Share

Bab 10. Ssst ... Ini Baru Awal.

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 11:37:28
Dengan manik lurus aku menatap suamiku yang terperangah. Mulutnya tergagap.

“D-Dek, kamu–”

“Ha ha ha!”

Tawa keras bergema di ruang tamu, membuat Mas Asep menatapku aneh. Aku tertawa hingga menangis, tapi tak ada yang benar-benar sadar kalau aku menangis bukan karena ada yang lucu, melainkan sakit hati.

Bahkan, ketika ditembak kenyataan, Mas Asep hanya bisa terbengong seperti orang bodoh.

Inikah pria yang telah kupilih untuk menjadi suamiku?! Inikah ayah dari putri malangku!?

“D-Dek, kamu kenapa?” tanya Mas Asep. “Kamu … kamu nggak apa-apa, ‘kan?”

“Aku bercanda saja, Mas,” ucapku pada akhirnya setelah tenang. “Kenapa kamu kelihatan takut begitu? Kamu nggak benar-benar mengkhianatiku dengan Eka, bukan?”

"E-enggak dong, Dek! Demi Tuhan, Dek. Cintaku tetap utuh terjaga hanya untuk kamu. Karena kamu itu wanita paling cantik dan sempurna bagiku." Asep meluncurkan rayuan gombalnya. “Mana mungkin aku suka sama Eka?”

Klontang!

Klontang!

Tiba tiba saja dari arah dapur, terdengar sua
Anggrek Bulan

Selamat pagi? ada yang suka novel ini?

| 6
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fatmawati Paseng
semangat Author...
goodnovel comment avatar
Roslinah Minsong
dasar pelakor tidak tahu malu tuh Eka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 11. Ais yang Malang

    Kutinggalkan Eka yang sudah pasti masih menggerutu di dapur sana. Terserah saja, yang penting aku nanti tahu semua beres. Tanpa harus dibantu oleh Mas Asep. Dia harus merasakan seperti apa sulitnya menjadi seorang pembantu. Enak saja mau menjadi kaya dengan cara instant. Tidak bisa seperti itu Marimar! Kuhela nafas panjang saat menyaksikan Ais yang masih duduk di ranjang. Putri kecilku itu, masih sibuk dengan mainan barunya. "Eh ibu, mau ikut main?" Saat aku masih terus menatapnya, Ais malah menatapku terlebih dahulu. Segera kusuguhkan senyum paling manis, sembari melangkah mendekatinya dan kini duduk di depannya. "Boleh. Sudah lama sekali kan Ibu sama Ais tidak main bareng." Kuambil salah satu boneka dan mulai bermain bersama dengannya. Melihatnya tersenyum, sungguh sebuah kebahagiaan tersendiri bagi seorang ibu. Selain itu, ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan beberapa hal dengannya. "Saat Ibu ada di luar negeri, apa semua baik-baik saja?" Memulai obrolan, hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 12. Menguping

    "Ya Allah, aku ketiduran." Suara kumandang azan sukses membuatku membuka mata. Seperti waktu magrib telah tiba, dari jendela nampak sudah gelap di luar. Karena begitu capek setelah dari perjalanan jauh, sepertinya aku tertidur cukup lama. Tidur bersama dengan Ais, membuatku menjadi lupa waktu juga. Segera aku pun bangun dan mengecup pipi Ais yang masih terlelap. Turun dari ranjang untuk mengambil air wudhu . Waktunya mengadukan seluruh keluh kesahku pada sang pencipta. Terdengar suara motor. "Sepertinya Mas Asep baru saja pulang." Senyum mengembang di bibir ini, sepertinya sebuah drama akan kembali dimulai. Kubuka sedikit pintu kamar, dan mulai menguping. Sebentar saja tak masalah bukan? "Lama banget sih kamu, Mas? Dari mana aja sih?" Tak salah bukan tebakanku? Eka langsung memberondong banyak pertanyaan pada Mas Asep. Meski sedikit lirih, tapi terdengar sekali jika sahabatku itu sedang begitu kesal. "Ya ampun, Yank. Ini tadi habis dari rumahnya si Johan." Mas Asep mulai be

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 13. Baru Tau Ya?

