Varsha benar-benar penasaran dengan perjodohan itu. Kira-kira siapa orang yang Nyonya Keiyona maksud?
"Mendiang Tuan Giri telah menuliskan wasiat tersebut sejak lama. Jadi, tidak ada bantahan sama sekali untuk perjodohan ini." Nyonya Keiyona mengangkat gelas wine.Seluruh orang mengangkat gelas. Varsha sedikit kikuk. Ia sama sekali tidak suka minuman keras! Haruskah ia minum juga?Tegukan demi tegukan terlihat membasahi kerongkongan para anggota keluarga konglomerat itu. Varsha berakting meminumnya.Varsha sedikit tertekan. Astaga, sampai pukul berapa ia harus menegak minuman-minuman keras ini? "Kurasa, Fabian lah yang akan segera dijodohkan! Bukankah, ia adalah penerus kerajaan bisnis yang paling kompeten?" Keyhan tersenyum sambil melirik ke arah Varsha penuh arti.Varsha belum tahu bila Fabian termasuk orang yang paling suka bercanda saat bersama Keyhan. Karena itu, ia menyikapi semua berdasarkan intuisinya sendiri.Perlahan Varsha mencoba membuka mulut untuk menjawab kalimat yang Keyhan lontarkan. Diiringi tatapan orang-orang terhadapnya.
"Tidak ada yang lebih kompeten, kita berdua sudah menguasai bidangnya masing-masing." Varsha tersenyum, "Kurasa, kau berpeluang lebih tinggi daripada aku...," Varsha berakting sambil meneguk wine perlahan.Astaga, rasanya seperti obat batuk! Varsha menyipitkan mata, menahan rasa tidak enak itu sekuat tenaga.
"Lihat, betapa dewasanya Fabian saat ini! Semenjak ia memegang kekuasaan di Hotel milik Triasono Group, ia terlihat lebih dewasa bukan?" Tuan Elvano memuji Varsha.Varsha hanya tersenyum dengan wajah dingin. Sebenarnya, Keyhan dan Alindra sedikit bingung pada sikap Fabian malam itu. Apakah ia sudah dewasa lebih dulu dibandingkan mereka?Menyaksikan pembicaraan itu, Nyonya Keiyona berdeham. Ia menatap seluruh peserta jamuan makan malam itu lekat-lekat."Tuan Giri memiliki putera dengan sebuah tujuan, yaitu... menjadikannya sebagai satu-satunya pewaris tahta Suryakancana Group. Namun, untuk mewujudkan itu semua, diperlukan pasangan dari kandidat yang kuat juga untuk Keyhan...," Nyonya Keiyona melirik ke arah Varsha.Varsha menatap seksama Nyonya Keiyona. Ia bingung! Sebenarnya, kenapa tatapan Nyonya Keiyona seolah-olah tengah menekannya? Masa ia yang akan dijodohkan dengan Keyhan. Pffttt!"Surat wasiat Tuan Giri menyatakan bahwa Alindra, akan menjadi calon isteri Keyhan. Saat usia Keyhan 22 tahun, akan segera dilakukan upacara pernikahan."Varsha membelalakan mata. Astaga, di usia semuda itu mereka akan dinikahkan?"Tuan Giri sudah mempersiapkan ini sejak lama, tidak ada penolakan!" tutur Nyonya Keiyona tegas melihat ekspresi orang-orang.Alindra dan Keyhan nampak sangat shock. Mereka mengernyitkan kening."Kenapa kami?!" tanya keduanya bersamaan.Nyonya Keiyona menyantap makanan dengan alis yang terangkat satu."Kurasa, apa yang sudah diucapkanku sudah sangat jelas. Mengapa kalian mempertanyakan kembali?" tanya Nyonya Keiyona dengan nada dingin.Alindra terlihat berkaca-kaca. Ia langsung beranjak dan pergi meninggalkan jamuan makan malam.Tuan Elvano hendak menyusul puterinya itu. Namun Nyonya Keiyona menahannya."Tidak perlu dikejar, biarkan saja! Tidak boleh ada penolakan."Keyhan mendesah kesal. Ia merasa masih sangat belia untuk menikah. Bahkan ia telah memiliki impiannya sendiri! Kenapa ia sama sekali tidak curiga soal ini sebelumnya?"Nyonya, aku terlalu muda untuk menikah! Bisakah kau pikirkan terlebih dahulu tentang perasaan kami?!" Keyhan berusaha menyanggah.Nyonya Keiyona menggeleng."Ketika Tuan Giri memerintahkan sesuatu, itu semua bersifat mutlak. Keputusan ini telah dilakukannya dua puluh tahun lalu. Sebagai anak, kau tidak ingin durhaka bukan?" tanya Nyonya Keiyona dengan tatapan tajam.Keyhan memukul meja, ia beranjak dan meninggalkan jamuan makan malam itu. Ayah Fabian memberi kode pada Varsha agar mengikutinya.Varsha membungkukkan badan, mengekori Keyhan yang terlebih dahulu pergi.Varsha hanya mendengus sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Ia harus berbicara apa nanti ?
**Keyhan melempar-lempar batu ke kolam yang berada di taman hotel. Ia memajukan bibir dengan amarah yang terlihat berkecamuk dalam benaknya."Ah, rasanya menyebalkan sekali bukan? Daddy adalah orang yang tegas menurut Mami. Kenapa ia membuatku dengan tujuan seperti ini? Apa ia tidak ingin anaknya bahagia?!" keluh Keyhan bersungut-sungut.Varsha hanya terdiam. Ia sebenarnya bingung harus mengatakan apa pada Keyhan? Terlebih lagi ia tidak punya banyak teman sehingga tak tahu cara menghibur."Bukankah kau menyukai Alindra?" tanya Keyhan sambil menatap Varsha.Varsha tertegun. Apa? Jadi... Fabian menyukai Alindra? Kenapa si berengsek itu tidak mengatakannya?!"Entahlah, apa kau berpikir seperti itu?" tanya Varsha hati-hati.Ah sial! Kenapa Fabian tidak mengatakan hal yang satu ini? Varsha merasa sangat tertekan!"Alindra... sangat menyukaimu. Kau juga tahu itu bukan? Kenapa berpura-pura tidak tahu? Menyebalkan!" Keyhan mencibir.Varsha bagaikan pengelana yang tersesat di gurun pasir. Ia melakukan semua ini hanya berdasarkan insting semata. Sebenarnya ia tidak benar-benar mengerti keluarga Konglomerat ini!"Aku tidak menyukainya, lalu kenapa aku harus peduli?" Varsha menjawab dengan nada dingin.Keyhan terbelalak, ia kemudian memukul lengan Varsha."Fabian sialan! Kau selalu saja membuatnya berharap. Kupikir, itu semua karena kalian saling mencintai!"Oh sial. Apa yang harus Varsha katakan sekarang? Ia tidak tahu menahu tentang hubungan Fabian dan Alindra!"Perhatian seorang pria bukan berarti mencintai. Kurasa karena kami dekat sejak kecil, itu menjadi hal yang wajar bukan?" Varsha mencoba menjawab lagi dengan penuh percaya diri.Sial! Varsha berjanji akan memukuli Fabian saat pulang jika ia harus mengalami hal buruk karena jawabannya!Keyhan menatap lekat-lekat Fabian, kemudian tertawa kecil."Aku juga seperti itu! Alindra sudah kuanggap sebagai Kakakku. Mana mungkin aku menikahi perempuan sepertinya... aku sudahmencintai wanita lain!" Keyhan menghela napas.Baru saja Varsha hendak menjawab, terdengar langkah kaki mendekat ke arah mereka berdua.Mereka berdua menoleh, nampak Alindra berjalan menghampiri ke arah mereka berdua.
"Fabian, apakah aku bisa bicara berdua denganmu?" tanya Alindra dengan air mata yang menggunung di pelupuk matanya.Astaga. Cobaan apalagi ini? Varsha benar-benar menyesal menerima tawaran Fabian!"Kutinggalkan kalian berdua untuk bicara. Bye!" Keyhan beranjak meninggalkan Alindra dan Varsha berdua saja. Oh tidak. Varsha benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang!Alindra tiba-tiba memeluk Varsha dengan erat. Varsha sangat terkejut! Ia bergegas mendorong tubuh Alindra agar menjauh darinya."Jangan sentuh!" titah Varsha setengah membentak.Alindra mendesah pelan.
