”Ma, Papa berangkat kerja dulu” terdengar suara suami dari Yunita sedang berpamitan kepada Yunita. Mereka tidak saling melihat karena suaminya ada di parkiran sedangkan Yunita ada di ruang tamu. Namun meskipun tidak berbicara empat mata, Yunita dapat mendengarnya juga.“Iya, Pa... Hati-hati dijalan” ujar Yunita.Setelah Yunita menyahuti pamitan suaminya ia mendengar suara mobil yang mulai menjauh dari parkiran rumahnya. Yunita dapat memastikan bahwa suaminya telah berangkat bekerja. Yunita yang sedang beres-beres menolehkan kepalanya ke arah gudang yang sekian tahun tidak ia buka lagi.“Apa aku bersihkan saja ya barang-barang yang ada di gudang sana?” gumamnya pelan. Yunita pun memutuskan setelah selesai membersihkan lantai di teras rumah ia akan membuka gudang tersebut. Hingga beberapa menit ia telah selesai mengepel dan kini menuju ke arah gudang. Yunita membuka pintu gembok dengan kunci.Saat membuka pintu gudang tersebut Yunita sampai terbatuk-batuk. Yang membuatnya ngedumel. “Si
Olivia datang ke rumah Andra untuk memastikan apakah Andra sudah menikah atau belum? Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya untuk melihat kepastian. Meskipun terkesan murahan, namun ia hanya melihat janji yang pernah Andra ucapkan untuknya.“Ini sudah benar alamatnya? Sekarang aku tinggal mengetuk pintu” Olivia mengetuk pintu namun tidak ada yang menyahuti ataupun membukakan pintunya.Rumah terlihat sepi yang sepertinya pemilik rumah tersebut sedang tidak berada di rumah. Olivia merasa kecewa karena lagi-lagi ia tidak bisa melihat Andra yang sekarang. Wajah cantiknya terlihat murung. Dengan berberat hati ia pun perlahan meninggalkan halaman rumah tersebut.Sementara itu, Yunita tengah berada di dalam mobil Aruni. Terlihat raut wajah mereka begitu serius. “Kamu yakin itu adalah Kelvin?” tanya Yunita yang belum yakin akan informasi yang dilontarkan oleh Aruni. Sementara Aruni yang posisinya dalam menyetir hanya bisa berkata singkat karena ia tidak ingin berbicara ketika sedang dalam m
Dika menghampiri beberapa teman yang rata-rata mereka adalah anak geng motor. Salah satu diantaranya juga ada Tando. Dika disapa oleh semua orang yang saat ini tengah berkumpul. Dika menyempatkan waktunya ini mengajak mereka untuk ikut membantunya dalam merencanakan sesuatu. “Kalian pada sibuk atau tidak? Kalau tidak sibuk, saya butuh bantuan kalian” ujar Dika santai.Teman-temannya penasaran lalu salah satu dari mereka bertanya, “Mau minta bantuan apa?” Dika menyunggingkan senyuman khasnya. Ia melirik bener teman-temannya secara bergantian. “Cewek gw jadi gila dan gw tahu siapa yang membuatnya sepertinya itu. Gw ingin kalian membantu gw untuk membalaskan dendam ini pada dia” ujar Dika.Tando yang merasa sudah membantu Dika saat ikut membayar gedung kantor Abraham, merasa aneh karena ia tahu si Abraham sudah menanggung banyak kerugian hingga bangkrut. Lantas, mengapa Dika masih ingin balas mengangguk?Beberapa dari mereka ada yang menolak ada juga yang bersedia membantu. Namun kali
“Hari ini tumben udaranya dingin sekali padahal tidak sedang musim hujan” gumam Tando yang tengah berdiri di depan jendela. Tando yang hanya tinggal seorang diri di kls sederhana memang mengharuskannya untuk serba mandiri. Terlebih ketika uangnya telah habis ia mesti mencari kerja sampingan untuk bisa pulang ke kampung halamannya itupun saat sampai pasti meminta uang bekal pada kedua orang tuanya. Terlahir dari keluarga pas-pasan tak menjadikannya untuk giat bekerja bahkan sebaliknya Tando malah menghabiskan uang bekalnya tersebut hanya untuk berfoya-foya bersama teman-temannya. Hal itulah yang menyebabkan Tando selalu mendekati Dika yang notabenenya adalah anak orang kaya yang dalam pikirannya ia bisa memanfaatkan Dika jika ia sedang membutuhkan bantuan.“Kenapa perasaanku tidak enak?” tanyanya pada dirinya sendiri.Merasa sesuatu yang tidak mengenakkan ia memutuskan untuk tiduran di kasur. Ia mencoba menutup mata dengan harapan bisa tidur secepatnya. Namun rupanya ia mengalami insom
Andra yang habis pulang dari keluar negeri langsung menemui Yunita. Saat masuk ke dalam ruangan sudah ada Aruni yang sedang menemani Yunita. Andra menyalim tangan Aruni dan berterimakasih karena telah menjaga Mamanya.Aruni yang sudah melihat Andra pulang ia pun memutuskan untuk pamit. Andra mengangguk pelan lalu melihat Aruni yang sudah keluar dari ruangan. Andra menoleh ke arah mamanya yang sedari tadi melihatnya dengan wajah sedih.“Ma, Andra sudah pulang. Mama jangan sedih-sedih lagi. Andra tidak akan meninggalkan Mama sendirian” ujar Andra sambil tersenyum penuh ketenangan.Sifat Andra sedari dulu memang tidak pernah berubah. Pembawaannya memang membuat siapapun nyaman berada di dekatnya. Yunita ingin memeluk putranya namun ia tidak bisa. Hanya air mata haru yang dapat ia perlihatkan. Andra menghapus air matanya dengan lembut.“Kamu memang anak yang berbakti pada orang tua. Mama bersyukur telah melahirkan kamu ke dunia ini. Meskipun hasil dari hubungan terlarang, namun dosa yang
Setelah melakukan proses pencarian pemilik mobil dengan nomor identitas mobilyang terpampang jelas memudahkan polisi untuk menangkap pelaku-pelakunya. Hingga terdengar empat pelaku atas dugaan tindak kejahatan. Pelaku-pelaku tersebut antara lain Wira, Bayu, Oba dan Dika.Polisi mengamankan mereka lalu salah satu polisi mengabarkan informasi tentang penangkapan pelaku kepada Olivia. Sontak Olivia ingin buru-buru menyelesaikan pemotretan dirinya. Setelah beberapa menit akhirnya pemotretan pun selesai setelah hasil yang memuaskan.“Apa kamu mau melihat hasil nyatanya?” tanya si pemotret pada Olivia.“Tidak, saya sedang ada urusan. Bilang sama bos bahwa saya izin pulang lebih awal” setelah mengatakan itu, Olivia langsung berlari menuju ke arah mobilnya yang terparkir di parkiran. Saat terburu-buru ban mobilnya pecah yang membuatnya harus mengesampingkan mobilnya di pinggir jalan. Olivia turun dari mobil dan mengecek ban mobilnya. Raut wajah gelisah karena hal itu akan menundanya untuk me
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget