Share

Bab 6. Semua Harus Rapi

"Heh kamu, sini!" Eka langsung kasar narik tangan Ais.

"Sakit Tante ...." Ais langsung meringis kesakitan. 

Sedikit pun Eka tak perduli dengan rintihan Ais. "Ibu kamu mau pulang. Awas ya, jangan ngomong macam macam kamu! Kamu harus diam dan nggak boleh ngadu!" ucap Eka dengan penuh penekanan. 

Ais menunduk, raut wajah gadis itu menunjukkan gurat kesedihan. Sepertinya dia begitu kaget sehingga terdiam beberapa saat. 

"Ibu mau pulang?" tanya Ais lagi dengan mata berbinar penuh harap.

Melihat hal itu, Eka mendengus kasar. “Kamu kalau dikasih perintah, jawab iya aja susah banget sih!?” omelnya sembari menjewer telinga Ais. “Iya, Ibu jalang kamu itu mau pulang!”

Karena jeweran kuat Eka, putriku itu makin meringis dan kembali mulai menangis.

"Yank, jangan keterlaluan. Jangan sampai ada bekas tertinggal," ucapku mengingatkan. Jangan sampai nanti Nisa jadi curiga karena ada lebam di tubuh Ais. 

Karena biasanya Eka jika sudah seperti ini, akan khilaf dan menghajar Ais.  Biasanya sih aku biarkan saja, tetapi kali ini, jangan sampai dia membuat kesalahan yang fatal. Bahaya kalau ketahuan Nisa!

Eka mendengus kasar, dan merengut,  tetapi kemudian dia mau melepaskan cengkeraman di bahu Ais. 

"Sudah, jangan nangis lagi ya." Sekarang, aku lah yang harus turun tangan menghadapi Ais. "Nanti ibu sedih loh kalau lihat Ais seperti ini."

Syukurlah Ais mau menuruti ucapanku, dia mulai menghentikan tangisnya.

"Anak pintar." Kuelus pipinya dan membenarkan sedikit rambutnya yang berantakan. Hal yang tak pernah lagi kulakukan setelah Nisa berangkat ke luar negeri.

"Kalau nanti lbu sudah sampai di rumah, Ais nggak boleh ngadu ya tentang apa yang dilakukan Tante Eka." Aku pun mulai manipulasi Ais. "Karena ibu itu capek, kasihan. Ibu harus banyak istirahat juga."

"Bener tuh kata Bapak kamu. Kalo ibu kamu pulang dengerin kamu ngeluh, nanti dia nggak mau pulang lagi! Dia buang kamu!" Tiba-tiba saja Eka nyeletuk dengan sinis.

"Nggak!" 

Tak disangka, Ais malah teriak. Aku terbelalak. Baru kali ini kulihat Ais membantah ucapan Eka.

"Ibu nggak akan membuang Ais! Ibu itu baik dan nggak jahat kayak Tante!" Ais kembali berteriak. 

"Ngomong apa kamu tadi?!" Eka yang tak terima pun langsung mencengkeram dagu Ais. "Dasar anak setan!"

Satu tangan Eka yang lain sudah terangkat siap memukul Ais.

Tetapi.

"Ada apa ini?!"

Aku dengan cepat menoleh.

Itu Nisa!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status