"Aku tahu kau marah karena perjodohan ini. Tapi izinkan aku memelukmu barang sebentar saja! Aku membutuhkanmu...," Alindra memegang jemari Varsha.Varsha bukan marah. Ya tentu saja, untuk apa ia marah? Namun ia tidak pernah bersentuhan dengan wanita manapun kecuali adik dan Ibunya! Hal sepele itu membuat Varsha sangat tertekan."Dengar, aku tidak mau Nyonya Keiyona melihat ini." Varsha berusaha berdalih.Semoga alasan ini tepat!"Mami sangat menyebalkan bukan? Bukankah ia juga merasakan cinta yang tulus dari mendiang Tuan Giri? Kenapa ia harus membiarkan anaknya sendiri menderita karena perjodohan?" Alindra mulai menangis lagi.Oh sial, jangan menangis! Varsha sangat membenci perempuan yang menangis kepadanya."Sudahlah Alindra, menolak juga kurasa percuma. Lebih baik, persiapkan diri untuk menikah dengan Keyhan. Kehidupanmu akan tetap menyenangkan, uangmu juga akan tetap banyak!" Varsha berusaha menghibur.Alindra mengkerutkan keningnya."Bukankah, kau berjanji akan menikah denganku? Aku kali ini ingin menagih janji yang kau ucapkan! Kita pergi dari keluarga dan menikah!"Sial!!!Varsha benar-benar ingin menonjok Fabian saat itu juga! Bedebah itu, rupanya ia adalah sosok yang semudah itu menebar janji?"Alindra, kau tahu bahwa itu tidak akan mungkin. Sudahlah, lupakan semuanya!" titah Varsha dengan nada ketus.Alindra mencengkram pakaian Varsha. Ditatapnya lekat-lekat kedua bola mata Varsha dengan air mata berlinang-linang."Kalau begitu, berikan aku kesempatan untuk memberikan kesucianku padamu!"Varsha benar-benar shock! Apa yang harus ia lakukan sekarang?!**Fabian duduk di halaman salah satu mini market sambil memegang satu cup mie instan. Diseruputnya mie instan itu dengan mata terpejam-pejam."Astaga, enak sekali makan mie instan!" tutur Fabian dengan senyum mengembang.Ia memesan beberapa sosis, ayam krispi, snack kentang dan minuman-minuman dingin.Baginya duduk di minimarket tanpa pengawalan adalah anugerah. Fabian selalu pergi kemanapun bersama para pengawal, dan itu cukup mengganggu."Ah, aku ingin hidup bebas. Menyenangkan bisa makan dan minum kemasan seperti ini." Fabian bermonolog.Orang-orang memperhatikan Fabian dengan tawa mencibir. Ia dianggap orang aneh! Tapi ada juga beberapa wanita yang kagum akan ketampanan Fabian yang sangat menyita hati sebagian perempuan itu.Nampak dari kejauhan, mobil CRV terparkir di halaman mini market. Seorang pria keturunan Jawa yang berkulit gelap itu turun bersama seorang wanita muda.Fabian menggelengkan kepalanya.
Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang y
Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me
"Jangan bunuh diri!" ujar gadis itu sambil memelototi Varsha.Varsha tertegun menatap seorang gadis cantik berbalut kemeja dengan tangan terkepal."Siapa kau?!" tanya Varsha dengan mata terbelalak.Gadis itu melayangkan jitakan di kepala Varsha secara spontan. Varsha benar-benar kaget atas perlakuan gadis pemberani itu."Selelah apapun hidupmu, tidak sepatutnya kau bunuh diri! Berapa banyak orang yang memohon untuk hidup dibawah sini, sedangkan kau malah ingin mengakhiri hidup!" bentak gadis itu lagi.Varsha menarik napas dan berdecak lidah."Apa urusannya denganmu? Memang kau tahu aku siapa?!" bentak Varsha tak kalah sengit.Gadis itu terdiam. Ia menarik napas. Varsha berharap gadis itu pergi dan meninggalkannya agar ia bisa mati."Aku tidak peduli kau siapa, tapi jika kau butuh teman bicara... kau... kau bisa bicara padaku! Aku akan mendengarkanmu!" Gadis itu berapi-api.
Varsha menatap salah seorang ajudan Fabian yang menyerahkan sebuah dokumen diatas meja. Disamping dokumen tersebut, terdapat sebuah bolpoin mahal dengan ukiran nama Fabian."Ini surat perjanjian kontrak, bahwa kau bersedia untuk menjadi Fabian Suryakancana dengan kontrak selama satu tahun. Jika misi yang ditentukan itu gagal, maka dengan sukarela anda harus menyerahkan nyawa." Ujar ajudan Fabian.Varsha menelan saliva.Bukankah hal ini sangat berat? Apakah ia harus benar-benar menjadi alat Fabian? Sebenarnya hati Varsha bertolak belakang, namun jika ia mendekam di penjara pun hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak punya banyak pilihan untuk hidup."Baik."Varsha meraih bolpoin itu, menandatangan perjanjian diatas materai dan juga meninggalkan sidik jarinya diatas sana. Fabian tersenyum licik sambil meneguk whiski dengan sekali tegak."Menjadi diriku, kau akan belajar juga seperti apa sifatku, sikapku, dan kebiasaan
"Varsha!"Varsha menyadari panggilan itu untuknya. Namun ia melengos, berpura-pura tidak mendengarnya."Varsha, masa kau lupa aku?!" Syahna menghampiri Varsha sambil menunjuk mukanya sendiri.Varsha menatap Syahna seksama hingga akhirnya Frans menghampiri."Nona Syahna, senang bertemu dengan anda." Frans membungkukan tubuhnya.Syahna menatap Frans seksama kemudian ia ikut membungkukkan badan."Maaf sepertinya saya salah orang, ia mirip dengan temanku." Syahna mengusapi lengannya dengan perasaan bersalah.Teman? Sejak kapan Varsha berteman dengan Syahna?"Namaku Fabian, mungkin... kita belum pernah bertemu?" Varsha berakting seramah mungkin dan mengulurkan tangannya.Syahna tertegun. Terasa ada yang aneh. Ia sudah pernah bertemu dengan Fabian. Tapi, ada yang berbeda dengan Fabian."Ah, mungkin kau melupakanku. Kita pernah bertemu, saat peresmian Rumah Sakit cabang ke tiga di Jaka
Fabian menyambut kedatangan Alindra dengan seringai penuh arti. Ia menatap Alindra dari atas sampai bawah dengan tatapan layaknya serigala yang siap menerkam."Fabian!" seru Alindra.Gadis itu berhambur ke pelukan Fabian, bibirnya tertaut di bibir Fabian dengan lengan melingkar di leher. Bahkan Fabian memagutnya tanpa peduli para pelayan berada disana memperhatikan.Varsha gemetar. Tidak mungkin ia harus meniru perilaku berengsek semacam itu!!!"Aku merindukanmu, sejak pesta kemarin, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu Fabian... aku tidak bisa menikah dengan seorang lelaki yang sudah kuanggap adik sendiri!" Alindra terlihat dramatis.Fabian mengacungkan telunjuknya, menempelkannya di bibir Alindra yang terulas lipstick berwarna nude."It's okay baby, ceritakan padaku disini... aku selalu ada... menyediakan waktu untukmu." Fabian mengulurkan tangannya, mengusapi wajah Alindra.Varsha tak karuan memandangi pe
Varsha merasakan tangannya gemetar. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya, apa yang sudah tubuhnya kerjakan.Ia kotor.Varsha telah menjaga prinsip itu seumur hidup. Namun pada akhirnya ia melanggar semua prinsip itu dengan tindakan yang sangat buruk. Ia tidak dapat memilih ingin hidup seperti apa, ia hanya bisa menjalani waktu ke waktu dengan naluri."Brak!"Lima gepok uang jatuh di pangkuan Varsha. Kepulan asap rokok mengenai wajah Varsha, berasal dari mulut yang tengah menyeringai padanya."Wanita adalah barang terbaik untuk meredakan stress. Keluarkan semuanya jika kau merasa penat. Wanita tidak akan menolakmu." Fabian terkekeh.Varsha mengepalkan tangan kuat-kuat. Entah kenapa, baru kali ini ia tidak selera dengan jumlah uang yang Fabian berikan. Ia melakukan hal kotor pertama yang luar biasa menyiksa batinnya."Ayolah, kau seperti anak gadis yang baru saja diperawani." Fabian terkekeh, "Kau aka
Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da
Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k
Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp
Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan
Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In
Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak