Varsha membelalakan matanya. Keningnya berkerut-kerut. Mempertanyakan tukar nasib yang tengah Fabian tawarkan. Rokoknya hampir saja terlepas dari kedua jari Varsha yang tengah mencapitnya.
"Kau terkejut?" tanya Fabian, melihat gelagat Varsha yang aneh.Varsha mendesah pelan sambil menyesap rokoknya yang hampir habis."Ini terlalu beresiko dan gegabah, kau seorang pemilik Hotel. Tidak mungkin aku menyamai kepintaran dan keahlianmu! Orang-orang pasti akan curiga...," tutur Varsha resah.Fabian tersenyum sambil meneguk gelas kopi perlahan."Aku tidak pernah melakukan apa-apa. Bawahanku yang bekerja. Seperti itulah orang kaya raya, uang yang harus bekerja untuk kita. Bukan kita yang harus bekerja," Fabian menyeringai."Apa?"Varsha hanya menelan saliva dengan kebingungan. Walau ini terdengar menggiurkan, Varsha tidak boleh gegabah! Jabatan pemilik Hotel itu bukan kedudukan yang rendah. Ada ribuan karyawan berada di bawahnya, dan ada banyak nasib manusia bergantung kepada Fabian. Tidak mungkin Varsha yang berasal dari keluarga miskin berubah menjadi konglomerat dalam semalam!"Aku ini orang biasa Fabian. Aku hanya berprofesi sebagai sales parfum. Kau sudah meminta bantuan pada orang yang salah!" ujar Varsha sambil mematikan rokoknya diatas asbak.Fabian menatap Varsha lekat-lekat. Ia menyodorkan kembali rokok, tidak ingin cepat mengakhiri pembicaraan antara mereka berdua."Aku benar-benar ingin lari." jawabnya pelan, "Tidak bisakah kau membantuku setelah aku menyelamatkanmu? Aku akan memberimu banyak pelatihan, uang jaminan dan juga kemewahan jika kau menerima pertukaran peran ini. Sungguh, dunia orang-orang bisnis ini tidak cocok untukku...," tutur Fabian.Varsha menimang-nimang. Tawaran berapa yang akan Fabian berikan untuknya jika setuju?"Berapa... kau akan membayarku?" tanya Varsha.Fabian tertawa kecil sambil membuka dasinya."Aku bisa membayarmu, dengan Poundsterling. Tidak perlu mempertanyakan berapa, yang jelas kau akan kaya raya mendadak!"Pikiran Varsha langsung melayang pada Ibu dan adik perempuannya. Tentu dengan uang sebanyak itu mereka akan hidup berkecukupan, jauh dari hinaan atau cemooh orang-orang!Selama ini, karena hidup miskin. Keluarga Varsha dijauhi oleh sanak saudaranya sendiri. Mereka hanya mau membangga-banggakan anak-anak mereka yang telah sukses dan gemilang. Sementara, Varsha hanya dianggap sebagai anak yang paling gagal dalam keluarga besar Ibunya. Hal itulah yang membuat Varsha memiliki sikap dingin."Varsha harus menikahi perempuan kaya agar hidupnya berubah! Kasihan, ia itu tidak kuliah, bahkan kerja saja tidak jelas!" cemooh Bibi perempuan Varsha.Kata-kata menyakitkan lain sering terlontar seiring berjalannya waktu. Varsha benar-benar ingin mengubah hidupnya yang miskin itu! Sepertinya, Varsha telah memutuskan."Baiklah Fabian, kuterima tawaranmu." Varsha mengatakan itu dengan lantang.Fabian tersenyum senang. Ia kemudian mengulurkan tangan."Deal?""Deal!"Mereka berdua berjabat tangan menyetujui pertukaran peran yang Fabian kehendaki. Wajah Varsha kemudian langsung bersemu dan bersera-seri. Ia akan segera menjadi orang kaya raya!**Seorang gadis berusia 22 tahun tengah menendang samsak di hadapannya. Ia terengah-engah dengan peluh di sekujur tubuh."Aaaahhh... lelah!" teriaknya sambil ambruk ke lantai.Seorang lelaki berusia 20 tahun di hadapannya hanya terkekeh. Matanya tajam, dan wajahnya sangat tampan. Pakaian yang dikenakan lelaki itu sederhana namun bernilai fantastis!"Lemah!" ledek lelaki bernama Keyhan itu.Gadis itu mendengus, ia meraih sebotol minuman dan meneguknya hingga setengah habis."Aku bukan Mami! Haaaiiissshhh, bagaimana Mami bisa menjadi wanita sekuat itu?!" keluh gadis yang bernama Alindra tersebut.Keyhan terkekeh. Ia duduk disamping Alindra, menatap Alindra dari sisi kanan tubuhnya."Menjadi kuat butuh proses, sama seperti sebuah senjata. Mereka ditempa sesuatu yang menyakitkan, hingga akhirnya berkilau dan kuat! Seperti itu juga manusia, mereka harus mengalami fase sulit baru bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih baik!" tutur Keyhan.Alindra terkekeh, ia menusuk pipi Keyhan dengan telunjuknya."Kau lebih cocok jadi motivator daripada pewaris grup orang kaya!" ledek Alindra.Keyhan mendengus."Memang, aku yang meminta dilahirkan huh? Kalau boleh meminta, aku ingin jadi musisi saja! Menyenangkan bukan, bekerja tapi melakukan apa yang kita sukai!" celoteh Keyhan.Alindra tersenyum menatap sosok tampan dan cerdas itu. Dua puluh tahun sudah ia bersama seorang lelaki yang sudah dianggapnya adik tersebut.Keyhan Paramarta Suryakancana adalah putra tunggal pemilik perusahaan bisnis terbesar Suryakancana Group. Ia adalah satu-satunya pewaris perusahaan karena seluruh keluarga Suryakancana meninggal satu persatu. Giri Suryakancana-Ayahanda Keyhan meninggal di usia 30 tahun akibat radang selaput otak.Alindra Jennitra Suryakancana merupakan anak angkat Giri Suryakancana. Dulu Ibundanya-Keiyona Larasati Suryakancana adalah isteri dari mendiang Giri Suryakancana. Namun Alindra lahir dari Ayah yang berbeda, yakni Elvano Pranaya-CEO Suryakancana Group.Kisah cinta segitiga rumit antara Giri-Keiyona-Elvano itu mengakibatkan perceraian dari Giri dan Keiyona. Pasca bercerai, Giri Suryakancana menikahi Geiska dan mempunyai anak, yakni Keyhan.Namun saat Tuan Giri wafat, seluruh warisan dan kekuasaan jatuh pada mantan isterinya yakni Keiyona-Ibunda Alindra dikarenakan rasa cinta Tuan Giri pada Keiyona. Sehingga kini segala pergerakan dan juga perkembangan bisnis ditangani penuh oleh Keiyona Larasati.Devani Suryakancana dan Giandra Triasono adalah adik dan adik ipar Giri Suryakancana. Devani meninggal saat setelah melahirkan puteranya---Fabian Suryakancana. Kesendirian Giandra pasca ditinggal mati mendorong ia untuk naik ranjang dan menikahi Ibunda Keyhan yakni Geiska.Giandra dan Geiska dipersatukan sebagai suami-isteri. Posisi Fabian dan Keyhan yang semula hanya sepupu, kini menjadi saudara tiri. Namun yang berbeda saat ini, Fabian memegang perusahaan bisnis besar kedua yaitu Triasono Group milik Kakeknya.Kedua raksasa bisnis di Indonesia dikelola oleh dua orang dalam satu keluarga yang sama. Fenomena ini menarik! Bahkan berita selalu mengatakan bahwa Fabian dan Keyhan adalah dua Pangeran dari dua kerjaaan bisnis yang akan segera mencuri hati banyak pihak."Fabian gak asyik. Kemana dia? Rindu rasanya tidak diledeki manusia itu!" keluh Alindra."Dia sibuk. Kakek Triasono itu galak dan keras sekali padanya! Di usia semuda Fabian, ia sudah harus mengelola banyak hotel. Pasti anak itu kini sedang mengeluh sakit pinggang!" Keyhan terkekeh.Alindra tertawa kecil. Sebenarnya ia merindukan Fabian yang sangat humble dan santai dalam berbicara. Namun Maminya selalu menasehati agar Alindra jangan sampai terlalu dekat. Entah apa alasannya."Telefon aja Fabian gitu ya? Kita ngaliwet!" usul Keyhan."Orang kaya kok ngaliwet?" ledek Alindra.Keyhan mendengus."Memang orang kaya tidak boleh makan liwet? Harus makan serbuk emas gitu? Ngaco!"Keyhan menoyor kepala Alindra dengan telunjuknya. Gadis itu mencak-mencak sambil naik ke atas punggung Keyhan dan mencubiti tubuh itu.Mereka berjalan ke arah ruang tengah, nampak dari kejauhan Nyonya Keiyona sudah datang. Mereka berdua berdiri tegak sambil menganggukan badan."Selamat sore Mami...." sapa kedua anak itu.Nyonya Keiyona masih sangat cantik di usianya yang sudah senja. Beliau duduk diikuti kedua anak itu di hadapannya."Berlatih boxing lagi?" tanya Nyonya Keiyona sambil menyesap teh.Alindra mengangguk."Aku ingin kuat sepertimu, Mami!" tutur Alindra dengan mata berbinar.Nyonya Keiyona tersenyum. Ia menatap kedua orang anak itu lekat-lekat."Nanti malam, akan ada jamuan makan keluarga. Kuharap kalian berdua memakai pakaian terbaik. Jika berkenan, tolong sampaikan pada Fabian mengenai jamuan makan malam ini. Ia pasti sangat sibuk sekarang." Nyonya Keiyona menaruh cangkir tehnya.Alindra melirik Keyhan kemudian berbisik."Kagak usah ngeliwet, siapin perut buat tar malam!" bisik Alindra.Keyhan mengacungkan jempol sambil tersenyum. Nyonya Keiyona berdeham."Jangan berbisik-bisik di hadapan orangtua, Alin!" tegur Nyonya Keiyona.Alindra mengacungkan jempol, Nyonya Keiyona menanggapinya dengan tawa."Kuharap kau berdandan cantik nanti malam. Karena ada suatu hal penting yang perlu disampaikan pada semua orang. Mengerti?" Alindra mengangguk patuh. Nyonya Keiyona beranjak dan pergi dari hadapan mereka berdua. Keyhan menatap Alindra sambil mengkerutkan kening."Muka Mami gak kayak biasanya, Lin. Mau ada apa ya?" Keyhan bertanya-tanya.Alindra mengendikan bahu. Ia meraih gawai dan menekan tombol angka."Aku akan menghubungi Fabian. Pastikan ia datang malam ini!" tutur Alindra dengan muka bersera-seri."Baiklah telefon ia, kita akan berpesta!" sahut Keyhan.
Mereka berdua tidak pernah tahu, bahwa malam itu akan ada suatu hal yang akan sangat menggemparkan.**
Varsha hanya terperangah mendengar cerita detail keluarga Fabian yang cukup rumit di dengar. Varsha mengamati satu persatu foto keluarga yang Fabian tunjukan."Jadi, saat ini Ayahmu menikahi Kakak iparnya?" tanya Varsha mencerna cerita.Fabian mengangguk."Menarik sekali bukan kisah keluargaku? Ayah bahkan tidak berminat untuk mengelola perusahaan milik Kakek dan memilih menjadi Presdir di Suryakancana Group. Karena itu, sebagai cucu satu-satunya aku menjadi korban harapan!" keluh Fabian.Varsha baru menyadari bahwa Fabian adalah orang yang memiliki kepribadian menarik. Kepribadiannya lugas, cara bicaranya menyenangkan, dan juga sangat ramah. Jauh berbeda dengan Varsha yang dingin dan juga sulit membuka diri.Bertukar peran ini akan sangat menyulitkannya!Suara ringtone lagu Dionysus terdengar dari ponsel Fabian. Fabian meraih ponsel dan menempelkannya di telinga."Halo cantik, ada apa menelefon?" sapa Fabian deng
Varsha benar-benar penasaran dengan perjodohan itu. Kira-kira siapa orang yang Nyonya Keiyona maksud?"Mendiang Tuan Giri telah menuliskan wasiat tersebut sejak lama. Jadi, tidak ada bantahan sama sekali untuk perjodohan ini." Nyonya Keiyona mengangkat gelas wine.Seluruh orang mengangkat gelas. Varsha sedikit kikuk. Ia sama sekali tidak suka minuman keras! Haruskah ia minum juga?Tegukan demi tegukan terlihat membasahi kerongkongan para anggota keluarga konglomerat itu. Varsha berakting meminumnya.Varsha sedikit tertekan. Astaga, sampai pukul berapa ia harus menegak minuman-minuman keras ini?"Kurasa, Fabian lah yang akan segera dijodohkan! Bukankah, ia adalah penerus kerajaan bisnis yang paling kompeten?" Keyhan tersenyum sambil melirik ke arah Varsha penuh arti.Varsha belum tahu bila Fabian termasuk orang yang paling suka bercanda saat bersama Keyhan. Karena itu, ia menyikapi semua berdasarkan intuisinya sendiri.
