Darwin tidak henti-hentinya tertawa. Padahal tidak ada yang lucu dengan mereka. Olivia melihat wajah Darwin dengan kebencian dengan cepat menanyakan keberadaan mamanya. Suaranya keras dan seperti sedang membentak Darwin yang membuat Darwin emosi.“Kamu mau diam atau Mama kamu dalam bahaya!” ancam Darwin pada Olivia.Karena menyangkut tentang mamanya, Olivia pun memilih diam dan mengalah. Andra hanya menatap wajah Darwin yang selama ini sering ia ajak bermain, nongkrong bersama. Sekarang telah berubah seratus delapan puluh derajat Celcius dari sebelumnya.“Andra, mengapa kamu melihat aku seperti itu? Apa ada yang salah dari penampilan aku?” tanya Darwin dengan suara meremehkan.“Tidak ada yang salah dari penampilan kamu tapi ada yang berubah dari sifat kamu” ujar Andra.Olivia tidak ingin sabar lagi ia menanyakan keberadaan mamanya ada dimana? Lalu Darwin memintanya untuk bersabar dengan wajah penuh meledek. Darwin juga mengatakan sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah Olivia maupun
Mereka bermain kejar-kejaran hingga Olivia hampir tertabrak lalu Darwin datang dan mendorong tubuh Olivia untuk menjauh hingga kecelakaan pun terjadi. Darwin kritis hingga dilarikan ke rumah sakit. Alex datang dengan perasaan bercampur aduk. Antara senang karena putranya bisa ditemukan dan sedih karena takut putranya kenapa-kenapa. Saat itu, Alex di cegah oleh salah satu perawat karena dokter sedang menangani pasien dan tidak boleh diganggu.Alex terpaksa menunggu putranya sadar di ruang tunggu bersama Olivia dan Andra. Melihat keduanya sama-sama diam, Alex pun bertanya kronologi mengapa putranya bisa kecelakaan? Lalu Olivia naik pitam dan berkata, “Ini semua memang pantas Darwin rasakan Om! Darwin telah jahat sama aku sama Mama aku! Dia mendapatkan karmanya sendiri dan aku berharap tuhan mencabut nyawanya!”Andra terkejut dan menenangkan Olivia yang sudah diambang kemarahan. Alex memakluminya karena disini yang paling dirugikan adalah Olivia dan keluarganya. Alex meminta maaf atas k
Olivia sudah melaksanakan beberapa pemotretan dan hasilnya begitu memukau. Hingga bosnya pun turut memuji prestasi yang diperoleh Olivia. Padahal, Olivia harus bekerja satu hari dan ia sudah membuat orang-orang disekelilingnya terpukau. “Selamat Olivia, kamu benar-benar sempurna dan profesional dalam bekerja. Saya suka cara kerjamu yang smart” puji bosnya yang bernama Bram.“Terimakasih Pak Bram!” seru Olivia senang.Hingga satu Minggu pun berlalu kini Olivia sudah menjadi model bintang terkenal. Banyak kontrak pemotretan yang kini ia jalanin dan banyak mempunyai fans. Olivia merasa bangga dengan perubahannya yang sudah terlihat. Hanya saja, ia belum puas jika tidak pamer di hadapan Andra dan Jessika.“Aku akan memperlihatkan kelebihan aku pada kalian!” seru Olivia dalam hati.Olivia memilih berlibur ke Singapura dengan memakai jeat pribadi. Bukan hanya dirinya sendiri melainkan juga didampingi oleh dua pelayannya yang setia. Salah satunya adalah pembantunya yang kini ikut bersamanya
“Kejora tunggu!” teriak Ayu, rekan kerja Kejora.Kejora memberhentikan laju jalannya hingga Ayu dapat mengejarnya. Terdengar suara ngos-ngosan dari pernafasan Ayu. Kejora merasa heran dengan Ayu yang sampai segitunya mengejar dirinya. “Ada apa?” tanya Kejora.Wajah Ayu memerah matanya celingak-celinguk seperti sedang memastikan tidak ada orang lain yang berada di sekitar mereka. Setelah dirasa tidak ada siapa-siapa Ayu pun berkata dengan suara setengah berbisik, “kamu dicariin tuh sama Bos!” Kejora mengernyitkan dahinya sembari pipinya ikut mengembang. Dengan penuh percaya diri kejora pun berkata, “Oh… Gitu! Aku keruangan boss dulu ya!” “Iya jangan lupa bagi-bagi ya kalau diberi sesuatu! Seru Ayu dengan mata berminar”Kejora bergegas masuk ke ruangan Abraham dengan penuh percaya diri. Ia mulai mengetuk pintu sebanyak tiga kali lalu terdengar suara dari dalam ruangan yang menyuruhnya untuk masuk. Saat masuk kejora melihat Abraham tengah duduk seorang diri di kursi meja kantor.“Permi
Alex duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Ia duduk dengan seorang diri. Matanya menatap televisi yang sedang menyiarkan sebuah berita. Selama kepergian putranya, Alex sudah tidak bisa menjalankan bisnisnya hingga beberapa cabang restoran yang ia kelola pun akhirnya bangkrut. Hanya tersisa dua atau tiga restoran itu pun sudah diambang kehancuran.Ia tidak bisa fokus menggaji para karyawannya hingga Pernah juga didemo masal oleh para karyawan-karyawannya. Begitu berat Alex kehilangan Darwin hingga ia tidak bergairah untuk hidup. Terdengar suara penyiar berita yang kini sedang menyiarkan berita mengenai Olivia yang membuat Alex lebih fokus.“Olivia?” gumamnya dalam hati.Lalu, terlihat Olivia saat ia menunjukkan foto mamanya semasa muda dan saat itu juga Alex baru menyadari bahwa wanita yang hilang itu adalah wanita yang pernah ia cintai. Air matanya mengalir deras tak terbendung. Alex merasa rindu dengan Miranda yang hingga saat ini masih saja ia impikan.Selama tidur, Alex selalu m
Malam hari Dika dan Rafael diam-diam menyelinap di kantor perusahaan Abraham. Mereka telah memakai topeng dengan warna hitam. Tidak hanya memakai topeng saja, mereka juga memakai pakaian serba hitam agar tidak diketahui identitas mereka.“Apa Lo sudah siap?” tanya Dika pada Rafael.“Siap!” seru Rafael.Dika dan Rafael menaburkan minyak keseluruhan gedung lalu mereka menjauh beberapa langkah. Dika merokok dan membuang rokoknya hingga membakar gedung. Mereka kebur saat api mulai menyala. Keesokan harinya, Abraham datang dan ia terkejut saat melihat kantornya hangus menjadi debu. Tidak ada saksi mata karena letak dari kantor perusahaannya dekat dengan hutan sehingga rumah-rumah penduduk pun berjauhan. Abraham memilih lokasi seperti ini lantaran ia tidak ingin penduduk disekelilingnya mengganggu aktivitasnya untuk memotret para Model di ruangan. Karena pemotretan membutuh tempat nyaman dan sunyi. Namun tak ia sangka bahwa pilihannya memilih membangun gedung di hutan beresiko juga. Seand
”Ma, Papa berangkat kerja dulu” terdengar suara suami dari Yunita sedang berpamitan kepada Yunita. Mereka tidak saling melihat karena suaminya ada di parkiran sedangkan Yunita ada di ruang tamu. Namun meskipun tidak berbicara empat mata, Yunita dapat mendengarnya juga.“Iya, Pa... Hati-hati dijalan” ujar Yunita.Setelah Yunita menyahuti pamitan suaminya ia mendengar suara mobil yang mulai menjauh dari parkiran rumahnya. Yunita dapat memastikan bahwa suaminya telah berangkat bekerja. Yunita yang sedang beres-beres menolehkan kepalanya ke arah gudang yang sekian tahun tidak ia buka lagi.“Apa aku bersihkan saja ya barang-barang yang ada di gudang sana?” gumamnya pelan. Yunita pun memutuskan setelah selesai membersihkan lantai di teras rumah ia akan membuka gudang tersebut. Hingga beberapa menit ia telah selesai mengepel dan kini menuju ke arah gudang. Yunita membuka pintu gembok dengan kunci.Saat membuka pintu gudang tersebut Yunita sampai terbatuk-batuk. Yang membuatnya ngedumel. “Si
Olivia datang ke rumah Andra untuk memastikan apakah Andra sudah menikah atau belum? Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya untuk melihat kepastian. Meskipun terkesan murahan, namun ia hanya melihat janji yang pernah Andra ucapkan untuknya.“Ini sudah benar alamatnya? Sekarang aku tinggal mengetuk pintu” Olivia mengetuk pintu namun tidak ada yang menyahuti ataupun membukakan pintunya.Rumah terlihat sepi yang sepertinya pemilik rumah tersebut sedang tidak berada di rumah. Olivia merasa kecewa karena lagi-lagi ia tidak bisa melihat Andra yang sekarang. Wajah cantiknya terlihat murung. Dengan berberat hati ia pun perlahan meninggalkan halaman rumah tersebut.Sementara itu, Yunita tengah berada di dalam mobil Aruni. Terlihat raut wajah mereka begitu serius. “Kamu yakin itu adalah Kelvin?” tanya Yunita yang belum yakin akan informasi yang dilontarkan oleh Aruni. Sementara Aruni yang posisinya dalam menyetir hanya bisa berkata singkat karena ia tidak ingin berbicara ketika sedang dalam m
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s