Share

2. Tuduhan

Author: Heni Heni
last update Last Updated: 2022-11-08 21:14:05

Malam ini dengan penampilan yang sangat rapi, hasil dari omelan juga paksaan sang suami. Bagaimana mungkin setelah Aji meminta pada Ajeng memasak sepuluh jenis makanan, dan baru selesai di jam setengah tujuh malam. Pria itu pulang ke rumah, mendapati Ajeng yang belum mandi dan masih bau asap. Ketidaksukaan Aji lontarkan dari setiap kata yang mengatakan, “Sebagai istri harusnya kamu bisa menjaga penampilan. Jangan seperti ini. Suami pulang kerja bukannya bau wangi, yang ada justru bau ayam panggang. Buruan mandi karena setengah jam lagi Mama akan sampai.” Sebenarnya Aji hanya ingin memberikan masukan, tapi gaya bahasa Aji terlalu kasar dan tidak berperasaan. Tak peduli apakah Ajeng akan sakit hati atau tidak.

Tidak berhenti sampai di situ saja ketika Ajeng sedang merias diri dengan cukup tergesa-gesa, kembali Aji berucap, “Kamu ini belum punya anak saja tidak bisa memanagement waktu dengan sebaik-baiknya. Bagaimana nanti jika sudah ada anak? Yang ada suamimu tak akan terurus. Padahal aku sudah memintamu berhenti bekerja, dengan harapan kamu memiliki banyak waktu untukku.”

Ajeng diam. Baru sekarang Ajeng mengetahui jika mulut sang suami sangatlah pedas rupanya. Dulu saat mereka masih dekat dan belum menikah, mulut manis Aji telah memerangkapnya. Sekarang kenapa jadi berubah seperti ini. Ajeng hanya bisa menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan rasa sakit hati akan semua ucapan sang suami.

Menjamu mertua pun sebenarnya tak banyak yang dituntut oleh papa dan juga mamanya Aji. Hanya Aji saja yang kebanyakan mau dan selalu membanding-bandingkan sang ibu dengan istrinya.

“Kamu harus seperti Mama, Ajeng. Selain pandai merawat papa, juga kami anak-anaknya. Mama juga pandai merawat diri.”

Jika ini Ajeng tidak membantahnya, karena memang benar adanya sang mama mertua di usia kepala enam masih terlihat energik dan juga cantik tentunya. Entah apa resep awet mudanya sang mama mertua. Yang pasti apa yang Aji katakan masih menjadi tanda tanya besar bagi Ajeng. Benarkah mama mertuanya dulu juga mengurus sendiri semua masalah rumah tangga? Jika memang iya, berarti sungguh hebat sekali beliau. Pantas saja jika Aji tumbuh menjadi seorang perfeksionis sekali, yang apa-apa maunya selalu sesuai dengan perintah dan keinginannya.

Ini masih di bulan ketiga Ajeng dan Aji menikah. Namun, perubahan besar dalam hidup Ajeng sudah mulai kentara. Ajeng masih bisa menerimanya. Mungkin memang dia perlu menyesuaikan dirinya dengan kehidupan sang suami. Semua butuh proses dan Ajeng akan terus berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Aji.

“Kapan kalian punya anak?” Pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut mama mertuanya, membuat Ajeng yang tengah menunduk mengunyah makanan pun mendongak sekarang. Menoleh pada sang suami yang terlihat begitu santai.

“Sedikasihnya saja, Ma. Kami berdua juga masih berusaha,” jawab Ajeng karena Aji yang dia harapkan dapat menajwab, nyatanya hanya diam saja dan masih fokus pada makanan.

“Tapi kalian tidak ada rencana menundanya, kan?”

Hei, kenapa Mama berbicara seperti itu, batin Ajeng berucap. Namun, yang ada Ajeng justru tersenyum lalu menjawab apa yang menjadi tanda tanya besar mama mertunya.

“Tentu saja tidak, Ma. Saya sendiri juga kesepian di rumah saat harus ditinggal Mas Aji bekerja. Jika ada anak, setidaknya ada yang meramaikan rumah juga menemani saya.”

“Baguslah jika demikian. Mama tidak sabar juga ingin segeta memiliki cucu darimu dan Aji.”

“Mama sabar saja. Doakan agar Ajeng secepatnya hamil.“ Akhirnya Aji menimpali juga.

Usai makan malam keluarga, Papa juga mamanya sudah pulang. Aji yang melihat adanya Ajeng di dalam kamar menyempatkan bertanya. “Kamu tidak pernah mengkonsumsi pil pencegah kehamilan, kan?”

Kaget adalah reaksi yang Ajeng berikan. Bagaimana mungkin sang suami bisa-bisanya menuduhnya seperti ini. “Mas, kamu ini bicara apa?”

“Ya, siapa tahu saja kamu sengaja menunda kehamilan.” Tuduhan yang sangat menyayat hati seorang wanita.

“Kenapa Mas menuduhku demikian? Aku tidak pernah ada keinginan untuk menunda kehamilan, Mas. Justru yang ada aku ini ingin segera hamil dan punya anak agar tidak merasa kesepian.”

“Jadi kamu tidak suka aku minta berhenti kerja?” Dan Aji justru salah paham dengan semuanya.

“Astaga, Mas. Jika memang begitu, sudah sejak dulu aku menolak ketika Mas Aji memintaku tak lagi bekerja," ucap Ajeng sembari menggelengkan kepalanya.

“Lantas kenapa sampai sekarang kita belum memiliki anak juga.”

Ajeng hanya mampu menahan sabar demi bisa menjawab setiap pertanyaan serta tuduhan yang suaminya lontarkan. Seolah Aji ini tak ada Tuhan yang mengerti bahwa segala sesuatu di dunia ini hanya Tuhan yang sanggup mengaturnya.

“Ya, karena memang belum ada rejeki saja. Baru beberapa bulan juga kita menikah.” Wanita itu mencoba memberikan pengertian berharap sang suami agar segera paham.

Ajeng tak paham akan pemikiran suaminya ini. Kenapa sekarang jadi menuntut soalan anak segala. Padahal seharusnya mereka bisa menikmati dulu waktu untuk berdua selagi belum ada anak di antara mereka. Tapi rupanya sang suami seolah menyalahkannya yang tidak kunjung hamil di usia tiga bulan pernikahan mereka.

Tak mau berdebat dengan sang suami, Ajeng memilih diam saja. Tak membantah juga tak menyahut omongan Aji yang jujur sangat menyakitkan hatinya sebagai seorang istri. Dituduh yang bukan-bukan yang jelas tidak pernah Ajeng lakukan.

Ajeng memilih merebahkan dirinya ketika Aji ikut merangkak naik lalu mendekatinya. “Aku ingin segera punya anak darimu Ajeng, agar Mama tak lagi menuntut banyak hal seputar anak padaku.”

“Aku juga tidak keberatan memiliki anak darimu, Mas. Tapi semua kembali lagi pada rejeki yang Tuhan berikan untuk kita berdua. Jika ditakdirkan kita memiliki anak sekarang, maka aku pun akan cepat hamil. Yang penting kita tidak berhenti berusaha.”

“Oh ... tidak berhenti berusaha. Aku setuju. Jika begitu mari kita berusaha membuatnya. Akan kubuat kau hamil Ajeng.”

Rasa sakit hati yang sempat singgah di dalam hati Ajeng, kini menguap sudah seiring dengan perhatian juga kasih sayang yang Aji berikan. Inilah Aji yang terkadang sanggup membuat Ajeng melambung tinggi dengan semua sikap manis juga perlakuan yang baik padanya. Namun di sisi yang berbeda, terkadang Aji memperlakukannya tidak baik sampai membuat Ajeng sakit hati dengan kata-kata pedas yang kerap Aji lontarkan untuknya. Lama- lama Ajeng kebal juga telinganya karena seringnya Aji melampiaskan amarah kepadanya ketika sedang banyak kerja atau sedang banyak masalah. Meski seharusnya hal seperti itu tidak baik untuk kelangsungan rumah tangga mereka. Namun, rasa cinta yang Ajeng miliki untuk sang suami, meredam semua ego yang wanita itu miliki. Semua demi kebahagiannya kelak dalam berumah tangga bersama lelaki pilihannya sendiri.

