Share

Bab 5. Mendadak Pulang

[Mas, aku dalam perjalanan pulang.]

“Kenapa dia mendadak pulang!?”

Tanpa dikomandoi, aku dan Eka spontan berucap secara bersamaan.

Entah kenapa membaca pesan dari Nisa itu, rasanya badanku jadi panas dingin. 

Bukannya aku suami-suami takut istri, tapi karena aku sudah membuat begitu banyak sandiwara dan kebohongan. Jika sampai Nisa benar-benar pulang mendadak, bisa buyar semuanya! 

"Aduh, mati aku!" ucapku lagi sambil memukul dahi, tiba-tiba juga kepala jadi pening. "Yank, kita harus siap-siap banyak hal. Jangan sampai keduluan si Nisa!"

Kalau benar Nisa pulang mendadak, bisa marah besar dia sama aku. Aku sudah mengkhianatinya, memeras tenaga dan menghabiskan uangnya. Belum lagi aku juga selalu mengabaikan Ais. Dia pasti akan sangat marah dan tidak bersedia menjadi ATM berjalanku lagi!

Tidak, hal itu tak boleh terjadi!

Tinggal selangkah lagi dari rencanaku merebut semua aset Nisa. Kalau dia tahu tentang perselingkuhanku dengan Eka, bisa hancur semua rencana yang kususun begitu lama!

Tak menunggu Eka menanggapi perkataanku itu, aku pun langsung masuk ke dalam rumah. Tujuanku adalah kamar, kamar utamaku dan Nisa yang kini telah beralih jadi kamar Eka. Aku harus segera membereskannya!

"Yank cepat kesini!" teriakku ketika telah sampai di kamar, kini aku berkacak pinggang tepat di ambang pintu. "Cepat bantu aku!"

Haduh, kenapa sih si Eka ini malah lelet banget? Apa dia nggak takut jika tiba-tiba saja Nisa sudah ada di depan pintu? 

Dasar nggak peka, untung cantik dan sexy!

Kuacak kasar rambut ini ketika Eka tak juga datang. "Eka!!" teriakku dengan lebih kencang.

"Apaan sih pakai teriak segala?!" 

Menit kemudian Eka datang dengan wajah malas dan manyun. Istri mudaku ini malah bersedekap dada.

Aku mendengus kesal. "Kamu ini gimana sih? Kok malah nyantai? Nisa ini dalam perjalanan pulang loh!" ucapku makin kesal.

Saat genting seperti ini, harusnya dia mengerti dong.

Tetapi, Eka malah menarik kedua sudut bibirnya, dia malah tertawa.

"Aduh Mas, kamu ini kok polos banget sih? Gampang banget dibohongi," ucap Eka sambil mengibaskan tangannya di depan mukaku.

Aku melongo, "Maksud kamu?"

Wanita cantik itu pun menggelengkan kepala, dan malah tertawa lebih keras. "Nisa itu nggak mungkin pulang cepat. Dia itu kan jadi TKW ada kontraknya kerjanya, nggak mungkin dong akan pulang dengan cepat dan tiba-tiba begitu. Jangan gampang percaya deh Mas."

Aku diam sesaat, mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Eka. 

"Tapi ... untuk apa juga Nisa bercanda tentang kepulangannya?" Aku masih sedikit ragu. "Nggak lucu kan?"

Eka malah kembali mencebik. "Berpikir positif aja dong. Siapa tahu dia hanya ingin ngasih kamu kejutan, Mas? Ayolah ... jangan panik begini."

Kutekuk alisku ketat, masih merasa tidak masuk akal. Akhirnya, aku pun mengirimkan pesan pada Nisa.

[Kamu pasti bercanda kan, Dek?]

Segera Ku kirim chat, yang sejak tadi memang belum aku balas.

Nampak Nisa pun sedang mengetik. Aku menunggu dengan rasa khawatir dan hati berdebar.  

Sebuah foto dikirim oleh Nisa, disertai dengan caption. 

[Aku sudah di sini Mas.]

Gila!

Itu kan sudah di depan rumah Bu Endang. 

Mataku terbelalak lebar, begitu pula dengan Eka yang saat ini matanya membulat.

5 Menit lagi!

Aku dan Eka langsung seperti orang kesurupan. Aku langsung memindahkan semua baju Eka ke kamar tamu. 

Seperti orang kesurupan, kami bekerja dengan kilat, karena setiap detik begitu berharga saat ini.

"Apa lagi, Mas? Semua sudah beres kan?" tanya Eka dengan nafas seperti orang yang baru saja lari maraton.

Kutengok kanan kiri, untuk memastikan jika semua sudah terkondisikan dengan baik.

"Sepertinya semua sudah siap."

Tak ada yang perlu dicemaskan lagi, kondisi rumah sepertinya sudah tak ada lagi yang mencurigakan. 

"Hufft ... syukurlah."  Eka berucap sambil menghapus keringat yang ada di keningnya.

Sekarang kami sedikit bisa bernafas lega, meski hati masih tak karuan.

Mendadak, terdengar suara Ais. "B-Bapak ... Ais lapar ...."

Putriku menghampiri kami, sontak aku dan Eka langsung saling berpandangan. Saking paniknya, kami sampai lupa jika ada satu masalah yang paling besar, Ais bisa ngomong semua ini ke ibunya!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status