Share

Ketika Suami Banyak Mau
Ketika Suami Banyak Mau
Author: Heni Heni

1. Menikah

Author: Heni Heni
last update Last Updated: 2022-11-08 21:13:14

“Ajeng, berhentilah bekerja. Aku ingin kamu berada di rumah sebagai ibu rumah tangga saja yang nantinya mampu mengurusku dan anak-anak kita kelak,” pinta Aji penuh harap agar istrinya berhenti bekerja dari sebuah bank swasta ternama.

Baru satu minggu mereka menikah, sebuah keputusan besar yang Aji buat, menjadikan Ajeng berpikir sangat panjang. Bagaimana mungkin sang suami meminta padanya untuk berhenti bekerja. Padahal untuk bisa di posisi pekerjaan Ajeng yang sekarang, membutuhkan waktu juga perjuangan yang panjang. Belum lagi karir yang telah dirintis Ajeng kali ini, merupakan salah satu dari perwujudan mimpi yang ingin Ajeng raih.

Bahkan ini belum sepenuhnya Ajeng gapai. Apa yang ingin dia wujudkan, tapi Aji telah mendoktrinnya demikian.

“Tapi, Mas.” Ajeng ingin membantah, tapi tidak sanggup karena Aji kembali menyela. “Kenapa? Kamu tidak mau? Ingat, Ajeng! Perempuan yang telah menikah dan memiliki seorang suami, harus menurut dengan apa kata suami. Tidak boleh membantah. Lagipula untuk apa juga kamu harus capek-capek bekerja? Bukankah aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu. Setiap bulan akan aku berikan jatah yang sesuai dengan gajimu selama bekerja. Bagaimana?”

Bisakah Ajeng menolaknya? Membantah juga tak berani ia lakukan karena apa yang Aji katakan benar. Suaminya itu memang bertanggung jawab dalam hal materi sampai sejauh ini. Hanya saja Ajeng masih dilema. Sangat enggan melepaskan pekerjaan yang sudah dua tahun ini dia geluti.

“Baiklah, Mas. Aku akan resign.” Jawaban yang Ajeng beri sembari menghela napas berat. Jujur ini bukan keputusan yang mudah baginya. Apalagi harus membantah suami.

“Bagus. Memang sebaiknya seperti itu. Kamu fokus saja pada rumah tangga kita.” Aji menampakkan raut wajah penuh kemenangan.

Dan hari ini dengan langkah ragu Ajeng menghadap pada bagian personalia tempat di mana ia bekerja. Karena hari ini Ajeng akan memberikan surat berhenti bekerja. Meski berat tapi Ajeng tetap harus melakukannya. Mendapatkan pertanyaan dari sang atasan, kenapa dia mendadak ingin berhenti bekerja. Dan jawaban Ajeng tak lagi bisa dijadikan alasan bagi sang atasan untuk tetap menahan Ajeng.

“Karena suami saya ingin menjadikan saya ratu rumah tangga.” Begitulah kira-kira jawaban yang Ajeng berikan, terselip doa semoga saja Aji benar-benar menjadikan dia ratu dalam rumah tangga mereka.

Pada awal bergelar seorang pengangguran, semua terasa berat Ajeng lakukan. Dia yang terbiasa dengan banyak pekerjaan, bertemu dengan banyak nasabah, sekarang begitu dia bertahan untuk berdiam diri di rumah, maka rasa bosanlah yang melanda. Ajeng hanya membersihkan rumah yang lumayan menguras tenaga. Lalu memasak untuk sang suami yang setiap hari selalu pulang di malam hari. Sehingga Ajeng mulai merasa kesepian seorang diri di rumah. Jika ia ingin pergi keluar, meski sekedar makan siang dengan temannya, atau dia ingin pergi berbelanja, Aji selalu melarang. Dan mengatakan pada Ajeng, jika harus menunggunya pulang. Ke mana pun Ajeng pergi harus bersama Aji. Dan hal seperti itu sungguh membatasi ruang geraknya. Ajeng yang terbiasa mandiri selama ini, dengan terpaksa menahan diri karena ia sadar jika suaminya adalah tipe lelaki yang suka direpoti. Mungkin Aji akan lebih merasa dibutuhkan jika setiap keinginannya selalu meminta agar suaminya lah yang membantunya. Hal yang sebenarnya akan sangat menyenangkan jika Aji tak pernah mengeluh. Namun, kenyatannya tidak semua yang Ajeng mau bisa Aji kabulkan.