Related chapters

  • Ketika Suami Banyak Mau   3. Perfeksionis

    "Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se

    Last Updated : 2022-11-08
  • Ketika Suami Banyak Mau   4. Suami Pemarah

    Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,

    Last Updated : 2022-11-08
  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

    Last Updated : 2022-11-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

    Last Updated : 2022-11-12
  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

    Last Updated : 2022-12-03
  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

    Last Updated : 2022-12-10
  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

    Last Updated : 2022-12-11
  • Ketika Suami Banyak Mau   10. Kebiasaan Menjamu Karyawan

    "Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a

    Last Updated : 2023-01-30

Latest chapter

  • Ketika Suami Banyak Mau   11. Mengantar Maria Pulang

    Mereka lima orang berpamitan untuk pulang. Aji mencari istrinya yang tak kunjung menampakkan diri setelah tadi pamit untuk beristirahat dan rupanya ketika Aji menyusul ke dalam kamar, istrinya itu tengah tertidur di atas ranjang.Aji mendengus kesal. Inginnya membangunkan Ajeng, tapi ia urungkan. Pria itu menutup kembali pintu kamar lalu menemui para stafnya yang bersiap untuk pulang."Maaf, ya! Istri saya sedang tidur. Lagi kurang sehat. Maklumlah hamil muda. Bawaan bayi mungkin," ucap Aji memberitahu akan kondisi sang istri."Oh, Bu Ajeng sedang hamil? Selamat, ya, Pak Aji. Sebentar lagi Pak Aji dan Bu Ajeng akan menjadi orang tua," ucap Narnia memberikan selamat pada sang atasan. Lalu diikuti oleh yang lainnya, juga saling bergantian memberikan selamat pada Aji."Jika begitu kami permisi dulu, Pak. Terima kasih untuk makan malamnya dan sampaikan salam kami pada Bu Ajeng."Aji mengikuti mereka sampai depan pintu. Narnia sudah dijemput oleh suaminya. Tedy pun masuk ke dalam mobilnya

  • Ketika Suami Banyak Mau   10. Kebiasaan Menjamu Karyawan

    "Ini semua masakan Bu Ajeng?" tanya seorang staf perempuan yang duduk di salah satu kursi yang terdapat di ruang makan.Ajeng tidak menjawab dan hanya mengulas senyuman. Staf wanita yang baru satu kali ini Ajeng lihat. Mungkinkah dia adalah karyawan baru? Nanti saja Ajeng akan bertanya pada suaminya.Lalu satu lagi perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat yang menjawab. "Bu Ajeng ini masakannya enak. Kami sering dijamu seperti ini." Wanita itu bermaksud menjelaskan pada rekannya."Benarkah? Sebanyak ini Bu Ajeng semua yang memasaknya?" tanyanya takjub karena kebetulan di ruang makan ini hanya ada dia bersama dua rekan kerjanya bersama Ajeng tentunya. Sementara dua staf lelaki yang tadi ikut meeting bersama mereka masih bersama Aji. Tiga orang staf Aji ini memang sengaja membantu Ajeng menyiapkan makan malam mereka setelah meeting selesai sepuluh menit yang lalu."Saya sudah biasa memasak sendiri makanan untuk suami saya. Juga kadang kala untuk acara meeting seperti ini." Pada a

  • Ketika Suami Banyak Mau   9. Istri Atau Pembantu

    Wajah yang tadi kenyal dan ringan usai facial, sekarang terlihat glowing yang disebabkan oleh minyak bercampur keringat. Ajeng melakukan pekerjaan dengan cepat dan sesekali harus mengangkat pergelangan tangan kanannya demi bisa melihat sudah jam berapa sekarang. Sejak menikah dengan Aji, Ajeng telah belajar banyak tentang manajemen waktu. Berusaha mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya agar semua pekerjaan yang dibebankan padanya bisa diselesaikan semua dengan sangat baik. Sungguh, untuk saat ini Aji merupakan ujian terberat bagi Ajeng. Meski pun begitu, Ajeng selalu saja berpikir positif bahwa semua yang Aji lakukan demi kebaikan mereka bersama. Lihat saja bagaimana Ajeng yang sekarang jadi pandai dalam hal memasak. Dia juga jadi rajin mengunjungi dapur sebab Aji tak akan pernah mau makan dari hasil membeli makanan jadi. Selalu maunya dia sendiri yang mengolah bahan makanan untuk dikonsumsi. Sehingga Ajeng yang dulunya hanya sesekali saja mengunjungi dapur, sekarang jadi rajin mem

  • Ketika Suami Banyak Mau   8. Kebaikan vs Perintah Yang Tak Terbantah

    Meski sebenarnya Ajeng sangat malas bepergian keluar rumah sebab hamil muda ini yang menyebabkan tubuhnya merasa lelah dan lemas. Namun, mengingat bagaimana sifat Aji, sang suami, dengan memaksakan diri Ajeng pun tetap harus pergi. Lagipula selagi ada kesempatan memanjakan diri, Ajeng tak boleh menyia-nyiakannya. Sayang sekali jika jatah yang Aji berikan tidak terpakai dengan semestinya.Setelah mandi dan sedikit berdandan, wanita itu memilih memesan ojek online daripada harus mengendarai mobil sendiri. Sebenarnya, mobil miliknya pun ada. Hanya saja dia sedang malas dan lagi Aji suka melarang jika dia pergi seorang diri. Entahlah, kenapa makin ke sini suaminya itu begitu posesif. Tidak membolehkan dia pergi sendiri karena takut dia akan berkumpul dan nongkrong dengan teman-temannya. Sebenarnya Ajeng keberatan dengan sikap Aji yang terlalu mengekang dan banyak aturan itu. Hidup Ajeng setelah menikah sangat tertekan akibat larangan demi larangan yang Aji berikan. Tidak lagi punya teman

  • Ketika Suami Banyak Mau   7. Jatah Nyalon

    Pintu kamar terbuka, Ajeng muncul di ambang pintu. "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu pada suaminya."Dasiku mana? Kamu menyiapkan bajuku tanpa dasi!" Protes Aji sembari mengenakan kemeja. Mengancingkannya cepat karena diuber waktu yang membuatnya hampir terlambat masuk kerja.Ajeng menghela napas melewati mulut. Ini hanya masalah dasi. Sebenarnya suaminya ini bisa mengambilnya sendiri tanpa harus berteriak-teriak memanggilnya yang sedang terburu-buru membuat sarapan. Namun, seperti inilah sifat Aji yang mulai dapat Ajeng pahami. Tidak pernah mandiri dan selalu banyak mau.Dengan langkah cepat Ajeng menuju lemari baju. Memilihi dasi pun dengan cekatan karena dia masih ada tugas di dapur yang belum diselesaikan."Ini, Mas," ucap Ajeng menyerahkan dasi pada suaminya."Pakaian sekalian!" titah pria itu. Ingin menolak, tapi tak jadi Ajeng lakukan. Lebih baik menurut saja agar Aji tak lagi banyak bicara.Ajeng mendekati Aji yang kini mendongakkan kepalanya. Jangan harap kejadiannya seperti d

  • Ketika Suami Banyak Mau   6. Positif Hamil

    Ajeng benar-benar hamil. Keluar dari ruang pemeriksaan dokter dengan senyuman lebar serta perasaan yang tak mampu dilukiskan karena rasa bahagia yang membuncah. Ya, penantiannya selama beberapa bulan usia pernikahan tidak lah sia-sia karena sekarang saatnya bagi Ajeng untuk menunjukkan pada Aji bahwa dia tidak pernah yang namanya menunda kehamilan. Apalagi sampai mengkonsumsi pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan sang suami. Tuduhan yang sempat mengarah padanya dan sempat membuat Ajeng sakit hati dibuatnya.Melirik lelaki yang berjalan di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Aji. Ajeng mengulas senyuman, lalu meraih tangan Aji, membuat pria itu tersentak. Menoleh sekilas pada sang istri."Mas, aku beneran hamil," ucapnya dengan penuh semangat."Iya, aku juga tahu. Bukankah tadi dokter sudah menunjukkan padaku," jawab Aji biasa saja. "Apa kamu bahagia, Mas?" tanyanya. Ajeng mendongakkan kepala ingin melihat ekspresi wajah suaminya."Tentu saja aku bahagia. Terlebih jika anak itu nan

  • Ketika Suami Banyak Mau   5. Banyak Mau

    "Kau ini mandi lama sekali!" Cecar Aji begitu mendapati Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, dengan rambut basah yang dibungkus dengan handuk. "Maaf, Mas. Aku sekalian keramas tadi," jawab Ajeng berlalu menuju meja riasnya. Belum juga wanita itu duduk, Aji sudah kembali memberikan perintah padanya. "Sudah tahu aku gerah dan tubuhku lengket oleh keringat, kamunya malah semedi di dalam kamar mandi. Buruan ambilkan baju ganti!" "I-iya, Mas." Ajeng berjalan menuju lemari pakaian, membukanya dan baru teringat jika malam ini mereka berencana untuk pergi ke dokter. Memeriksakan kehamilannya. Ajeng melongokkan kepala, melihat Aji yang sedang membuka pintu kamar mandi. "Mas!" Aji yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi menoleh, "Apa?" "Kita jadi ke dokter?" "Ya, jadi!" Aji menjawab malas setelahnya menutup pintu kamar mandi. Setidaknya jika mereka jadi pergi, Ajeng akan menyiapkan baju yang sesuai untuk sang suami. Jangan sampai Ajeng salah menyiapkan kostum, jika tidak ingin

  • Ketika Suami Banyak Mau   4. Suami Pemarah

    Derit kursi yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang mampu mengalihkan perhatian Ajeng. Wanita itu tengah menata sandwich di atas piring, menolehkan kepala melewati bahu hingga dia dapat melihat suaminya yang menarik kursi makan untuk dia duduki.Buru-buru Ajeng menyelesaikan pekerjaannya. Mengelap pinggiran piring yang terkena noda mayonaise. Hal kecil seperti ini terkadang menjadi debat panjang lagi. Aji benar-benar tidak suka jika ada hal yang tak mengena di hatinya. Maunya dia, selalu perfect baik soal makanan atau pun segala hal. Dengan cekatan Ajeng membawa dua porsi menu sarapan mereka pagi ini. Lalu dengan hati-hati meletakkan piring di atas meja makan. Satu bagian untuk Aji, Ajeng sodorkan di hadapan suaminya itu. Tak lupa menyiapkan sekalian garpu dan pisau pemotong sandwich di sebelah piring milik Aji. Kopi hitam pekat tanpa gula juga sudah tersaji. Namun, rupanya Aji tak langsung menyantap makanannya, melainkan menatap tajam pada Ajeng. "Baju yang aku pakai ini,

  • Ketika Suami Banyak Mau   3. Perfeksionis

    "Aku hamil, Mas!" Dengan mata berbinar Ajeng keluar dari dalam kamar mandi, mengulurkan sebuah benda pipih bernama test pack pada sang suami. Aji yang pagi ini baru saja membuka mata, dengan kening mengernyit heran menerima apa yang istrinya berikan. Dua garis merah yang Aji lihat, itu artinya adalah Ajeng positif hamil. Karena seringnya dia meminta pada Ajeng untuk selalu melakukan tes kehamilan di pagi hari, membuat Aji sudah paham akan apa arti dari benda keramat yang sejak mereka menikah sudah tak lagi asing baginya. Senyum Aji mengembang. Mengucek matanya berharap apa yang sedang ia lihat memang nyata. Dan yah, dua garis merah masih terlihat olehnya. "Jadi benar kamu hamil?" tanyanya sembari mendongak menatap pada Ajeng yang berdiri di sisi ranjang. Istrinya itu menganggukkan kepala dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, tanda jika sedang bahagia. "Itu artinya aku positif hamil, Mas. Tapi ... untuk memastikannya kita harus mendatangi dokter kandungan," jelas Ajeng. Se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status