Share

Bab 4 Duel

Ruang Kelas.

Sekarang kelas terakhirku hari ini, sambil menunggu guru menjelaskan pelajaran tentang bagaimana penyihir bertarung, aku mendengarkan dengan bosan di tempat dudukku.

Berpikir tentang percakapanku dengan Fanny dan Veronica di kantin, aku menantikan akhir pekan ini, walaupun aku ingin berlatih dan meningkatkan kendaliku atas kekuatan baruku, nah demi gadis-gadis cantik, aku rela meluangkan waktu.

"Dalam dua bulan ke depan, sekolah akan mengadakan turnamen sulap! Dan setiap kelas akan mengirimkan lima perwakilan untuk berpartisipasi," sang guru mengumumkan.

“Baiklah, sekarang kita akan pergi ke stadion untuk memilih perwakilan kelas kita.” Setelah selesai berbicara, guru itu segera keluar dari kelas dan menuju stadion.

Para siswa berdiri dari tempat duduknya dan mengikuti guru, saya pun berdiri setelah semua orang keluar kelas, berjalan santai di paling belakang, setelah beberapa menit berjalan akhirnya kami sampai di stadion.

Stadion itu sangat besar hampir seperti stadion sepak bola di dunia lamaku, ketika aku masuk aku melihat banyak siswa terlibat dalam duel, aku langsung mengikuti kelasku ke arena kelas satu.

"Baiklah, semuanya sudah ada di sini." Sambil melihat sekeliling, guru itu melanjutkan bicaranya dengan suara yang cukup keras untuk didengar di aula yang berisik itu.

"Pertama kita akan duel, untuk melihat kemampuan kalian masing-masing!" Setelah guru selesai berbicara dia langsung memanggil nama-nama untuk maju ke arena.

"Rudi dan Steven memasuki arena." Saat kedua orang itu memasuki arena, para siswa yang tidak dipanggil langsung menuju tempat duduknya.

Saat saya duduk menyaksikan pertempuran di arena tersebut, antusiasme saya memudar karena mereka hanya berdiri di sana dan saling menembak dengan elemen yang mereka kuasai.

Itu sudah bisa diduga untuk murid tahun pertama, mereka hanya memiliki sihir tingkat senior, sambil menunggu giliran, aku mengaktifkan sistem, memastikan poinku sudah cukup untuk satu gacha.

Melihatnya membuatku bersemangat, dari terbangun di dunia ini sampai sekarang aku hanya melakukan gacha poin sebanyak tiga kali, yang pertama adalah gacha spesial, aku dapat Khodam Kraken Purba, nah ini tidak masuk hitungan karena gratis.

Lalu ketika gacha menggunakan poin, hadiah pertamaku adalah statistik, ya itu sangat bagus meskipun aku tidak dapat melihat statistikku seperti dalam permainan tetapi aku dapat merasakan kekuatanku meningkat.

Gacha keduaku juga memberiku statistik, yang memungkinkanku mengendalikan dua tentakel. Semakin kuat aku, semakin banyak tentakel yang bisa aku kendalikan. Pada awalnya, aku hanya bisa mengendalikan satu tentakel.

Itu menunjukkan betapa lemahnya pemilikku sebelumnya, dan pada gacha ketiga aku mendapatkan sesuatu yang bagus tapi juga tidak berguna, aku mendapat peningkatan karisma.

Walaupun wajahku tampan menurut standar dunia, bukan berarti itu langka, namun dengan bertambahnya kharisma ini, membuat para wanita semakin tertarik padaku, walaupun tidak langsung membuat mereka jatuh cinta, namun mereka ingin semakin dekat denganku.

Untuk mendapatkan poinnya sendiri ada beberapa cara, yang pertama adalah dengan membunuh monster dan yang kedua adalah misi dari sistem, untuk saat ini saya mengandalkan misi harian ini, karena untuk membunuh monster saya harus pergi ke daerah terlarang, jaraknya cukup jauh dari ibukota.

Melihat layar di depanku, aku mulai mengaktifkan gacha.

[Ding~ Selamat tuan rumah karena memperoleh ruang penyimpanan dimensional.]

Melihat apa yang kudapatkan aku jadi bersemangat, tanpa sadar aku tertawa, melihat sekeliling tidak ada seorang pun yang memperhatikanku, mereka fokus menonton pertandingan aku pun menghela napas lega.

Sejujurnya, tas penyimpanan dimensional tidak terlalu langka, namun ukuran ruangnya terbatas, tetapi saya mendapatkan ruang penyimpanan dimensional yang cukup besar, bahkan jika saya memasukkan lima gajah ke dalamnya, masih ada banyak ruang.

Dengan cara ini saya tidak akan takut kelaparan di hutan suatu hari nanti, untuk mengumpulkan poin dengan membunuh monster.

Ketika aku sedang asyik dengan diriku sendiri, aku mendengar sebuah nama yang familiar dipanggil.

"Pertandingan berikutnya, Fanny vs Alex."

Kuarahkan pandanganku ke arena, kulihat pertarungan mereka, tanpa basa-basi lagi mereka langsung melancarkan jurus-jurus terkuat mereka.

Dengan elemen api di sekitar Fanny, dia melepaskan api yang dahsyat ke arah lawannya.

Sementara itu Alex yang menjadi sasaran tembak tidak mau kalah dengan elemen air yang ada di sekitarnya, ia pun membuat pertahanan airnya, dan saat kedua elemen tersebut bertabrakan maka terjadilah beberapa kali ledakan.

Akibat ledakan itu, muncul banyak uap yang membuat arena menjadi sedikit kabur, dan begitulah pertarungan terus berlanjut, dan akhirnya pemenang pertarungan itu adalah Fanny yang dahinya sedikit berkeringat, tanpa cedera dia berjalan kembali ke tempat duduknya.

Alex yang sedang berlutut dengan beberapa luka bakar di tubuhnya dibawa ke ruang medis. Alex yang malang, meskipun aku cukup dekat dengan Alex, hubungan kami hanya sebatas obrolan di kelas, aku senang melihat Fanny tidak terluka.

"Pertandingan berikutnya, Badril melawan Veronica." Guru mengumumkan, dan akhirnya giliranku tiba meskipun lawannya tidak terduga.

Aku berdiri dan langsung menuju arena. Melihat Veronica berdiri tak jauh di depanku, aku tersenyum tipis dan mengangguk pelan, dia mengangguk dengan ekspresi serius di wajahnya yang cantik.

Saat menunggu aba-aba guru untuk memulai permainan, tiba-tiba suara sistem terdengar.

[Ding~ bersikaplah keren selama pertandingan, poin +30]

Melihat kata-kata itu mengambang di hadapanku, aku langsung mengutuk pencipta sistem itu dalam pikiranku.

Hei sistem, berikan aku tutorial bagaimana cara bersikap keren! dan seperti biasa tidak ada jawaban, haruskah aku menyisir rambutku ke belakang dengan tanganku sementara tangan yang lain berada di saku celana?

Ah bodoh amat, kalaupun aku gagal dalam misi itu tidak akan ada hukuman, meski begitu aku akan tetap mencoba, saat ini perolehan poinku hanya dari misi acak ini jadi tidak ada pilihan lain selain melakukannya.

"Duel DIMULAI!" dan guruku memulai Duel.

Saat ini aku hanya menyilangkan tanganku di dada dengan ekspresi bosan, dan mendengar pertandingan dimulai, aku mengaktifkan kekuatanku dan gelembung-gelembung muncul di sekelilingku, nah ini adalah kekuatan Khodam Kraken Purba tingkat satu, memang terlihat biasa saja.

Pada saat yang sama Veronica juga mengaktifkan sihirnya, melihatnya aku merasa takjub walaupun tidak ada perubahan dalam ekspresiku, dengan butiran salju mengelilingi Veronica dan tanah dimana dia berada membeku.

Dengan ekspresi serius namun dingin itu, para siswa yang menonton terpesona. Veronica adalah salah satu penyihir jenius di tahun pertama, meskipun sihirnya masih tingkat senior, dia bisa mengaktifkan sihir elemen es khusus.

Veronica siap meluncurkan sihir esnya, puluhan jarum muncul di depannya dan mengayunkannya ke arahku.

Melihat jarum itu datang ke arahku, aku hanya berdiri diam dan mengendalikan tentakel tak kasat mata itu maju, dan mengubah lintasannya.

Melihatku berdiri mematung tanpa bergerak sedikit pun, para penonton mendesah, mungkin mereka pikir aku tak sanggup merespon kecepatan jarum es Veronica.

Guru saya juga bersiap untuk campur tangan saat muridnya dalam bahaya, tetapi mungkin guru itu dapat merasakan sesuatu, dia hanya mengerutkan alisnya.

Saat jarum itu mendekatiku, jarum itu hanya melewatiku dan mengenai dinding di belakangku. Melihat sihirnya melesat, Veronica kebingungan, dan dia mencoba menyerangku lagi dengan sihir yang lebih kuat.

Aku hanya memasukkan tanganku ke dalam saku, lalu berjalan sedikit ke depan untuk meraihnya dengan tentakelku.

Merasa dia dalam jangkauanku, aku berhenti dan melambaikan salah satu tanganku ke depan dan berkata.

"Tidurlah!"

Melihat gerakanku yang tak terduga, Veronica mencoba mempercepat serangannya, tiba-tiba raut wajahnya panik, namun terlambat tentakelku melilit pakaiannya dan melemparkannya dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya pingsan, ke dinding di belakangnya begitu dia terjatuh dia langsung pingsan.

Melihat Veronica pingsan aku merasa lega, padahal serangan tak terduga tadi sepertinya cukup kuat untuk membuat Veronica pingsan, tetapi hal tersebut hanya berlaku pada lawan yang lengah dan mereka tidak tahu bagaimana cara kerja kemampuanku.

Ketika berjalan kembali ke tempat dudukku, kulihat semua murid menatap dengan kaget dan mulut menganga, bahkan guruku pun terkejut dengan ekspresi bertanya-tanya di wajahnya.

Aku berjalan tanpa peduli ke tempatku duduk tadi, melihat tatapan mata Fanny yang menggemaskan aku hanya tersenyum kecil padanya.

Fanny yang melihat senyumku pun tersipu malu namun ada sedikit kekhawatiran di wajahnya melihat sahabatnya yang pingsan.

Guru yang diam itu akhirnya menyatakan kemenanganku dan tim medis bergegas menuju Veronica untuk membawanya ke ruang medis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status