Share

4. Suami Pemarah

Penulis: Heni Heni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-08 21:15:52

Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.

Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. 

Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. 

"Baju yang aku pakai ini, kapan kamu setrika?" Pertanyaan absurd yang membuat mulut Ajeng menganga. Mana dia ingat kapan dan hari apa baju itu dia setrika. Ajeng tak pernah memberi tanggal pada setiap baju yang sudah ia rapikan di dalam lemari pakaian. 

"Memangnya kenapa, sih, Mas. Aku sudah tidak ingat lagi kapan aku menyetrikanya. Lagipula, ada banyak baju yang harus aku setrika setiap harinya. Jadi maaf jika aku tak bisa mengingat satu per satu baju itu kapan aku menyetrikanya."

"Lihat baik-baik bagian lengan kanan." Aji mengangkat sedikit tangan kanannya. Ajeng pun mencoba memperhatikan, tapi tak menemukan keganjilan.

"Kenapa memangnya, Mas?"

"Astaga, Ajeng! Kamu ini kelewatan memang. Hal sekecil ini saja kamu tidak perhatian. Lihat baik-baik. Kenapa bagian lengan ini lecek? Kamu kurang rapi menyetrikanya."

Mata Ajeng membola. Ia melihat ada satu garis kusut di lengan kanan, tapi tidak kentara terlihat. 

"Ya, ampun, Mas. Itu hanya sedikit bagian. Mungkin terlipat ketika aku memasukkannya ke dalam lemari."

"Lain kali hal seperti ini harus kamu perhatikan lagi. Apa kamu tidak malu jika suamimu bertemu dengan klien dalam kondisi baju tidak rapi." 

"Iya ... iya, Mas. Aku minta maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi."

"Sebaiknya kamu setrika ulang semua baju kerjaku yang ada di dalam lemari."

"Apa, Mas?"

"Sudah jangan mendebatku dan jangan kamu pura-pura tak mendengar apa yang barusan kukatakan. Perutku lapar. Aku ingin makan."

Ajeng menelan ludah. Ini sungguh penyiksaan namanya. Mau protes pun mana berani Ajeng lakukan. Aji tetaplah Aji yang tak mungkin bisa dia bantah lagi. 

Keduanya saling bungkam karena sibuk menyantap sarapan. Sampai beberapa menit berlalu ketika makanan di piring Aji telah bersih, pria itu beranjak berdiri.

"Jangan lupa nanti malam kita ke dokter. Dan ingat! Begitu aku pulang ... Kamu sudah harus bersiap-siap agar kita bisa langsung pergi. Malas sekali jika harus menunggumu yang selalu lama mempersiapkan diri."

Ajeng hanya mampu mengangguk. Padahal yang sebenarnya terjadi acapkali mereka akan pergi, Ajeng tak kunjung mempersiapkan dirinya sendiri karena sibuk mengurus sang suami. Entah itu mau pergi ke mana pun, Aji tak pernah mau mandiri yang apa-apa harus Ajeng layani. Alhasil, ketika Aji sudah rapi dan siap pergi, Ajeng justru masih kucel dan kumal karena belum sempat mengurus diri sendiri. Itulah salah satu hal yang selalu membuat Aji kembali mengomeli Ajeng.

Aji meninggalkan meja makan. Meskipun makanan di dalam piring Ajeng belum habis, perempuan itu tetap beranjak. Mengabaikan makanannya dan menyusul sang suami yang sudah duduk di teras. Tugas Ajeng selanjutnya adalah mengambil sepatu di dalam rak. Menyikatnya sebentar agar tak ada debu yang menempel. Selanjutnya Ajeng membawa mendekat pada Aji. Perempuan itu berjongkok untuk membantu sang suami memasang kaos kaki dan juga sepatu. Sementara Aji, pria itu sudah sibuk dengan gadget di tangan.

"Sudah, Mas." Ajeng berucap sembari beranjak berdiri. Mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan sang suami. Rutinitas acapkali Aji berangkat kerja.

Tak lupa setelahnya Aji akan mencium kening istrinya. "Buruan mandi. Kamu bau asem." Mengatakan itu sembari melangkah meninggalkan teras menuju mobil.

Ajeng hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Merasa malu juga karena di jam segini dia belum sempat mandi. Hanya mencuci muka saja setelah bangun tidur tadi.

Lambaian tangan Ajeng mengiringi keberangkatan sang suami. Jangan harap Ajeng bisa leha-leha apalagi kembali tidur setelah Aji berangkat. Itu tak akan pernah bisa Ajeng lakukan. Ada banyak tugas yang menanti untuk segera Ajeng kerjakan.

***

Baru sekitar jam empat sore Ajeng selesai dengan kegiatan menyetrika baju milik suaminya. Rasa lelah yang mendera membuat punggungnya terasa kebas dan pegal. Padahal Ajeng belum mandi sore. Namun, karena punggungnya tak lagi dapat diajak kompromi, perempuan itu berjalan meninggalkan laundry room dan menjatuhkan diri di atas sofa ruang keluarga. Fiuh, lega rasanya ketika punggungnya menyentuh empuknya sofa. Memejamkan mata untuk sebentar saja Ajeng rasa tidak masalah. Sebelum dia kembali melanjutkan rutinitas.

Namun, siapa sangka jika Ajeng yang terlena juga terbuai akan indahnya mimpi sesaat harus dikacaukan oleh teriakan lantang sang suami.

"Ajeng! Cepat bangun! Bisa-bisanya aku pulang kamu justru tidur. Tidak sopan sekali." Teriakan juga gerutuan yang dibarengi dengan goyangan kasar pada lengan, memaksa Ajeng untuk membuka mata.

Wanita itu tergagap mendapati suaminya telah berdiri menjulang dengan tangan berkacak pinggang. Mata Aji yang melotot, memaksa Ajeng untuk gegas bangun dan menegakkan punggung. "M-maaf, Mas. Aku ketiduran," ucap Ajeng terbata, takut akan kemarahan selanjutnya yang sudah pasti diberikan Aji untuknya.

"Kau ini lama-lama jadi tidak tahu diri sebagai istri. Sesuka hati berbuat hal selagi aku bekerja dan sibuk mencari nafkah untukmu."

"Maaf, Mas. Sungguh aku tidak berniat tidur tadi. Hanya ...."

"Hanya apa! Ketiduran! Bulshit! Kau ini wanita macam apa, hah! Suami capek pulang kerja, bukannya disuguhi senyum manis dengan wajah cantik ... tapi ini kau tampak kucel dan belum mandi. Ya, Tuhan, Ajeng! Apa sih kerjaanmu di rumah sampai mandi pun tak sempat!"

Aji yang sudah diambang batas sabar, mengusap wajah frustasi. Tak tahu lagi bagaimana mendidik sang istri yang semakin hari makin susah diatur.

Dengan jari telunjuk menuding arah menuju kamar mandi, pria itu kembali berucap dengan sangat lantang. "Cepat mandi dan jangan membuatku semakin emosi. Sekarang!"

"I-iya, Mas."

Dengan langkah cepat Ajeng meninggalkan Aji untuk masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Aji, pria itu dengan kepala berdenyut begitu saja menjatuhkan diri di atas sofa. Rasanya kepalanya hampir meledak saat ini juga. Dan itu semua karena istri yang dia anggap tak berguna.

