadis cantik dengan paras yang apik sedang menyusuri jalanan kota Jakarta. Dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, menambah aura kecantikannya.Dia Evlogia Queen Alister, anak dari pengusaha kaya yang terkenal di seluruh Indonesia. Namun, dia tidak pernah menyombongkan statusnya. Baginya semua orang sama, yang membedakan adalah budi pekertinya.Disinilah dia, sekolah baru yang kini akan menjadi tempat belajarnya. Vlo berjalan menyusuri gedung sekolah. Saat sampai di lapangan basket, dia mendengar teriakan siswa yang