Fabian duduk di halaman salah satu mini market sambil memegang satu cup mie instan. Diseruputnya mie instan itu dengan mata terpejam-pejam."Astaga, enak sekali makan mie instan!" tutur Fabian dengan senyum mengembang.Ia memesan beberapa sosis, ayam krispi, snack kentang dan minuman-minuman dingin.Baginya duduk di minimarket tanpa pengawalan adalah anugerah. Fabian selalu pergi kemanapun bersama para pengawal, dan itu cukup mengganggu."Ah, aku ingin hidup bebas. Menyenangkan bisa makan dan minum kemasan seperti ini." Fabian bermonolog.Orang-orang memperhatikan Fabian dengan tawa mencibir. Ia dianggap orang aneh! Tapi ada juga beberapa wanita yang kagum akan ketampanan Fabian yang sangat menyita hati sebagian perempuan itu.Nampak dari kejauhan, mobil CRV terparkir di halaman mini market. Seorang pria keturunan Jawa yang berkulit gelap itu turun bersama seorang wanita muda.Fabian menggelengkan kepalanya.
Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang y
Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me
"Jangan bunuh diri!" ujar gadis itu sambil memelototi Varsha.Varsha tertegun menatap seorang gadis cantik berbalut kemeja dengan tangan terkepal."Siapa kau?!" tanya Varsha dengan mata terbelalak.Gadis itu melayangkan jitakan di kepala Varsha secara spontan. Varsha benar-benar kaget atas perlakuan gadis pemberani itu."Selelah apapun hidupmu, tidak sepatutnya kau bunuh diri! Berapa banyak orang yang memohon untuk hidup dibawah sini, sedangkan kau malah ingin mengakhiri hidup!" bentak gadis itu lagi.Varsha menarik napas dan berdecak lidah."Apa urusannya denganmu? Memang kau tahu aku siapa?!" bentak Varsha tak kalah sengit.Gadis itu terdiam. Ia menarik napas. Varsha berharap gadis itu pergi dan meninggalkannya agar ia bisa mati."Aku tidak peduli kau siapa, tapi jika kau butuh teman bicara... kau... kau bisa bicara padaku! Aku akan mendengarkanmu!" Gadis itu berapi-api.
Varsha menatap salah seorang ajudan Fabian yang menyerahkan sebuah dokumen diatas meja. Disamping dokumen tersebut, terdapat sebuah bolpoin mahal dengan ukiran nama Fabian."Ini surat perjanjian kontrak, bahwa kau bersedia untuk menjadi Fabian Suryakancana dengan kontrak selama satu tahun. Jika misi yang ditentukan itu gagal, maka dengan sukarela anda harus menyerahkan nyawa." Ujar ajudan Fabian.Varsha menelan saliva.Bukankah hal ini sangat berat? Apakah ia harus benar-benar menjadi alat Fabian? Sebenarnya hati Varsha bertolak belakang, namun jika ia mendekam di penjara pun hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak punya banyak pilihan untuk hidup."Baik."Varsha meraih bolpoin itu, menandatangan perjanjian diatas materai dan juga meninggalkan sidik jarinya diatas sana. Fabian tersenyum licik sambil meneguk whiski dengan sekali tegak."Menjadi diriku, kau akan belajar juga seperti apa sifatku, sikapku, dan kebiasaan
"Varsha!"Varsha menyadari panggilan itu untuknya. Namun ia melengos, berpura-pura tidak mendengarnya."Varsha, masa kau lupa aku?!" Syahna menghampiri Varsha sambil menunjuk mukanya sendiri.Varsha menatap Syahna seksama hingga akhirnya Frans menghampiri."Nona Syahna, senang bertemu dengan anda." Frans membungkukan tubuhnya.Syahna menatap Frans seksama kemudian ia ikut membungkukkan badan."Maaf sepertinya saya salah orang, ia mirip dengan temanku." Syahna mengusapi lengannya dengan perasaan bersalah.Teman? Sejak kapan Varsha berteman dengan Syahna?"Namaku Fabian, mungkin... kita belum pernah bertemu?" Varsha berakting seramah mungkin dan mengulurkan tangannya.Syahna tertegun. Terasa ada yang aneh. Ia sudah pernah bertemu dengan Fabian. Tapi, ada yang berbeda dengan Fabian."Ah, mungkin kau melupakanku. Kita pernah bertemu, saat peresmian Rumah Sakit cabang ke tiga di Jaka
Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da
Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k
Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp
Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan
Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In
Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak