Home / Urban / King of Bosses / PROLOG: Memberi pelajaran!

Share

King of Bosses
King of Bosses
Author: ARCELYOS

PROLOG: Memberi pelajaran!

Author: ARCELYOS
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jam 9 malam.

Udara yang lembab dan panas di luar, berubah menjadi sangat dingin serta menakutkan di ruangan berukuran sempit tersebut. Dua orang pria duduk berhadapan dengan kaku, suara mesin di dalam aquarium menjadi latar sepanjang keduanya larut dalam pemikiran masing-masing.

"CUIH!"

Lelaki berdarah Jawa yang duduk di kursi kulit itu meludah, tepat di samping tubuhnya yang terbalut kemeja berwarna hijau telur asin. Wajahnya sama sekali tak ramah, seolah-olah menyidang seseorang yang melakukan kesalahan besar tak termaafkan.

Ia menatap Varsha, sales yang menjadi bawahannya dan tengah tertunduk lesu. Lelaki berusia 21 tahun itu hanya mengangkat sebelah alisnya, tangannya memegang sebatang rokok kretek yang sudah hampir habis separuhnya.

Varsha tak berani mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menunduk, ingin mengetahui apa yang hendak pria itu sampaikan kepadanya kesekian kalinya.

"Menganggap diri lu becus kerja, hah?" tanya lelaki bernama Agung itu sambil menyesap rokoknya. "Gila, bisa-bisanya menganggap bahwa yang dilakukan selama kerja ini tanpa cela. Kamu pikir, ini perusahaan Nenek buyutmu apa?"

Varsha menelan salivanya, ia kemudian menghela napas dengan berat. Menghadapi seorang pria menyebalkan yang menjabat sebagai seorang Manager di tempat ia bekerja. Bukan tanpa alasan, perusahaan di mana ia bekerja menekan target yang cukup besar. Baru kali ini Varsha tidak bisa memenuhi semua itu dan ia di sidang bagai melakukan pencurian.

"Saya baru bulan ini gak sampai target, Pak. Agaknya, Bapak bisa memaklumi bahwa penjualan pasti mengalami pasang surut. Bukankah wajar?" jawab Varsha dengan getir.

Pak Agung berdecak lidah. Ia tidak percaya bahwa bawahan yang berusia muda itu berani menyanggah kalimatnya.

"Semua orang juga bisa ngomong gitu, bro. Maju tidaknya perusahaan tergantung pada karyawan, gimana bisa lo menilai dari sisi diri lo yang cuma karyawan rendahan. Tolol." umpat Pak Agung.

Varsha merasa darahnya mendidih hingga naik ke kepala. Bagaimana mungkin, hanya karena ia tidak mencapai target perusahaan satu kali saja, ia harus mendengar kata-kata hinaan seperti itu? Haruskah ia mendengar kalimat tersebut di saat sudah melakukan yang terbaik bagi perusahaan?

"Jadi, saya harus bagaimana?" tanya Varsha berusaha sesopan mungkin terhadap pria menyebalkan itu.

Bagaimanapun, dia adalah atasan, Varsha tidak ingin memperpanjang masalah apalagi hari telah malam. Perusahaan macam apa yang memanggil karyawannya di waktu semalam itu?

"Sepengalaman gue di Bank ternama, kalau gak achievment ya harusnya kena punishment! Yaa, gua juga harus ngasih elu punishment dong biar adil buat semua karyawan. Gue bakal kasih lo hukuman setimpal atas kelalaian lo dalam target." jawab Pak Agung enteng.

Varsha menyeringai, ia menarik alis kanannya ke atas dengan rasa tak percaya. Bagaimana bisa seorang pria banyak bicara seperti itu membangga-banggakan perusahaan lain di tempat ia bekerja sekarang? Lalu, hukuman apa yang dimaksud pria sialan itu?

"Hanya karena satu bulan tidak achievment, saya harus dapat sanksi? Si Bella gak achievment empat bulan Bapak diam saja tuh. Apa wanita memang selalu benar?" Varsha memberanikan diri menaikan nada bicaranya.

Pak Agung tertawa dengan tatapan tak percaya sambil mematikan rokoknya tepat di hadapan Varsha. Asapnya mengepul, menyapu wajah Varsha yang sangat tampan. Varsha sangat membenci pria arogan yang merokok di tengah-tengah obrolan serius perusahaan. Sangat tidak profesional.

"Bella 'kan cewek gua, yaa dia mau gimana-gimana juga terserah dong! Yang penting dia layanin gua, iri lu? Muka ganteng lo gak guna kalau kerja lo rendahan dan miskin. Cewek juga gak akan mau." jawab Pak Agung dengan seringai menyebalkannya.

Varsha memalingkan wajah. Sial sekali! Kenapa ia harus bekerja di perusahaan laknat seperti ini? Kerasnya kehidupan membuatnya harus mengabdi pada para cecunguk dan juga harus rela direndahkan seperti itu. Ini bukan pertama kalinya Varsha dilecehkan, ia sering sekali diperlakukan tidak layak oleh perusahaan kecil dan para atasan yang bajingan.

Bagaikan neraka kecil. Bagaimana bisa lari dari segala penderitaan itu?

"Gua sih terserah, elu mau bertahan di sini silakan gue nerima. Tapi ya, elu gua rolling ke daerah Pusat, gue gak mau lo kerja di dekat sini."

Varsha memutar bola matanya. Keputusan macam apa itu? Ia memindahkan Varsha ke luar kota, bukan lagi dalam kota.

"Pak, kira-kira aja. Rumah saya itu di Jakarta Timur Pak, berapa jam saya harus ke Pusat?" Varsha terdengar emosional. "Tolong pertimbangkan Pak, saya juga gak punya kendaraan. Dan lagi-"

"TERSERAH!" bentak Pak Agung, "Elu butuh duit 'kan buat nyokap elu dan adek lu? Gak kasihan apa sama mereka dengab sikap manja lo ini? Tar adek lu gak makan, gak hidup, gimana?" Pak Agung menyambar lagi rokoknya. "Jadi laki-laki kok lemah, cuma di rolling luar kota berasa di rolling ke neraka. Mau gimana maju hidup lo? Selamanya sampah emang bakal jadi sampah."

Varsha hanya menunduk, menimang apa yang harus ia putuskan saat itu. Sebagai anak lelaki yang hidup dalam kekurangan, ia seperti tidak punya pilihan. Namun, bagaimana? Perjalanan menuju cabang pusat pasti memakan banyak biaya.

"Gak akan ada perusahaan sebaik ini yang bakal nerima elu! Siapa coba yang mau mempekerjaan orang bodoh dan gak bisa jualan? Masih bersyukur gua cuma rolling lo, enggak motong gaji lo. Harusnya lo berterima kasih bisa bekerja di sini." tambah Pak Agung.

Varsha benar-benar muak. Tiga tahun sudah ia bekerja di sebuah perusahaan penjual parfum yang sangat mencekiknya! Sebenarnya ia tengah bekerja atau tengah menghadapi romusa?

Harus dipahami, tidak setiap hari seseorang membeli parfum bukan? Akan tetapi perusahaannya tetap memaksa karyawan agar achievment setiap bulan dengan target ratusan juta. Ini rasanya bukan target, melainkan sebuah penindasan! Varsha melirik ke arah jam analog di ruangan itu, tak terasa waktu sudah hampir jam sepuluh malam dan turun hujan di luar.

"Pikirin itu baik-baik Varsha, bukan malah ngelirikin terus ke arah jam di dinding! Gak sopan banget lo, gue udah berbaik hati negur, lo malah ngeliat jam melulu seolah-olah gak pengen berhadapan sama gua."

Yang tidak punya attitude itu sebenarnya, siapa? Varsha ingin sekali membalik-balikan kalimat Pak Agung.

"Sana balik lu! Muak gue liat muka lu yang sok kecakepan." tutur Pak Agung dengan gestur tangan seolah mengusir. "Mulai besok lo rolling, gak usah banyak nanya."

Varsha beranjak dari ruangan itu dengan penuh kekesalan sekaligus pedih. Ia memutuskan untuk pergi ke toilet sebelum ia akhirnya pulang ke rumah. Namun, sayup-sayup dari luar toilet, terdengar langkah kaki mendekat ke arah meja Pak Agung yang cukup jelas terdengar.

"Gimana Gung, si Varsha?" tanya suara yang dikenal Varsha___Pak Vian___ sang Petinggi perusahaan.

"Tau dah! Dikeluarin juga kasihan. Tapi, dia ada juga cuma jadi beban perusahaan. Bapak terlalu baik mempekerjakan orang idiot kayak dia, jualan aja gak bisa." jawab Pak Agung dengan tawanya yang bernada meledek.

"Lagian, harusnya kantor ini dipenuhi perempuan cantik. Si Varsha sih ganteng doang, jualan gak bisa!" timpal Pak Vian sambil ikut meledek.

"Susah sih kalau cuma tamatan SMA. Pemikirannya sempit, gak akan nyampe sama orang lulusan S1 seperti kita, Pak!" Pak Agung menambahkan.

Kata-kata itu membuat hati Varsha tak tahan lagi. Ia ingin menangis, akan tetapi rasanya sangsi ketika seorang pria sejati sepertinya menangisi kedua orang bangsat berkedok petinggi perusahaan.

Pantaskah Varsha menerima hinaan itu hanya karena miskin? Pantaskah?

"Si Varsha, padahal kenapa gak jadi gigolo aja kalau cuma modal tampang? Jadi simpanan oma-oma kaya kek! Kayaknya, itu jauh lebih menguntungkan daripada jadi sales parfum. Mukanya aja mulus banget, mirip homo!"

Gelak tawa menggelegar keluar dari mulut Pak Vian. Pak Agung menimpali itu semua dengan gelak tawa puas. Entah mengapa, Varsha selalu menerima perundungan dari orang-orang biadab seperti itu. Apa kesalahan fatalnya? Apa karena wajahnya yang manis sehingga mereka tega mengatai Varsha demikian?

"Si Varsha kayaknya memang banci sih, mukanya aja keliatan pecinta terong." tutur Pak Agung dengan enteng.

Varsha mendengar itu dengan jantung berdebar sangat kencang. Ia tidak bisa lama menahan emosinya yang sudah ke ubun-ubun. Ia bergegas keluar dari toilet, berjalan menghampiri kedua pria yang tengah membicarakannya itu.

Matanya yang tajam menatap nanar ke arah Pak Agung dan Pak Vian. Mereka terkejut karena Varsha masih berada di sana. Varsha sudah tiba di puncak segala amarah, ia tidak mau lagi menahan diri dihina seperti itu.

"Gua kira lo udah balik." Pak Agung hanya menyeringai tanpa dosa. "Ati-ati di jalan ye."

Varsha berjalan ke arah Pak Agung. Dengan cepat, ditariklah kerah baju pria tersebut, dan dilayangkannya hajaran brutal hingga Pak Agung jatuh tersungkur menimpa kursi. Varsha ingin membungkam mulut jahat itu. Sungguh!

"UHUK!"

Darah segar mengalir dari mulut Pak Agung. Varsha merasa masih belum puas.

"Apa-apaan lu!" bentak Pak Vian.

Varsha tak mengindahkan, ia sontak mendorong Pak Vian dan menonjoknya keras-keras. Persetan dengan posisi mereka owner, ia benar-benar sudah muak menghadapi cacian nyata di telinganya.

"Heh, anj*ng! Maju lo semua! Siapa yang banci sebenarnya, hah?!" bentak Varsha.

Pak Agung berusaha bangkit, meraih kerah baju Varsha dan siap melayangkan tinjuan. Namun, nihil, Varsha yang jago karate itu menangkis dan memukul balik Pak Agung hingga hidungnya keluar darah. Varsha terus menghajar pria itu dengan brutal.

"Saya selama ini sabar. Punya apa kalian, anj*ng! Sombong banget jadi orang!" teriak Varsha seperti seekor serigala yang melolong.

Pak Vian menarik kerah baju Varsha, kemudian menatapnya nanar. Varsha tidak takut sama sekali, ditatapnya pria itu sangat tajam.

"Saya penjarakan kamu. Biar mati sekalian beserta keluarga kamu, biadab!" bentak Pak Vian.

Varsha tertawa melecehkan. Ia balik mencengkram dengan kuat tangan Pak Vian.

"Lakukan jika kau bisa Bapak Vian yang terhormat. Hidupku sudah kalian hancurkan perlahan-lahan termasuk mentalku. Jadi, malam ini kuhancurkan juga tubuh kalian!"

Varsha tanpa basa-basi melayangkan tinjuan brutal ke arah Pak Vian yang bertubuh obesitas. Pria itu jatuh terjungkal, Varsha menyaksikan itu dengan puas dengan napas terengah-engah.

"Makan itu, anj*ng! Kalian berdua cecunguk gila pecinta wanita yang biadab!"

Varsha meludahi keduanya dan menginjak mereka berdua sebelum akhirnya pulang. Varsha buru-buru pergi jauh dari kantor sebelum orang-orang mendengar lolongan kedua atasannya itu.

Varsha merogoh kantung celananya dan menyalakan sebatang rokok. Dihisapnya perlahan rokok itu, menemani ia berjalan kaki ditengah hujan rintik-rintik.

Varsha tengah berpikir, ke mana lagi ia harus mencari kerja setelah ini? Varsha sudah benar-benar tidak tahan dengan kesulitan ekonomi yang ia tanggung bertahun-tahun lamanya. Namun, harus bagaimana ia menghentikan kemiskinan ketika dirinya sudah tidak sanggup menerima hinaan semacam itu?

Langkah kakinya berhenti di sebuah warung, tangannya terulur mengambil sekaleng kopi untuk menenangkan diri. Setelah membayar, ia duduk di depan warung sambil melanjutkan kegiatan merokok.

Baru saja ia hendak meneguk kopi, terlihat dari kejauhan seorang lelaki berlari ke arahnya. Lelaki itu tiba-tiba berjongkok sambil mencengkram lengan pakaian Varsha. Kedua bola mata Varsha terbelalak, terkejut karena orang asing tiba-tiba menyentuhnya.

"Tolongin gue!" pinta lelaki itu sambil terus menoleh ke belakang.

Varsha sungguh tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya tersebut. Pasalnya, lelaki itu sangat mirip sekali dengannya!

"Ada apa?!" Varsha terlihat bingung.

"Ada gangster Warewolf, mereka kejar gue... tolongin gue cepet!" tutur lelaki itu.

Varsha menyuruh lelaki itu bersembunyi di dalam warung. Ia berdiri sambil menyesap rokok, memperhatikan sekelompok orang yang datang mendekat. Ia tetap tenang, tak ada sedikit pun gentar di wajah Varsha pada malam hari itu.

"Ini yang kita cari? Bajunya beda!" tutur salah seorang anggota gangster.

"Bener, mukanya lihat dong!" sahut anggota lainnya.

Varsha mendesah kesal. Dimatikannya puntung rokok itu di dada salah satu anggota.

"Serius kalian cari gue?" Varsha menyeringai.

Mereka terlihat kaget menatap sosok Varsha. Seperti mengenali seseorang.

"Gawat bajingan, ini Varsha, ketua geng Liondeath!!!" teriak salah seorang anggota.

DUAK!

Belum sempat kelompok itu kabur, Varsha menendang dagu kedua orang di hadapannya dengan sangar. Ia meminum kopi yang ia beli sambil menginjak dada orang yang sudah rubuh.

"Ini wilayah Liondeath, mau apa kemari? Lebih baik kalian pergi sebelum mati diserang anak buahku," tutur Varsha tenang.

Anggota gangster Warewolf itu lari tunggang lagang. Pasalnya, Liondeath adalah gangster yang paling ditakuti saat itu di kawasan Jakart dan Jawa Barat. Berani berbuat macam-macam pada Varsha, mereka hanya tengah mencari mati.

Varsha menoleh, lelaki yang berwajah mirip dengannya itu tengah menatap saksama sambil menyipitkan mata. Tatapannya seolah sedang menerka-nerka sesuatu.

"Kau siapa?" tanya lelaki itu.

Varsha tertawa kecil. Ia menatap lelaki itu sambil menyesap rokok.

"Akulah yang seharusnya bertanya." jawab Varsha sambil memasukan tangan ke dalam saku.

Lelaki itu berdiri. Ia menghampiri Varsha dan mengulurkan tangannya.

"Gue, Fabian Suryakancana."

Varsha menerima uluran tangan itu dan mengangkat ujung bibirnya. Entah mengapa ada getaran hebat di jantung keduanya saat berjabat tangan.

"Varsha Wiriadinata." jawab Varsha singkat.

Kedua orang lelaki yang memiliki wajah sangat mirip itu berpandangan cukup lama. Tanpa disadari, garis takdir berubah saat mereka berdua bertemu malam itu.

Sebenarnya, kenapa mereka bisa sangat mirip? Siapa Fabian?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
bagus tonjok aj..bikin gregetan mulut ap tong sampah
goodnovel comment avatar
DIHNU
kesel amat sih... org rendahin kayak gitu. 😤😤😤
goodnovel comment avatar
Naee Hava
Waw. Always Surya Kancana. Bagus Varsya, hajar semuanya. Next Thor 😎
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • King of Bosses   Dibekuk Polisi

    "Terima kasih, gua akan selalu kenang kebaikan lo karena telah nyelamatin gue."Kalimat itu masih jelas di telinga Varsha. Bahkan rasanya bagaikan mimpi, Varsha masih mengingat jelas wajah Fabian yang sangat mirip dengannya. Bagaikan bertemu dengan dirinya yang lain, Varsha benar-benar penasaran siapa Fabian?Apakah mereka nanti bisa bertemu kembali?Varsha membuka kedua kelopak matanya perlahan. Ternyata waktu bergulir begitu cepat dan sudah tiba pagi hari kembali. Waktu begitu cepat berlalu dan keadaannya masih saja sama, Varsha masih miskin serta harus memikirkan tiga perut di rumah itu untuk bertahan hidup.Lalu, kali ini bagaimana? Varsha telah melakukan tindakan kriminal, dan ia sudah pasti akan sulit untuk bekerja kembali. Varsha mendadak putus asa, padahal itu masih terlalu pagi untuk memikirkan kepedihan hidup."VARSHA!"Belum sempat Varsha menyelesaikan pemikirannya, suara teriakan yang berasal dari Ibunya langsung memangkas perasaan Varsha. Entah apa yang membuat beliau haru

  • King of Bosses   Doopelanger!

    Varsha tertegun menatap sosok yang tengah membebaskannya itu. Bukankah sosok itu adalah...?"Kau?" Varsha tertegun.Sosok yang mirip dirinya itu tersenyum, menatap Varsha sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.Ia adalah Fabian! Lelaki yang diselamatkannya tempo hari."Sudah kubilang, hubungi aku jika terjadi sesuatu." Fabian menyunggingkan senyum sambil menatap sinis ke arah para Polisi.Varsha mencoba mengingat. Ia mungkin telah melupakan apa yang dikatakan Fabian padanya malam itu.Sebuah kartu nama memang masih disimpan Varsha. Fabian meminta Varsha menghubunginya setelah peristiwa itu, namun Varsha belum sempat melakukannya karena telanjur mengalami peristiwa ini.Siapa sangka, kini lelaki itu telah membebaskannya dari penjara! Tentu ia punya kuasa sehingga semudah itu baginya membebaskan Varsha.Siapa sebenarnya Fabian?"Ikuti aku," titah Fabian.Para Polisi membu

  • King of Bosses   The Suryakancana Group

    Varsha membelalakan matanya. Keningnya berkerut-kerut. Mempertanyakan tukar nasib yang tengah Fabian tawarkan. Rokoknya hampir saja terlepas dari kedua jari Varsha yang tengah mencapitnya."Kau terkejut?" tanya Fabian, melihat gelagat Varsha yang aneh.Varsha mendesah pelan sambil menyesap rokoknya yang hampir habis."Ini terlalu beresiko dan gegabah, kau seorang pemilik Hotel. Tidak mungkin aku menyamai kepintaran dan keahlianmu! Orang-orang pasti akan curiga...," tutur Varsha resah.Fabian tersenyum sambil meneguk gelas kopi perlahan."Aku tidak pernah melakukan apa-apa. Bawahanku yang bekerja. Seperti itulah orang kaya raya, uang yang harus bekerja untuk kita. Bukan kita yang harus bekerja," Fabian menyeringai."Apa?"Varsha hanya menelan saliva dengan kebingungan. Walau ini terdengar menggiurkan, Varsha tidak boleh gegabah! Jabatan pemilik Hotel itu bukan kedudukan yang rendah. Ada ribuan karyawan berada di ba