Hingga satu bulan berlalu, kondisi yang terjadi masih tetap sama, justru semakin parah saja. Kesepian dan kesendirian membuat Ajeng mulai hilang kewarasan. Sampai dia bingung mencari apa yang bisa ia kerjakan. Bermain sosial media seharusnya bisa menjadi pengusir sepi. Namun, rupanya Aji tak menyukai itu semua. Ya, Aji melarang Ajeng bermain sosial media sehingga dunia Ajeng hanya itu-itu saja. Jika lelah mengurus rumah, maka Ajeng hanya akan menonton televisi saja. Hanya itulah yang menjadi hiburan Ajeng.

Dering ponsel miliknya yang ia simpan di atas meja makan, mengangetkan Ajeng yang sedang melamun dengan bertumpu pada dua lengan. Duduk menyendiri di kursi makan setelah ia lelah mencuci juga menyetrika. Kepalanya melongok dan mendapati nama Mas Aji di layar benda pipih miliknya itu.

“Halo, Mas!” sapa ramah Ajeng ketika menerima panggilan telepon tersebut.

“Kamu di mana?”

“Di rumah, Mas.”

“Masak yang banyak karena malam ini Papa dan Mama akan datang berkunjung.”

“Oh, ya. Kenapa mendadak, Mas?”

“Sebenarnya sejak kemarin mama memberitahuku. Tapi aku yang lupa membicarakan hal ini padamu. Untung saja mama mengingatkanku lagi. Jadi ... masaklah yang enak-enak.”

Ajeng bingung akan masak apa, karena waktunya mepet sekali. Bahkan sekarang sudah jam dua siang. Selama ini Ajeng hanya memasak menu sederhana yang disuka oleh sang suami. Berbekal dari internet Ajeng mulai beajar memasak. Namun, setiap harinya dia akan memasak sesuai kebutuhan saja, karena mereka hanya berdua saja di rumah ini. Tidak ingin mubazir juga membuang-buang makanan jika masak tidak sesuai kebutuhan.

“Baiklah, Mas. Apa yang harus aku masak untuk Papa dan Mama? Tapi sepertinya aku tidak bisa masak banyak-banyak. Karena waktunya sudah mepet. Ini sudah jam dua, Mas.”

Dengusan keras terdengar di telinga Ajeng, karena rupanya Aji tidak menyukai jawaban sang istri. “Belum mencoba jangan mengatakan tidak bisa. Nanti aku kirim via chat menu apa saja yang harus kamu siapkan. Itu semua menua kesukaan papa dan mama.”

“Baiklah, Mas. Semoga bahan-bahan yang aku butuhkan ada semua.”

“Jika tidak ada, kamu bisa pergi ke swalayan dan membelinya.”

“Sendiri, Mas?” tanya Ajeng memastikan karena dia tidak mau disalahkan nantinya.

“Iyalah. Dalam kondisi darurat seperti ini kamu harus mencoba mandiri.”

“Baiklah.”

Panggilan telepon terputus. Tak lama berselang pesan masuk dari Aji diterima oleh Ajeng. Betapa mata perempuan itu membulat sempurna mendapati list makanan yang suaminya minta.

“Menu sebanyak ini Mas Aji ingin aku memasaknya semua? Yang benar saja. Ini tidak bisa.” Ucapan Ajeng pada dirinya sendiri. Sedikit berpikir kenapa dia tidak membelinya saja.

Baiklah, tak ada salahnya jika Ajeng meminta ijin pada suaminya untuk membeli saja list makanan yang baru saja dikirimkan.

Ajeng mulai mengetikkan pesan, lalu dia kirim balasan pada chat Aji sebelumnya. Satu menit berlalu ketika ponsel Ajeng kembali bergetar. Bahunya luruh mendapati isi dari pesan tersebut. “Untuk apa kamu harus membelinya? Toh, kamu juga hanya di rumah saja dan tidak ada pekerjaan lainnya. Lagipula sekalian kamu belajar memasak aneka jenis makanan, agar kemampuanmu di dapur semakin baik dan tidak perlu diragukan.”

