Share

Kemenangan dan kehancuran

Selamat membaca.

“Hadar kau harus mencabut batu aura dari Luna selagi masih ada kesempatan.”

“Kali ini Vega benar Hadar. Kita tidak punya pilihan, karena dia, bisa saja berada dalam masalah.” Sergah Igel. Ia tidak pernah mengharapkan perpisahan antara Luna dan Hadar itu sebabnya ia mencoba untuk melindungi Luna.

Memang benar kata Vega dan Igel. Keamanan Luna lebih penting tapi. “Aku akan melindunginya.”

“Hadar….”

“Kalian meremehkanku.”

“Kau menjanjikan kemenangan padanya bukan kehancuran. Bagaimana bisa kau bersikap seperti ini di saat kita tidak tahu apa yang sedang terjadi antara dua dunia!” Vega tak bisa hanya diam saja, matanya memerah karena ingin menangis. Ia takut jika Luna terluka. Lututnya kini menyentuh lantai di depan Hadar, kepalanya tertunduk menghadap ke lantai. “Aku mohon Hadar, biarkan Luna sendirian.”

“Aku tidak menyakitinya Vega, mengapa kau memohon seakan aku menyakitinya? Aku mencoba membantu, menjadi pion, teman dan pelindung. Ku biarkan dia pergi ke semua tempat yang ia suka, bahkan tak berani mengangkat tangan padanya. Bagaimana itu sekarang menjadi kejahatan?”

“Vega, bahkan jika ia memutuskan untuk tetap membuat jarak. Aku akan membiarkannya, bukan karena aku ingin bersama dengannya. Tapi karena aku mencintainya tidak peduli apapun yang ia lakukan.”

Vega bisa apa jika tuannya terus bersikap lunak seperti ini. Satu yang ia tahu kalau Hadar adalah seorang ‘pembohong’ dia ingin bersama Luna tapi mengubur semuanya karena alasan perbedaan tetapi selalu ada menjadi harapan bagi Luna. “Hadar apa kau, menargetkan Luna?”

Mata Igel membulat. Ia cemas pada arah pembicaraan yang sedang Vega angkat. “V-vega aku rasa kau sudah terlalu banyak bicara.”

“Kenapa Igel. Apa kau tidak takut jika manusia favorit itu ternyata adalah target tuan yang hormati saat ini.”

Ini pemberontakan. Igel menatap takut ke arah Hadar yang kini menatap dingin Vega.

“Lalu?”

Deg!

Jawaban itu membuat Vega dan Igel terdiam. Aura ketidakpedulian yang tak hangat seperti biasanya kini terlihat sangat jelas—mereka seperti, melihat ke arah cermin masa lalu. Di saat mereka pertama kali bertemu dan bertugas bersama Hadar yang cenderung tak peduli pada kata-kata terakhir dari korbannya.

Tubuh Vega menegang begitu juga dengan Igel.

Tiba-tiba Hadar tersenyum. “Memangnya kenapa jika aku menargetkan Luna? Dia bahkan tidak menganggapku sebagai kawan.”

Memang kejam, tapi terdengar lebih kejam lagi saat Hadar mengatakan itu di saat ia berkata tentang cintanya pada Luna.

Kalau begini Vega bingung dengan perasaan sebenarnya tuannya.

“Bulannya cantik ya.” ucap Luna yang baru saja pulang setelah membeli beberapa makanan kesukaan nya. Namun berhenti di depan pintu, mendonggak ke ruang luas di angkasa dengan mata berbinar karena cahaya bulan.

Sontak semua mata kini tertuju pada Luna. “K-kau sudah kembali?” tanya Hadar.

“Em. Aku membeli banyak makanan yang sedang trend berkat kau.”

“Apa kau sudah putuskan untuk berterima kasih?”

“Terima kasih.”

Hadar mengelus kepala Luna singkat dan Luna tak terganggu akan hal itu. “Bagaimana dengan batu auranya? Aku masih berniat mencabutnya sekarang.”

“Ah. Batu, di tubuhku. Hahaha…,” Luna terlihat cemas sekarang. Hadar menggukan kepalanya. “Ba-bagaimana kalau nanti?”

Luna mengigit bibir bawahnya menatap Hadar dengan tatapan memelas lengkap dengan dua jari telunjuk yang disatukan. “Aku mohon Hadar, aku masih membutuhkan kemampuan buruk dari ba-batu auramu.”

“Sesuai keinginannya Luna.”

“Baiklah selamat tidur hahaha.”

Luna berlari dengan cepat ke kamar Hadar sementara Igel dan Vega saling tatap sebelum menyeret kaki lemas mereka mengikuti Luna.

Beberapa saat kemudian.

“Jadi selama ini kau sudah tau?” Brak! Luna terkejut. “Kau sangat aneh, sia-sia aku mengkhawatirkan mu?”

“Kekhawatiran tuanmu sudah cukup bagiku.”

“Luna!” Sebut mereka secara bersamaan.

Luna menundukan kepalanya sekarang. “Aku akan diam saja.” jawabnya. Saat suara langkah kaki mendekat, Luna dengan cepat berlari ke arah Hadar. “Tolong. Mereka berdua terlihat aneh! Mungkinkah mahkluk yang menyamar sebagai Vega dan Igel?” ucapnya sambil berbunyi di belakang Hadar.

“Berapa lama kau menyadari batu aura di tubuh mu punya kemampuan khusus?”

“Semenit yang lalu.”

“Bohong.”

“Baiklah-Baiklah. Ehem…Di malam hari saat Vega pulang setelah menggantikan ku.”

“Haruskah aku mempercayainya Luna.”

Luna yang terdiam membuat Vega dan Igel tak menyangka kalau Luna sudah mengetahui fakta yang mereka tutupi dengan sangat rapat itu. Jauh sebelum pembicaraan itu di ungkit kembali.

Jadi. ‘Siapa Luna yang sebenarnya?’ Mungkinkah ia sedang merencanakan sesuatu?

Bersambung….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status