Share

Bab 3 Informasi

BAB 3

Jadi setelah membaca beberapa buku di dunia ini, selain sihir, ada juga yang namanya aura. Menurut salah satu buku yang saya baca, aura biasanya digunakan oleh para pendekar yang mengandalkan kemampuan fisik untuk bertarung dengan cara melapisi aura di sekujur tubuh .

Penggunaan aura ini dapat meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kecepatan tubuh. Pengguna aura tercatat memiliki empat tingkatan, kuning adalah tingkat pemula, hijau adalah tingkat senior, biru adalah tingkat master, dan aura terkuat adalah merah darah adalah tingkat grandmaster.

Sementara itu, mereka yang terlahir dengan sihir akan memiliki ketertarikan bawaan seperti api, air, tanah, dan angin, yang merupakan minat umum bagi para pesulap pemula hingga senior.

Akan tetapi, ada pula afinitas langka seperti es, lahar, petir, dan sebagainya, yang membutuhkan tingkat penyihir master hingga grandmaster untuk membangkitkan kekuatan tersebut.

Namun, ada juga afinitas yang disebut malapetaka, yaitu cahaya dan kegelapan. Mengapa disebut malapetaka? Karena lebih dari seribu tahun yang lalu, pemilik afinitas ini membawa perubahan besar bagi dunia.

Dalam buku sejarah yang saya baca, pemilik elemen cahaya, pangeran dari Kekaisaran Agung dengan kekuatan yang tak terhentikan, menyatakan perang terhadap semua negara.

Di bawah kepemimpinan para pangeran Kekaisaran Agung , banyak negara hancur dan wilayah mereka diambil alih oleh Kekaisaran Agung .

Sang pangeran, pemilik afinitas cahaya, akhirnya membawa kemuliaan dan kemakmuran bagi rakyatnya.

Ketika dunia diperintah oleh Kekaisaran Agung , pemilik afinitas gelap, yang hidupnya penuh dengan tragedi, Kerajaan tempat keluarga itu tinggal dihancurkan oleh kekaisaran.

Dengan kebencian yang mendalam terhadap Kekaisaran Agung , pemilik elemen kegelapan, mengumpulkan pasukan yang tersisa dari kerajaan-kerajaan yang dihancurkan oleh Kekaisaran, dengan keinginan yang kuat untuk membalas dendam.

Akhirnya, pasukan besar pun terbentuk. Merasa pasukannya tidak cukup, pemilik elemen gelap bersekutu dengan kerajaan yang tersisa, dan perang terbesar sepanjang masa pun terjadi, yang disebut Cahaya vs Kegelapan.

Nah itulah mengapa disebut afinitas bencana, perang tersebut menewaskan jutaan nyawa, dalam pertempuran terakhir kedua tokoh utama dalam konflik tersebut menghilang dan tidak ada seorang pun yang tahu di mana mereka berada.

Akhirnya setelah hilangnya pemimpin mereka, perang pun berakhir, sedangkan untuk Kekaisaran Agung , berakhir dengan hilangnya sang pangeran.

Kekaisaran juga mengalami banyak pemberontakan, akibat perang-perang sebelumnya, tentara kekaisaran melemah.

Karena tidak mampu mengatasi pemberontakan, kekaisaran itu runtuh dan akhirnya terpecah menjadi beberapa kerajaan yang masih berdiri hingga saat ini.

Dan sejak saat itu, pengguna elemen Cahaya dan Kegelapan tidak ada lagi sampai sekarang.

Kalau dipikir-pikir aku jadi bertanya-tanya, di manakah kedua orang itu, apakah mereka saling bertarung sampai mati, untung saja aku tidak bertransmigrasi ke Jaman mereka.

Setelah selesai pelajaran aku berjalan menuju kantin sekolah, melihat lapangan yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi, aku melewati taman yang sangat indah, dedaunan yang hijau, bunga-bunga yang bermekaran dengan berbagai warna, jalanan yang tertata rapi, aku merasa takjub.

Beberapa menit kemudian, saya tiba di kantin sekolah, ketika saya masuk saya melihat sebuah ruangan besar dengan berbagai meja dan kursi.

Aku langsung menuju konter makanan yang berbayar, ada juga yang gratis tapi antriannya cukup panjang, dengan latar belakangku saat ini, aku tidak akan kekurangan uang untuk makan.

Waktu aku di depan konter makanan, aku langsung disambut oleh tante-tante penjaga konter.

"Halo, kamu mau pesan makanan apa?" tanya bibinya sambil tersenyum ramah.

Ketika melihat menunya, saya tidak begitu tahu apa saja makanannya, jadi saya akhirnya memilih makanan yang ada kata daging dan sebagainya.

Setelah menunggu beberapa saat, makanan pun siap, setelah mengambil makanan dari bibi, aku pun mencari tempat duduk yang tenang, setelah menemukan tempat duduk aku pun makan.

Rasanya lezat dengan rempah-rempah yang kaya, tetapi sebagai seseorang yang telah mengalami abad ke-21, rasanya tidak akan lengkap tanpa micin.

Saat sedang makan, tiba-tiba ada dua orang gadis duduk di hadapanku, saat menatap wajah mereka, yang satu memiliki kecantikan layaknya orang dewasa yang sudah matang, siap untuk dipetik, yang satu lagi tak kalah cantiknya, dengan perawakannya yang mungil enak untuk dipeluk.

Ya, mereka tak lain adalah Veronica dan Fanny. Sesaat berhenti makan, aku menyapa mereka dengan anggukan kecil dan ekspresiku yang dingin seperti biasa. Sambil terus makan, sesekali aku merasa diperhatikan oleh kedua gadis itu.

"Dril! Kamu sibuk nggak akhir pekan ini?" Akhirnya, Fanny yang memulai pembicaraan, dengan suara pelan.

Melihat wajahnya yang manis, namun agak malu-malu, aku tersenyum tipis dan menjawab.

"Kenapa? Apakah adik perempuan ini ingin berkencan denganku?" Meskipun kami seusia dengan tubuh loli yang sah itu, aku tetap memanggilnya adik perempuan.

Mendengar perkataanku, muka Fanny pun memerah, sambil mengangguk kecil ia berkata.

"Baiklah, kalau Anda tidak keberatan!" dengan suara sekecil nyamuk dan kepala tertunduk.

"Tentu saja, aku selalu punya waktu untuk gadis manis sepertimu!" jawabku dengan senyum terbaikku, dan mataku yang penuh keinginan tak terucap menatap tubuh gadis kecil itu.

Mendengar persetujuanku, mata Fanny pun berbinar, namun setelah mendengar aku memanggilnya gadis manis, mukanya pun memerah sampai ke telinganya, mungkin tak tahan dengan tatapanku, mata gadis itu memandang ke sekelilingnya.

Melihat ekspresi Fanny, aku jadi ingin sekali memakan gadis kecil ini sekarang juga, Veronica yang sedari tadi diam pun angkat bicara.

"Tunggu Fann! Aku akan ikut denganmu, aku tidak percaya orang ini."

Saya pun memperhatikan gadis dewasa ini, kami saling menatap selama beberapa saat, saya berpikir, apakah ini yang dinamakan beli satu gratis satu.

Fanny yang melihatku dan Veronica saling berpandangan dan berbicara.

"Aku tidak keberatan kau ikut! Tapi apakah Badril setuju??"

"Aku pun tak keberatan!" sahutku sambil menatap Fanny lagi.

Akhirnya kami bertiga ngobrol sambil menunggu bel kelas.

*****

Tak jauh dari tempat Badril duduk berbincang dengan kedua gadis itu, ada sekelompok orang yang berjumlah lima orang tengah menatap mereka dengan pandangan penuh kebencian.

"Kalian tahu nggak? Siapa laki-laki yang ngobrol sama Veronica dan Fanny?" tanya anak laki-laki berkacamata dengan wajah bulat itu kepada orang-orang di depannya.

"Kurasa dia teman sekelas mereka," jawab lelaki besar itu kepada anak laki-laki berkacamata.

"Cari tahu latar belakangnya! Tidak seorang pun boleh mendekati dewi-dewiku." Pria berkacamata itu berkata dengan nada memerintah.

"Siap bos!!" jawab empat orang serempak.

“Apakah rencana kita sudah siap?” lelaki berkacamata itu menatap keempat anteknya dengan wajah dingin.

Melihat tatapan bos mereka, mereka berempat menganggukkan kepala.

"Baiklah, kita akan jalankan rencana itu akhir pekan ini." Sambil tersenyum jahat, lelaki berkacamata itu menatap kedua gadis itu.

Saat kelima orang itu mencoba melancarkan rencana jahat mereka, terhadap orang-orang yang seharusnya tidak dapat mereka provokasi, akhir yang buruk akan menimpa mereka, jam kehancuran mulai menghitung waktu bagi kelima orang itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status