Entahlah, Ajeng tidak tahu. Ini Aji berniat menyiksanya atau mengujinya. Yang jelas saat ini Ajeng harus segera beranjak untuk mengecek isi kulkasnya. Menyiapkan semua bahan-bahan yang akan ia gunakan. Semoga dia tidak perlu membelinya karena waktunya sangat mepet untuk dapat melakukan semua ini.

Sungguh, mengenaskan sekali sebagai istri.

Related chapters

  • Ketika Suami Banyak Mau   2. Tuduhan

    Malam ini dengan penampilan yang sangat rapi, hasil dari omelan juga paksaan sang suami. Bagaimana mungkin setelah Aji meminta pada Ajeng memasak sepuluh jenis makanan, dan baru selesai di jam setengah tujuh malam. Pria itu pulang ke rumah, mendapati Ajeng yang belum mandi dan masih bau asap. Ketidaksukaan Aji lontarkan dari setiap kata yang mengatakan, “Sebagai istri harusnya kamu bisa menjaga penampilan. Jangan seperti ini. Suami pulang kerja bukannya bau wangi, yang ada justru bau ayam panggang. Buruan mandi karena setengah jam lagi Mama akan sampai.” Sebenarnya Aji hanya ingin memberikan masukan, tapi gaya bahasa Aji terlalu kasar dan tidak berperasaan. Tak peduli apakah Ajeng akan sakit hati atau tidak. Tidak berhenti sampai di situ saja ketika Ajeng sedang merias diri dengan cukup tergesa-gesa, kembali Aji berucap, “Kamu ini belum punya anak saja tidak bisa memanagement waktu dengan sebaik-baiknya. Bagaimana nanti jika sudah ada anak? Yang ada suamimu tak akan terurus. Padahal a

    Last Updated : 2022-11-08
  • Ketika Suami Banyak Mau   3. Perfeksionis

    "Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se

    Last Updated : 2022-11-08
  • Ketika Suami Banyak Mau   4. Suami Pemarah

    Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,

    Last Updated : 2022-11-08
  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

    Last Updated : 2022-11-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

    Last Updated : 2022-11-12
  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

    Last Updated : 2022-12-03
  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

    Last Updated : 2022-12-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

    Last Updated : 2022-12-11

Latest chapter

  • Ketika Suami Banyak Mau   11. Mengantar Maria Pulang

    Mereka lima orang berpamitan untuk pulang. Aji mencari istrinya yang tak kunjung menampakkan diri setelah tadi pamit untuk beristirahat dan rupanya ketika Aji menyusul ke dalam kamar, istrinya itu tengah tertidur di atas ranjang.Aji mendengus kesal. Inginnya membangunkan Ajeng, tapi ia urungkan. Pria itu menutup kembali pintu kamar lalu menemui para stafnya yang bersiap untuk pulang."Maaf, ya! Istri saya sedang tidur. Lagi kurang sehat. Maklumlah hamil muda. Bawaan bayi mungkin," ucap Aji memberitahu akan kondisi sang istri."Oh, Bu Ajeng sedang hamil? Selamat, ya, Pak Aji. Sebentar lagi Pak Aji dan Bu Ajeng akan menjadi orang tua," ucap Narnia memberikan selamat pada sang atasan. Lalu diikuti oleh yang lainnya, juga saling bergantian memberikan selamat pada Aji."Jika begitu kami permisi dulu, Pak. Terima kasih untuk makan malamnya dan sampaikan salam kami pada Bu Ajeng."Aji mengikuti mereka sampai depan pintu. Narnia sudah dijemput oleh suaminya. Tedy pun masuk ke dalam mobilnya

  • Ketika Suami Banyak Mau   10. Kebiasaan Menjamu Karyawan

    "Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a

  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

  • Ketika Suami Banyak Mau   4. Suami Pemarah

    Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,

  • Ketika Suami Banyak Mau   3. Perfeksionis

    "Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status