Bab terkait

  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11
  • Ketika Suami Banyak Mau   10. Kebiasaan Menjamu Karyawan

    "Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Ketika Suami Banyak Mau   11. Mengantar Maria Pulang

    Mereka lima orang berpamitan untuk pulang. Aji mencari istrinya yang tak kunjung menampakkan diri setelah tadi pamit untuk beristirahat dan rupanya ketika Aji menyusul ke dalam kamar, istrinya itu tengah tertidur di atas ranjang.Aji mendengus kesal. Inginnya membangunkan Ajeng, tapi ia urungkan. Pria itu menutup kembali pintu kamar lalu menemui para stafnya yang bersiap untuk pulang."Maaf, ya! Istri saya sedang tidur. Lagi kurang sehat. Maklumlah hamil muda. Bawaan bayi mungkin," ucap Aji memberitahu akan kondisi sang istri."Oh, Bu Ajeng sedang hamil? Selamat, ya, Pak Aji. Sebentar lagi Pak Aji dan Bu Ajeng akan menjadi orang tua," ucap Narnia memberikan selamat pada sang atasan. Lalu diikuti oleh yang lainnya, juga saling bergantian memberikan selamat pada Aji."Jika begitu kami permisi dulu, Pak. Terima kasih untuk makan malamnya dan sampaikan salam kami pada Bu Ajeng."Aji mengikuti mereka sampai depan pintu. Narnia sudah dijemput oleh suaminya. Tedy pun masuk ke dalam mobilnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Ketika Suami Banyak Mau   1. Menikah

    “Ajeng, berhentilah bekerja. Aku ingin kamu berada di rumah sebagai ibu rumah tangga saja yang nantinya mampu mengurusku dan anak-anak kita kelak,” pinta Aji penuh harap agar istrinya berhenti bekerja dari sebuah bank swasta ternama.Baru satu minggu mereka menikah, sebuah keputusan besar yang Aji buat, menjadikan Ajeng berpikir sangat panjang. Bagaimana mungkin sang suami meminta padanya untuk berhenti bekerja. Padahal untuk bisa di posisi pekerjaan Ajeng yang sekarang, membutuhkan waktu juga perjuangan yang panjang. Belum lagi karir yang telah dirintis Ajeng kali ini, merupakan salah satu dari perwujudan mimpi yang ingin Ajeng raih.Bahkan ini belum sepenuhnya Ajeng gapai. Apa yang ingin dia wujudkan, tapi Aji telah mendoktrinnya demikian. “Tapi, Mas.” Ajeng ingin membantah, tapi tidak sanggup karena Aji kembali menyela. “Kenapa? Kamu tidak mau? Ingat, Ajeng! Perempuan yang telah menikah dan memiliki seorang suami, harus menurut dengan apa kata suami. Tidak boleh membantah. Lagipula

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08

Bab terbaru

  • Ketika Suami Banyak Mau   11. Mengantar Maria Pulang

    Mereka lima orang berpamitan untuk pulang. Aji mencari istrinya yang tak kunjung menampakkan diri setelah tadi pamit untuk beristirahat dan rupanya ketika Aji menyusul ke dalam kamar, istrinya itu tengah tertidur di atas ranjang.Aji mendengus kesal. Inginnya membangunkan Ajeng, tapi ia urungkan. Pria itu menutup kembali pintu kamar lalu menemui para stafnya yang bersiap untuk pulang."Maaf, ya! Istri saya sedang tidur. Lagi kurang sehat. Maklumlah hamil muda. Bawaan bayi mungkin," ucap Aji memberitahu akan kondisi sang istri."Oh, Bu Ajeng sedang hamil? Selamat, ya, Pak Aji. Sebentar lagi Pak Aji dan Bu Ajeng akan menjadi orang tua," ucap Narnia memberikan selamat pada sang atasan. Lalu diikuti oleh yang lainnya, juga saling bergantian memberikan selamat pada Aji."Jika begitu kami permisi dulu, Pak. Terima kasih untuk makan malamnya dan sampaikan salam kami pada Bu Ajeng."Aji mengikuti mereka sampai depan pintu. Narnia sudah dijemput oleh suaminya. Tedy pun masuk ke dalam mobilnya

  • Ketika Suami Banyak Mau   10. Kebiasaan Menjamu Karyawan

    "Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a

  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

  • Ketika Suami Banyak Mau   4. Suami Pemarah

    Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,

  • Ketika Suami Banyak Mau   3. Perfeksionis

    "Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status