    Tak terasa tangan ini mengepal melihat kelakuannya sampah itu."Aku harus selangkah lebih maju dari mereka."Rasanya sudah cukup aku menguping. jika mereka punya rencana, maka aku pun punya dengan pemikiran yang lebih matang.**"Gimana, Ais senang nggak belanja tadi?" ucapku sembari duduk di ruang tamu dan menaruh beberapa tas belanjaan."Seneng banget dong, Bu." Ais langsung menyahut. Dia pun langsung duduk juga di sampingku.Sebenarnya tanpa ditanyakan, sudah bisa terlihat dari raut wajah Ais. Senyum terus terpancar disana.Sejak pagi tadi, saat Mas Asep berangkat kerja, aku memang keluar bersama dengan Ais. Berbelanja, banyak barang yang harus dibeli untuknya. Dan, untuk membuat hatinya senang. Pasti sudah lama dia tak sesenang ini."Besok, kita belanja dan jalan jalan lagi ya Sayang."Ais segera bersorak. "Asyik!"Kubelikan banyak sekali barang untuk Ais, termasuk perlengkapan sekolah yang baru."Eka!" seruku, memanggil Eka.Sebenarnya dari pantulan layar tv yang tidak menyala

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 14. Dia Bilang Apa?

    "Panas ya Mas?" Saat Eka masih tertegun karena dibentak Mas Asep, aku berlagak sok simpati. Meniup tangan Mas Asep. "Ya ampun, Mas." Mengambil kesempatan dalam kesempitan, sepertinya itu yang harus aku lakukan. "Panas banget, Dek." Sepertinya yang dikatakan itu benar, dari wajahnya pun nampak kesakitan. "Harusnya kamu itu hati-hati. Kerja nggak becus! Jalan itu pakai mata dong!" Eh, tanpa diduga, Mas Asep malah masih terus membentak Eka. "M-maaf." Wajah Eka nampak semakin pias. Pelakor Itu sepertinya begitu kaget dengan kejadian ini. Feelingku mengatakan, sepertinya ini hal baru bagi Eka. Dibentak oleh Mas Asep. Mungkin selama ini yang dia terima hanya sikap manis saja. "Bisanya hanya maaf saja! Dasar nggak guna!" timpal Mas Asep lagi. Aku? Tentu senang dong menyaksikan kejadian seperti ini. Ini baru awal sih. "Lain kali kamu jangan ceroboh ya, Ka. Kasian banget loh ini Mas Asep baru pulang kerja, capek, haus. Eh malah kamu giniiin," ucapku sok perhatian. Tugasku disini, h

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 15. Hampir Saja

    "Ibu punya banyak baju baru untuk Ais," ucapku setelah kembali sampai di rumah. Tentunya lebih dulu dari pada kedua sampah itu. Karena terlalu fokus pada Eka dan Mas Asep, aku sampai lupa telah membelikan banyak baju untuk Ais. "Asyik!" Ais langsung bersorak sembari melihat semua baju yang kukeluarkan dari koper. "Ais mau mandi dulu ya, Bu." Ais kembali bersorak, putri kecilku itu pun langsung pamit untuk mandi, sepertinya dia begitu bersemangat memakai baju barunya. Mulai sekarang, aku tak akan lagi meninggalkan Ais, dan kupastikan senyum akan selalu menghiasi wajahnya. Saat akan menutup koper, mataku menangkap sesuatu. "Ya ampun, sepertinya barang ini akan sangat berguna." Sebuah kebetulan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Saat masih berada di luar negeri, majikan memberikan satu buah kamera ini padaku. Benda mungil yang kupikir tak akan ada gunanya sama sekali. Tapi ternyata, saat ini menjadi begitu berguna. Senyum segera mengembang di pipiku. 'Mari kita letakkan di te

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 16. Kamu Cemburu?

    "Nisa, kamu ngapain disini?" Eh. Berjingkat juga aku karena mendengar suara dari Eka tersebut. "Nggak. Hanya mau ngecek!" Untung aku masih bisa menguasai keadaan dan menyembunyikan rasa gugup ini dan langsung menoleh ke samping, menyuguhkan sebuah senyum termanis untuk maduku ini. Memang ya, orang yang sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu, seperti aku saat ini, akan langsung gelagapan juga ditanya. Tapi tidak apa apa, karena aku kan berbohong demi kebaikan. Mengambil yang memang seharusnya menjadi hakku. "Ngecek apa, Nis?" tanya Eka lagi penuh selidik sambil matanya jelalatan ke arah pintu kamar. Sepertinya dia sudah menganggap jika ini adalah rumahnya sendiri, lupa dia kalau aku adalah pemilik sebenarnya. "Ngecek kamu udah pulang belum dari rumah sakit. Soalnya aku baru bangun tidur sih." Kebohongan akan selalu ditutupi oleh kebohongan yang lain juga kan? Tak masalah. Eka tak berkata, tetapi aku tahu sorot matanya masih penuh selidik. "Kenapa memangnya Ka?" Sediki

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 17. Bukti Lagi

    "Ka, tolong bersihkan rumah ya. Aku mau honeymoon dulu." Tanpa lagi memperdulikan ekspresi Eka yang masih merengut, segera kutarik lengan Mas Asep. "Aku kangen banget deh sama kamu, Mas." Ku ucapkan dengan lantang kalimat itu. Melihat Eka nampak kesal dan cemburu buta, tapi tak bisa berbuat apa apa, menimbulkan sedikit rasa puas di hati. "Kamu kangen nggak sama aku?" tanyaku lagi dengan suara manja. Saat ini kami masihlah ada di depan pintu, jadi Mas Asep pun masih serba salah. "K-kangen banget dong, Dek," jawabnya sambil menoleh ke belakang. "Tapi kan nggak enak dilihat Eka." "Ya sudah, ayo kita melepas rindu. Eka juga pasti ngerti kok." Kutarik lagi lengan Mas Asep, sebenarnya jijik sekali, tapi tak masalah sih. Di kepalaku sudah terlintas cara untuk menghindar dari Mas Asep nantinya. Setelah hampir sampai di depan kamar kami, ponsel Mas Asep berdering. Sontak saja pria itu mengambil dari dalam saku. "Dek, ini dari temanku. Boleh aku angkat dulu?" ucapnya sambil menunju

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 18. Ternyata Oh Ternyata

    "Loh, kamu masih belum berangkat Mas?" tanyaku sambil berdiri di ambang pintu. "Em-eh itu, anu Dek. Ini sebentar lagi mau berangkat," jawab Mas Asep dengan wajah kikuk sembari membenarkan posisi duduknya. Waktu kurasa sudah hampir setengah delapan pagi, aku bahkan baru saja pulang dari mengantar Ais sekolah lagi, tapi Mas Asep malah belum berangkat kerja. Apa mereka baru saja melakukan sesuatu? Hmmm ... terserah deh! Aku sempat melihat bayangan Eka pergi dari kaca jendela, saat aku datang yang memang mendadak sekali tadi itu. "Memangnya masuk kerja jam berapa sih, Mas?" tanyaku lagi sembari duduk tepat di sampingnya. Mas Asep masih sedikit kelabakan. Pria itu menyesap kopinya dengan segera. "Jam setengah delapan, Dek. Hanya saja telat sedikit nggak apa apa." Pria itu menunjukkan deretan giginya yang sedikit kekuningan. Pagi tadi aku memang begitu bersemangat untuk datang ke sekolah Ais. Banyak hal yang harus kulakukan, yang paling penting bagiku kudulukan, Ais harus mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22

Bab terbaru

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 118. Awal yang Baru - Tamat

    “Ryan, aku nggak tahu apakah ini keputusan yang benar,” Nisa membuka percakapan sambil menggenggam secangkir teh di tangannya. Mereka duduk di teras rumah Nisa, suasana malam yang tenang membuat percakapan mereka terdengar lebih dalam.Ryan menatapnya lembut, senyum kecil terlukis di wajahnya. “Apa yang membuatmu ragu, Nisa? Aku pikir kita sudah melewati begitu banyak hal bersama.”Nisa menghela napas, menatap lurus ke depan. “Aku khawatir tentang Ais. Dia sudah terlalu banyak melihat perubahan dalam hidupnya. Aku nggak ingin membuat keputusan yang salah dan menyakitinya lagi.”Ryan mengangguk, memahami sepenuhnya perasaan Nisa. “Aku mengerti, Nisa. Ais adalah prioritas kita. Aku juga sudah memikirkan ini dengan sangat hati-hati. Aku ingin memastikan bahwa kita semua, termasuk Ais, siap untuk melangkah ke tahap ini.”Nisa terdiam sejenak, merenung. Ryan selalu membuatnya merasa aman, dan Ais pun tampak begitu dekat dengan Ryan. Sejak mereka kembali dari Taiwan, Ais tidak henti-hentiny

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 117. Keputusan Andi

    Sore itu, suasana desa terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari mulai tenggelam, menciptakan pemandangan yang indah di atas sawah-sawah yang hijau. Nisa dan Ryan duduk di bawah pohon besar dekat rumah Nisa, menikmati teh hangat sambil memandangi Ais yang bermain dengan anak-anak desa lainnya. Suasana damai ini adalah sesuatu yang sudah lama dirindukan oleh Nisa."Aku nggak percaya kita sudah melalui semua ini, Ryan," kata Nisa dengan senyum kecil di wajahnya. "Rasanya seperti mimpi."Ryan tersenyum, menatap Nisa dengan penuh kasih sayang. "Aku juga, Nisa. Tapi ini nyata. Kita di sini, bersama-sama, dan itu yang paling penting."Nisa mengangguk pelan. "Ya, kamu benar. Aku bersyukur atas semua ini."Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kedamaian yang jarang mereka rasakan. Namun, suasana itu tiba-tiba terganggu oleh suara langkah kaki yang mendekat. Nisa menoleh dan melihat Andi berjalan ke arah mereka, wajahnya tampak sedikit canggung."Selamat sore," sapa Andi sambil tersenyum

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 116. Usaha Terakhir Asep

    Malam itu, Nisa sedang duduk di teras rumah keluarga Ryan di Taiwan. Angin sejuk berhembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang mekar di taman. Ais sedang bermain di dekat kolam ikan, tertawa ceria sambil menunjuk-nunjuk ikan-ikan yang berenang. Nisa merasa damai, seolah-olah semua beban hidupnya mulai berkurang sejak dia tiba di tempat ini. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh dering telepon di sakunya.Nisa mengambil ponsel dan melihat nama yang terpampang di layar. Asep. Hatinya seketika merasa tidak nyaman. Dia tahu, setiap kali Asep menghubunginya, selalu ada masalah yang dibawanya.Dengan sedikit ragu, Nisa mengangkat telepon itu. “Halo?”Suara Asep terdengar dingin di seberang sana. “Nisa, kamu di mana sekarang? Aku tahu kamu sama Ryan di luar negeri. Jangan berpikir kamu bisa lari dari aku.”Nisa menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Asep, aku sedang bersama Ais. Aku nggak lari dari siapa pun. Aku hanya ingin tenang dan fokus merawat anak kita.”“Apa maksud

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 115. Perjalanan

    “Ais, udah siap? Nanti kita terlambat!” Nisa memanggil putrinya sambil melipat beberapa pakaian terakhir ke dalam koper. Suaranya terdengar setengah berteriak, mencerminkan kegugupan yang dirasakannya sejak pagi.“Iya, Bu! Sebentar lagi!” sahut Ais dari kamar sebelah. Suara ceria anaknya menenangkan sedikit kekhawatiran di hati Nisa. Meskipun ini bukan perjalanan pertamanya ke Taiwan, kali ini terasa berbeda. Kali ini, dia tidak berangkat sebagai seorang pekerja migran, tetapi sebagai tamu istimewa keluarga Ryan, orang yang semakin dekat dengannya setiap hari.Ryan muncul di pintu, senyum khasnya menenangkan Nisa yang masih sibuk memastikan semuanya tertata rapi. “Jangan khawatir, Nisa. Kita punya banyak waktu sebelum pesawat lepas landas. Kamu udah siap?”Nisa mengangguk, meski masih ada rasa cemas di wajahnya. “Aku cuma nggak mau ada yang ketinggalan, Ryan. Ini perjalanan yang penting, aku harus memastikan semuanya sempurna.”Ryan tertawa kecil dan berjalan mendekat, meletakkan tang

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 114. Bimbang Lagi

    Suasana sore yang cerah menyelimuti desa, membuat pepohonan yang rindang tampak lebih hijau dari biasanya. Di sebuah rumah sederhana di ujung desa, Nisa sedang duduk di ruang tamunya, memandangi secangkir teh yang mulai mendingin di tangannya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk sejak pesta desa beberapa hari yang lalu. Andi sudah mengungkapkan perasaannya, dan meskipun Nisa menghargai kejujurannya, dia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Nisa segera berdiri dan membuka pintu, menemukan Ryan berdiri di ambang pintu dengan senyuman ramah."Ryan? Silakan masuk," ujar Nisa, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.Ryan tersenyum lebar, mengangguk sopan sebelum melangkah masuk. "Terima kasih, Nisa. Aku nggak ganggu, kan?"Nisa menggeleng cepat. "Nggak sama sekali. Ada yang bisa aku bantu?"Ryan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Matanya yang biru menatap Nisa dengan lembut. "Sebenarnya, aku datang un

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 113. Rencana Besar Andi

    Mentari pagi mulai menyinari desa, menerangi pepohonan dan rumah-rumah yang masih tampak tenang. Di sudut desa, di sebuah warung kecil yang dikelola oleh Bu Sri, Andi duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh. Pikirannya melayang, memikirkan Nisa dan bagaimana akhir-akhir ini dia merasa semakin jauh dari wanita yang diam-diam dia cintai sejak lama.Setelah melihat kedekatan Nisa dengan Ryan, Andi mulai merasa tersisih. Dia melihat bagaimana Nisa tersenyum lebih sering saat bersama Ryan, bagaimana matanya berbinar saat Ryan berbicara dengannya, dan bagaimana Nisa tampak nyaman berada di dekat pria itu. Hati Andi mencelos setiap kali dia melihat itu, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah.Andi tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu, sesuatu yang besar dan tidak biasa, jika dia ingin mendapatkan hati Nisa. Selama ini, dia hanya diam dan mengamati dari jauh, tetapi kali ini dia bertekad untuk bertindak. Dia tidak bisa membiarkan Ryan merebut Nisa begitu sa

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 112. Lagu Lama

    "Nisa, tolonglah, ini demi Ais. Dia butuh ayahnya," suara Asep terdengar serak dan penuh kepalsuan saat dia berdiri di depan rumah Nisa. Matahari siang menyinari wajahnya yang tampak lelah, tetapi di balik ekspresi simpatinya, ada niat tersembunyi yang Nisa kenal dengan sangat baik.Nisa berdiri di ambang pintu, menatap mantan suaminya dengan tatapan yang tak lagi goyah. Sudah terlalu banyak air mata yang dia tumpahkan karena Asep, terlalu banyak kebohongan dan manipulasi yang dia terima. Kali ini, Nisa tidak akan membiarkan Asep mempengaruhi dirinya lagi, terutama ketika menyangkut Ais."Asep, aku tahu apa yang kamu coba lakukan," kata Nisa dengan suara tegas. "Jangan gunakan kesehatan Ais sebagai alasan untuk membuat aku kembali padamu. Ais baik-baik saja sekarang, dan aku nggak butuh campur tanganmu untuk merawatnya."Asep menghela napas panjang, mencoba bersikap seolah dia benar-benar peduli. "Nisa, aku ini ayahnya. Aku punya hak untuk ada di hidupnya, apalagi saat dia sedang saki

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 111. Di Persimpangan Hati

    "Ais sudah mulai makan lebih banyak hari ini, Alhamdulillah," ujar Nisa dengan suara lembut, sambil menutup pintu kamar putrinya. Senyum tipis terukir di wajahnya, namun kelelahan yang tertinggal jelas tampak di matanya. Ryan, yang sedang duduk di ruang tamu kecil rumah Nisa, menoleh dengan ekspresi lega. "Syukurlah. Aku sudah khawatir banget. Dia butuh banyak istirahat untuk pulih sepenuhnya." Nisa duduk di samping Ryan, menghela napas panjang. "Iya, aku juga khawatir. Melihat dia sakit parah kemarin benar-benar bikin aku merasa tak berdaya. Untung ada kamu yang selalu siap membantu, Ryan. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa kamu."Ryan tersenyum hangat, menatap Nisa dengan penuh perhatian. "Aku senang bisa membantu, Nisa. Kamu nggak usah merasa terbebani sama sekali. Kamu tahu, Ais itu udah kayak anakku sendiri. Aku akan selalu ada buat dia dan buat kamu."Kata-kata Ryan itu membuat hati Nisa terasa hangat. Selama Ais sakit, Ryan selalu berada di sisinya, me

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 110. Ketegangan yang Meninggi

    “Bagaimana, Nisa?” Suara lembut Ryan memecah kesunyian. Dia berdiri di pintu kamar rumah sakit, membawa secangkir teh hangat untuk Nisa.“Dia belum juga membaik,” jawab Nisa pelan, suaranya parau karena terlalu banyak menangis. Dia menerima cangkir itu dengan tangan gemetar, menatap teh itu sebentar sebelum meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Ryan. Rasanya aku ingin menggantikannya saja, biar dia nggak perlu merasakan sakit ini.”Ryan menarik kursi ke dekat Nisa, duduk di sampingnya. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nisa. Ais anak yang kuat, dia akan melewati ini. Kita harus percaya itu.”Nisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. “Tapi aku tetap merasa bersalah, Ryan. Kalau saja aku lebih memperhatikannya, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku terlalu sibuk dengan masalah-masalahku sendiri...”Ryan menghela napas, lalu menatap Nisa dengan penuh pengertian. “Kamu nggak

DMCA.com Protection Status