Varsha hanya terperangah mendengar cerita detail keluarga Fabian yang cukup rumit di dengar. Varsha mengamati satu persatu foto keluarga yang Fabian tunjukan.
"Jadi, saat ini Ayahmu menikahi Kakak iparnya?" tanya Varsha mencerna cerita.Fabian mengangguk."Menarik sekali bukan kisah keluargaku? Ayah bahkan tidak berminat untuk mengelola perusahaan milik Kakek dan memilih menjadi Presdir di Suryakancana Group. Karena itu, sebagai cucu satu-satunya aku menjadi korban harapan!" keluh Fabian.Varsha baru menyadari bahwa Fabian adalah orang yang memiliki kepribadian menarik. Kepribadiannya lugas, cara bicaranya menyenangkan, dan juga sangat ramah. Jauh berbeda dengan Varsha yang dingin dan juga sulit membuka diri.Bertukar peran ini akan sangat menyulitkannya!Suara ringtone lagu Dionysus terdengar dari ponsel Fabian. Fabian meraih ponsel dan menempelkannya di telinga."Halo cantik, ada apa menelefon?" sapa Fabian dengan nada merayu.Varsha terlihat meringis. Ia tidak suka gaya bicara semacam itu pada wanita. Terlebih lagi, Varsha memang tidak pernah berpacaran."Oh... baik Alin sayang, aku akan datang untukmu dan Keyhan. See you...," tutur Fabian sambil menutup ponselnya.Varsha hanya menatap Fabian. Ia tidak berani bertanya, namun entah mengapa ia sedikit penasaran."Alindra, ia adalah puteri Nyonya Keiyona. Aku sering menggodanya karena kami sudah seperti saudara kandung sejak kecil. Apakah kau mengira ini kekasihku?" Fabian terkekeh seolah mengetahui apa yang akan Varsha tanyakan.Varsha tersenyum simpul. Entah bagaimana Fabian mengetahui isi pikirannya."Nah, karena malam ini aku ingin berkemah. Untuk itu, kau gantikan aku menghadiri jamuan makan malam!" usul Fabian.Varsha terkejut. Tidak mungkin, ini terlalu mendadak. Ia bisa mati kutu jika ketahuan!"Kau tahu, ini terlalu mendadak. Sulit buatku!" Varsha menyanggah.Fabian menjentikan jarinya."Kalau enggan, bayar saja uang sewa hotel ini."Licik! Varsha tentu tidak akan sanggup membayar dan mau tidak mau mengikuti kemauan Fabian. Ia hanya bisa mendengus."Akan kuajari banyak hal mengenai tata cara makan. Kau bisa berlatih selama dua jam!" tutur Fabian.Terdengar pintu kamar diketuk. Para pelayan masuk, membawakan mereka berdua makanan.Salah seorang pelayan nampak gemetar ketika melihat sosok Fabian dan Varsha yang serupa! Fabian bergegas menghampiri pelayan itu."Jika kau mengatakan apa yang kau lihat disini diluar sana. Kupastikan riwayatmu akan tamat!" ancam Fabian.Pelayan itu menunduk ketakutan."T-tidak Tuan. Saya berjanji!" ujar pelayan itu.Fabian mencabut name tag pelayan itu. Ia memasukan name tag tersebut ke dalam saku."Siapapun diantara kalian, jika hal ini tersebar keluar. Kupastikan kalian pulang hanya membawa nama." Fabian memberi titah."Baik Tuan!" jawab para pelayan.Para pelayan itu mundur dan pergi dari ruangan Fabian. Fabian menoleh dan menatap Varsha lekat-lekat."Menyenangkan bukan memerintah orang seperti ini?" tanya Fabian sambil menyeringai.Dasar gila!-Umpat Varsha dalam hati. Ia hanya menyeringai mendapati Fabian yang terlihat santai sambil duduk kembali di hadapan Varsha."Kuajari kau table manner untuk makan. Ah... aku lupa, apakah kau suka minuman keras?" tanya Fabian.Varsha menggeleng."Tidak terlalu...," jawab Varsha, ia tidak ingat kapan terakhir kali ia minum.Fabian merutukkan jemarinya diatas meja dan berpikir. Ia menatap Varsha sambil mengulum bibirnya."Sampanye, wine, dan minuman keras lainnya akan tersaji acapkali diadakan pertemuan bisnis. Kau harus mulai membiasakan perutmu," Fabian menatap Varsha dengan sungguh-sungguh."Aku akan berpura-pura tidak enak badan," Varsha memberi usul.Fabian tertawa kecil."Kau lebih cerdas daripada apa yang kubayangkan. Kurasa, ini akan menjadi pertukaran nasib yang memicu adrenalin!" Fabian tersenyum.Mereka berdua berpandangan dan saling melemparkan senyum penuh arti. Seperti apakah malam itu akan terjadi?