  • King of Bosses   Peran Di Jamuan Makan Malam

    Varsha hanya terperangah mendengar cerita detail keluarga Fabian yang cukup rumit di dengar. Varsha mengamati satu persatu foto keluarga yang Fabian tunjukan."Jadi, saat ini Ayahmu menikahi Kakak iparnya?" tanya Varsha mencerna cerita.Fabian mengangguk."Menarik sekali bukan kisah keluargaku? Ayah bahkan tidak berminat untuk mengelola perusahaan milik Kakek dan memilih menjadi Presdir di Suryakancana Group. Karena itu, sebagai cucu satu-satunya aku menjadi korban harapan!" keluh Fabian.Varsha baru menyadari bahwa Fabian adalah orang yang memiliki kepribadian menarik. Kepribadiannya lugas, cara bicaranya menyenangkan, dan juga sangat ramah. Jauh berbeda dengan Varsha yang dingin dan juga sulit membuka diri.Bertukar peran ini akan sangat menyulitkannya!Suara ringtone lagu Dionysus terdengar dari ponsel Fabian. Fabian meraih ponsel dan menempelkannya di telinga."Halo cantik, ada apa menelefon?" sapa Fabian deng

  • King of Bosses   Perjodohan Konglomerat

    Varsha benar-benar penasaran dengan perjodohan itu. Kira-kira siapa orang yang Nyonya Keiyona maksud?"Mendiang Tuan Giri telah menuliskan wasiat tersebut sejak lama. Jadi, tidak ada bantahan sama sekali untuk perjodohan ini." Nyonya Keiyona mengangkat gelas wine.Seluruh orang mengangkat gelas. Varsha sedikit kikuk. Ia sama sekali tidak suka minuman keras! Haruskah ia minum juga?Tegukan demi tegukan terlihat membasahi kerongkongan para anggota keluarga konglomerat itu. Varsha berakting meminumnya.Varsha sedikit tertekan. Astaga, sampai pukul berapa ia harus menegak minuman-minuman keras ini?"Kurasa, Fabian lah yang akan segera dijodohkan! Bukankah, ia adalah penerus kerajaan bisnis yang paling kompeten?" Keyhan tersenyum sambil melirik ke arah Varsha penuh arti.Varsha belum tahu bila Fabian termasuk orang yang paling suka bercanda saat bersama Keyhan. Karena itu, ia menyikapi semua berdasarkan intuisinya sendiri.

  • King of Bosses   Kaum Rendahan

    Fabian duduk di halaman salah satu mini market sambil memegang satu cup mie instan. Diseruputnya mie instan itu dengan mata terpejam-pejam."Astaga, enak sekali makan mie instan!" tutur Fabian dengan senyum mengembang.Ia memesan beberapa sosis, ayam krispi, snack kentang dan minuman-minuman dingin.Baginya duduk di minimarket tanpa pengawalan adalah anugerah. Fabian selalu pergi kemanapun bersama para pengawal, dan itu cukup mengganggu."Ah, aku ingin hidup bebas. Menyenangkan bisa makan dan minum kemasan seperti ini." Fabian bermonolog.Orang-orang memperhatikan Fabian dengan tawa mencibir. Ia dianggap orang aneh! Tapi ada juga beberapa wanita yang kagum akan ketampanan Fabian yang sangat menyita hati sebagian perempuan itu.Nampak dari kejauhan, mobil CRV terparkir di halaman mini market. Seorang pria keturunan Jawa yang berkulit gelap itu turun bersama seorang wanita muda.Fabian menggelengkan kepalanya.

  • King of Bosses   Who's Fabian?

    Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang y

  • King of Bosses   Bastard

    Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me

Latest chapter

  • King of Bosses   Rahasia Yang Terungkap

    Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da

  • King of Bosses   Sang Pemegang Tahta

    Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k

  • King of Bosses   Takhta yang Tergadai

    Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp

  • King of Bosses   Intrik di Balik Tirai Suryakancana

    Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan

  • King of Bosses   Dorongan Untuk Menjadi Penguasa

    Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In

  • King of Bosses   Jejak Takdir di Suryakancana

    Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan

  • King of Bosses   Pewaris Lain (SEASON 2)

    "Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok

  • King of Bosses   Wanna be a Queen for Me? (SEASON 2)

    "Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m

  • King of Bosses   Let's Start (SEASON 2)

    "Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak

DMCA.com Protection Status