**Rambut Fabian dan Varsha kini usai dipangkas sama persis. Sang penata rambut dibayar mahal untuk tutup mulut atas kemiripan mereka berdua."Lihat, tidak ada bedanya antara dirimu dan diriku!" tutur Fabian.Varsha menatap Fabian. Ia memang benar-benar seperti berkaca!"Ada bedanya. Aku memiliki tahi lalat kecil di ujung hidung, sementara... kau tidak."Fabian menyentuh ujung hidungnya dan tertawa kecil."Tidak akan ada yang menyadari secara signifikan. Kurasa, ini sudah saatnya kau ke acara pesta. Pergilah, kau bisa kembali ke Hotel ini setelah selesai pesta."Varsha mengangguk. Ia sudah dilatih dan diberikan banyak wawasan mengenai perusahaan. Ia juga sudah diberi tahu mengenai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dilontarkan padanya.Dengan mobil mewah Varsha duduk di bangku belakang. Dilayani bagaikan seorang Raja dan dihormati layaknya mentari. Para pengawal mengikuti mobil yang dinaki Varsha ke arah hotel Suryakancana Group.Pesta jamuan makan malam itu terlihat privat. Hanya bagian keluarga Suryakancana Group yang boleh menghadiri pesta tersebut. Varsha sedikit gugup, ia belum pernah bertemu dengan orang-orang kalangan kelas atas!Mobil akhirnya tiba di depan lobby Suryakancana Group. Varsha semakin gemetar menghadapi semua ini.Ah sial! Ini lebih menakutkan daripada masuk penjara!"Selamat datang Tuan Fabian...," sapa para pelayan di Hotel tersebut.Varsha berjalan diikuti para pengawal, ia membalas sapaan itu dengan senyum. Gestur tubuh dan cara Varsha berjalan sama persis seperti Fabian. Tidak akan ada yang menyadari bahwa ia adalah orang yang berbeda.Ruangan pesta yang sangat mewah itu dihiasi ornamen-ornamen mahal yang terasa mencolok mata. Pakaian orang-orang terlihat sangat mahal saat Varsha memandangnya. Musik klasik Eropa pun mengiringi jamuan makan malam tersebut, ini bagaikan drama kerajaan klasik!"Fabian anakku!" sapa seorang pria.Varsha menatap pria usia 50-an itu dengan perasaan aneh. Entah mengapa, ia seperti sudah mengenal pria itu sejak lama. Padahal, pria itu merupakan Presdir sekaligus Ayahanda Fabian!"Ya, Ayah...," sapa Fabian ragu.Pria itu tersenyum, ia Giandra Triasono. Wajah tampannya tak memudar meskipun sudah berusia senja. Entah mengapa, Varsha merasa bahagia menatap wajah Tuan Giandra. Ia tak mengerti akan perasaan yang satu itu."Duduklah, Alindra dan Keyhan terus menanyaimu!" ujar Tuan Giandra sambil menepuk pundak puteranya.Varsha tercengang melihat Keyhan yang manis dan tampan. Ia adalah adik tiri Fabian sekaligus calon penerus tahta kerajaan bisnis Suryakancana Group."Muka lu kusut banget. Kenapa bro, puyeng duduk di kursi Direktur?" ledek Keyhan sambil berderai tawa.Varsha berusaha tertawa. Ia sulit sekali tertawa belakangan ini. Namun semuanya harus sempurna, akting ini harus sempurna!"Gua kangen sama lo bangsul, Keyhan ngeledek gua terus saat latihan! Lo gak akan ngetawain gue 'kan?" tanya Alindra.Alindra adalah wanita yang sangat cantik. Varsha cukup tertarik saat melihat sosok Alindra!
Namun Varsha harus mengenyahkan segala perasaan itu demi kelancaran tukar nasib yang Fabian pinta. Semoga tidak akan ada hal buruk yang terjadi."Ah, jangan terlalu giat berlatih!" Varsha berusaha senatural mungkin."Lo sariawan? Irit banget buka mulutnya!" protes Alindra.Keyhan terkekeh. Ia menepuk pundak Varsha."Anak gadis mana mengerti kelelahan seorang pria! Ya 'kan?" bela Keyhan.Varsha hanya menanggapi itu semua dengan senyum. Tak lama kemudian datang seorang wanita dan seorang pria yang telah berusia senja.
Kalau Varsha tak salah mengingat, itu Raja dari Suryakancana Group, yakni Keiyona Larasati.
Tunggu. Bukankah mereka pernah bertemu sebelumnya?!"Selamat berkumpul, senang rasanya kita bisa makan malam bersama," Nyonya Keiyona membuka pembicaraan."Ya, Nyonya." Jawab mereka serentak.Nyonya Keiyona memainkan gelas wine kemudian membasahi kerongkongannya dengan cairan hitam kemerahan itu."Jadi, malam ini saya akan mengumumkan sesuatu yang penting. Terlebih ini adalah wasiat mendiang Tuan Giri Suryakancana." Nyonya Keiyona membuka pembicaraan.Varsha jadi ikut penasaran. Apa yang akan terjadi setelah ini?"Dalam wasiat sudah dituliskan jelas, bahwa akan ada perjodohan." tambah Nyonya Keiyona.
Nampak para hadirin terlihat heboh. Varsha hanya mengamati satu persatu orang-orang tersebut.Siapakah yang akan dijodohkan itu? Varsha jadi sangat penasaran!
**Varsha benar-benar penasaran dengan perjodohan itu. Kira-kira siapa orang yang Nyonya Keiyona maksud?"Mendiang Tuan Giri telah menuliskan wasiat tersebut sejak lama. Jadi, tidak ada bantahan sama sekali untuk perjodohan ini." Nyonya Keiyona mengangkat gelas wine.Seluruh orang mengangkat gelas. Varsha sedikit kikuk. Ia sama sekali tidak suka minuman keras! Haruskah ia minum juga?Tegukan demi tegukan terlihat membasahi kerongkongan para anggota keluarga konglomerat itu. Varsha berakting meminumnya.Varsha sedikit tertekan. Astaga, sampai pukul berapa ia harus menegak minuman-minuman keras ini?"Kurasa, Fabian lah yang akan segera dijodohkan! Bukankah, ia adalah penerus kerajaan bisnis yang paling kompeten?" Keyhan tersenyum sambil melirik ke arah Varsha penuh arti.Varsha belum tahu bila Fabian termasuk orang yang paling suka bercanda saat bersama Keyhan. Karena itu, ia menyikapi semua berdasarkan intuisinya sendiri.
Fabian duduk di halaman salah satu mini market sambil memegang satu cup mie instan. Diseruputnya mie instan itu dengan mata terpejam-pejam."Astaga, enak sekali makan mie instan!" tutur Fabian dengan senyum mengembang.Ia memesan beberapa sosis, ayam krispi, snack kentang dan minuman-minuman dingin.Baginya duduk di minimarket tanpa pengawalan adalah anugerah. Fabian selalu pergi kemanapun bersama para pengawal, dan itu cukup mengganggu."Ah, aku ingin hidup bebas. Menyenangkan bisa makan dan minum kemasan seperti ini." Fabian bermonolog.Orang-orang memperhatikan Fabian dengan tawa mencibir. Ia dianggap orang aneh! Tapi ada juga beberapa wanita yang kagum akan ketampanan Fabian yang sangat menyita hati sebagian perempuan itu.Nampak dari kejauhan, mobil CRV terparkir di halaman mini market. Seorang pria keturunan Jawa yang berkulit gelap itu turun bersama seorang wanita muda.Fabian menggelengkan kepalanya.
Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang y
Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me
"Jangan bunuh diri!" ujar gadis itu sambil memelototi Varsha.Varsha tertegun menatap seorang gadis cantik berbalut kemeja dengan tangan terkepal."Siapa kau?!" tanya Varsha dengan mata terbelalak.Gadis itu melayangkan jitakan di kepala Varsha secara spontan. Varsha benar-benar kaget atas perlakuan gadis pemberani itu."Selelah apapun hidupmu, tidak sepatutnya kau bunuh diri! Berapa banyak orang yang memohon untuk hidup dibawah sini, sedangkan kau malah ingin mengakhiri hidup!" bentak gadis itu lagi.Varsha menarik napas dan berdecak lidah."Apa urusannya denganmu? Memang kau tahu aku siapa?!" bentak Varsha tak kalah sengit.Gadis itu terdiam. Ia menarik napas. Varsha berharap gadis itu pergi dan meninggalkannya agar ia bisa mati."Aku tidak peduli kau siapa, tapi jika kau butuh teman bicara... kau... kau bisa bicara padaku! Aku akan mendengarkanmu!" Gadis itu berapi-api.
Varsha menatap salah seorang ajudan Fabian yang menyerahkan sebuah dokumen diatas meja. Disamping dokumen tersebut, terdapat sebuah bolpoin mahal dengan ukiran nama Fabian."Ini surat perjanjian kontrak, bahwa kau bersedia untuk menjadi Fabian Suryakancana dengan kontrak selama satu tahun. Jika misi yang ditentukan itu gagal, maka dengan sukarela anda harus menyerahkan nyawa." Ujar ajudan Fabian.Varsha menelan saliva.Bukankah hal ini sangat berat? Apakah ia harus benar-benar menjadi alat Fabian? Sebenarnya hati Varsha bertolak belakang, namun jika ia mendekam di penjara pun hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak punya banyak pilihan untuk hidup."Baik."Varsha meraih bolpoin itu, menandatangan perjanjian diatas materai dan juga meninggalkan sidik jarinya diatas sana. Fabian tersenyum licik sambil meneguk whiski dengan sekali tegak."Menjadi diriku, kau akan belajar juga seperti apa sifatku, sikapku, dan kebiasaan
"Varsha!"Varsha menyadari panggilan itu untuknya. Namun ia melengos, berpura-pura tidak mendengarnya."Varsha, masa kau lupa aku?!" Syahna menghampiri Varsha sambil menunjuk mukanya sendiri.Varsha menatap Syahna seksama hingga akhirnya Frans menghampiri."Nona Syahna, senang bertemu dengan anda." Frans membungkukan tubuhnya.Syahna menatap Frans seksama kemudian ia ikut membungkukkan badan."Maaf sepertinya saya salah orang, ia mirip dengan temanku." Syahna mengusapi lengannya dengan perasaan bersalah.Teman? Sejak kapan Varsha berteman dengan Syahna?"Namaku Fabian, mungkin... kita belum pernah bertemu?" Varsha berakting seramah mungkin dan mengulurkan tangannya.Syahna tertegun. Terasa ada yang aneh. Ia sudah pernah bertemu dengan Fabian. Tapi, ada yang berbeda dengan Fabian."Ah, mungkin kau melupakanku. Kita pernah bertemu, saat peresmian Rumah Sakit cabang ke tiga di Jaka
Fabian menyambut kedatangan Alindra dengan seringai penuh arti. Ia menatap Alindra dari atas sampai bawah dengan tatapan layaknya serigala yang siap menerkam."Fabian!" seru Alindra.Gadis itu berhambur ke pelukan Fabian, bibirnya tertaut di bibir Fabian dengan lengan melingkar di leher. Bahkan Fabian memagutnya tanpa peduli para pelayan berada disana memperhatikan.Varsha gemetar. Tidak mungkin ia harus meniru perilaku berengsek semacam itu!!!"Aku merindukanmu, sejak pesta kemarin, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu Fabian... aku tidak bisa menikah dengan seorang lelaki yang sudah kuanggap adik sendiri!" Alindra terlihat dramatis.Fabian mengacungkan telunjuknya, menempelkannya di bibir Alindra yang terulas lipstick berwarna nude."It's okay baby, ceritakan padaku disini... aku selalu ada... menyediakan waktu untukmu." Fabian mengulurkan tangannya, mengusapi wajah Alindra.Varsha tak karuan memandangi pe
Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da
Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k
Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp
Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan
Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In
Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak