Jesshiena Frossel tidak dikeluarkan dari akademi Diamond. Ia mengikuti ujian tertulis dan praktek di kediamannya. Saat ia sedang melakukan ujian praktek sihir dan menunjukkan sihir penyembuhannya pada guru penguji, ia berpikir, 'Kenapa yang terjadi pada ku ini berbeda dari kejadian itu!?''Viyuranessa dan adiknya yang malah menggeser posisiku dari peran protagonis...''Bukankah aku yang malah melakukan hal sebaliknya dari yang seharusnya yang terjadi?''Apakah aku terlalu sombong?''Padahal aku tahu pangeran Agnreandel tidak akan mencintai diriku dengan sebagaimana atau apapun yang ku lakukan!''Kenapa aku jadi serakah seperti ini?''Aku malah menghancurkan diriku sendiri!' 'Aku semakin menggali kehancuran untuk diriku sendiri...'Jesshiena Frossel menjatuhkan air matanya disaat ia sedang mencoba mengalirkan sihirnya pada bunga Lily yang sedang merunduk. Tiba-tiba terasa hal aneh pada kepalanya yang membuat guru pengujinya merasa heran pada dirinya."Ada apa, Lady Frossel?" Ucap Mr.
Putri Ellaineandel tiba-tiba membuka pintu dan kami terdiam. Ia melihatku memeluk Croinel lalu pandangannya beralih ke adikku. Lalu, ia segera menghampiri Celzuru. "Nona Celzurunessi! Waktu kejadian di pesta itu anda bertarung sangat mempesona seolah-olah menari di aula itu! Itu kata orang-orang, sih!""Heh!? Hahaha, apa benar begitu!?" Ucap Celzuru dengan percaya diri."Idungnya mekar, mulai sombong nih bocah!" Ucapku dengan tatapan datar."Haha, aku memang cantik, anggun, mempesona dan hebat!" Celzuru menepuk bahu putri Ellaineandel. "Mau aku ajari!?""Tentu saja mau! Kata kakakku mau mengajariku, tapi sampai saat ini ia sibuk di ruangan kerjanya!" Ucap Ellaineandel dengan mata yang berkaca-kaca. "Panggil aku Ellaine saja nona Celzurunessi!""Bagaimana kalau Ella saja!? Kamu bisa panggil aku Zu!""Ella? Itu terdengar bagus, Zu!" Ucap Sang Putri."Ya, kan!? Dan kakakku juga! Kamu bisa panggil kak Yu seperti yang ku panggil!""Kak Yu..." Ucap Ellla dengan ragu. Ia menunjukkan pipinya
Lina, Leitte, Derald, Riliana, Finne dan kekasihnya datang di jamuan yang ku siapkan untuk mereka. Ella, Zu, dan Croinel sudah menempati kursi mereka."Finne, bukankah tidak seharusnya kita berada disini?" Ucap kekasih Finne yang sudah berumur dua puluh tahun."Tenang saja, John! Lady Viyura sangat baik meskipun ekspresinya sangat dingin. Ini... Ia bahkan tidak keberatan mengundang kita ke istana."Senrionesse Roseary berdiri jauh di sekitar meja jamuan yang tatapannya terlihat mengintimidasi kekasih Finne."Hum... Finne...... Bukankah kesatria itu terus melototiku dari tadi!?" John berkeringat dingin sambil menunjukkan orang yang dimaksud dengan arah iris matanya."Itu kakaknya Viyura, ia baik loh!" Ucap Lina dengan bersemangat. "Hello, kak Senrio!" Lina melambai pada Senrio.Senrio tersenyum lebar sambil melambai pada Lina. John hanya memaksakan senyumannya disaat Senrio meliriknya lagi dengan dingin.Diriku sedang berjalan ke tempat jamuan yang diadakan di taman. Aku mengenakan seb
Suatu hari pada jam makan malam di istana, aku ikut makan malam bersama keluarga kerajaan. Saat ini, kami sedang memakan makanan penutup."Luar biasa!" ucap Sang Raja, Leondeandel Leansane Diamondver. "Makan malam kali ini, membuatku terasa lebih muda," ucapnya saat ia mencoba sesendok sponge cake di piring kecilnya."Ya! Rasanya manis dan lembutnya memenuhi mulutku," ucap Ella sambil tersenyum. "Apa kakanda Agnre menyukainya juga!?""Ya... ini lumayan," ucap pangeran Agnreandel. 'Kue yang biasa Yu buat lebih nikmat.'"Kenapa kak Agnre terlihat biasa saja?" gumam Ella."Aku sudah biasa memakannya.""Makanan ini berbeda dengan yang biasanya. Apa kalian mengganti chef kerajaan?" ucap Raja Leonreandel kepada pelayan pribadinya."Tidak, Baginda! Hanya saja, mereka telah dibantu oleh Putri Duke Roseary. Ia bahkan mengirimkan banyak peralatan yang terlihat seperti benda sihir untuk para chef istana," ucap salah satu pelayan."Oh," Sang Raja tiba-tiba mengarahkan iris Red Diamondnya ke arahk
"Bukan apa-apa," ucap pangeran Agnreandel. Ia segera berbaring di kasur besar miliknya. Sedangkan diriku, aku segera meletakkan buku-buku itu ke atas meja. "Cepatlah kemari!" perintah pangeran Agnreandel."Apa aku harus tidur bersamamu terus? Bukankah kita belum menikah? " ucapku dengan ragu. Lalu, aku menundukkan kepalaku, "Kenapa sih aku harus tidur seranjang denganmu terus? Apa yang kamu inginkan dari ini?"Ck! Ini perintah, Yu! Cepatlah!" ucap pangeran Agnreandel dengan memasang wajahnya yang mengintimidasi.Aku segera naik ke atas ranjang itu dan berbaring memunggungi pangeran Agnreandel. Saat itu, ia mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, aku merasakan tangan pangeran Agnreandel memeluk pinggangku yang ramping.'Jantungku terus berdetak lebih kencang! Bagaimana aku bisa langsung tertidur jika ia terus memelukku seperti ini!?' batinku. Aku segera berbalik dan berbaring menghadap pangeran Agnreandel. 'Dia sudah tidur!?' Aku tersenyum saat melihat wajah damai pangeran Agnreandel saat
"Kenapa anda tidak berusaha untuk hidup?""..."Pandangan Leondeandel memudar saat seorang wanita bersurai hitam sedang mendarat di hadapannya. Hingga akhirnya, pandangannya menjadi gelap.Leondeandel terbangun, ia tidak merasakan rasa sakit lagi pada tubuhnya meskipun ia tidak mampu bangkit karena energi yang belum tercukupi untuk menggerakkan tubuhnya. Ia hanya mampu menggerakkan mata dan mulutnya."Ah, anda akhirnya bangun!""Apa aku sudah mati? Bahkan ada seorang malaikat cantik di hadapanku!"Brak!Wanita bersurai hitam tersebut memukul meja dengan kuat. Ia menatap pria bersurai kuning keemasan tersebut dengan tatapan yang tajam."Berhentilah bergurau dengan namanya kematian! Saya sudah memberikan anda ramuan dari tanaman ajaib. Dan langsung saja, anda sudah tertidur selama sebulan, Yang Mulia!"Leondeandel tersentak, "Anda tahu siapa saya?""Tentu saja! Saya telah memperhatikan peperangan tersebut di udara!""Kenapa anda menyelamatkan saya?""Ayahku dibuang oleh kerajaan Lezario
Pangeran Agnreandel segera menjulurkan lidahnya dan menjilati bibirku pada mulut yang tertutup rapat. 'Lidahnya!' Aku semakin menutup rapat mulutku saat merasakan alat pengecapannya mencoba menerobos masuk. Lalu, ia meraup bibirku sangat dalam dan lama hingga aku tidak sadar lupa bernafas.'Mari kita lihat, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, Yu! Aku harap, kakek tidak sia-sia meninggalkanmu untukku!' sudut bibir Agnreandel terangkat sedikit. 'Ku harap, kamu tidak akan pernah mengecewakanku.'Aku bernafas berat di sela ciuman itu. "Yang- emmphh!" Ia menjulurkan dan memasuki lidahnya ke dalam mulutku. Ia menjelajahi deretan gigi dan langit-langit mulutku dengan lidahnya itu. Aliran Saliva yang keluar dari mulutku tidak ia hiraukan mengalir di sudut bibirnya.Tangan pangeran Agnreandel memegang pipiku dan ia melepaskan ciumannya. Lalu, ia menekan bibirku dengan jari jempolnya."Mau lagi?" ucap pangeran Agnreandel dengan tatapan yang sadisnya. Ia menjilati saliva yang melekat di wa
Aku kembali duduk di sofa dengan ekspresi wajah yang terlihat murung. "Maaf, sepertinya aku tidak yakin bisa mengatakannya saat ini!""Tetapi... Pasti akan ku sampaikan segera!" Ucapku dengan serius."Hn... Akan ku tunggu!" Pangeran Agnreandel mengangguk sambil menggenggam pena yang ia pegang dengan kuat. Suasana ruangan menjadi sunyi. Tidak senang dengan kesunyian ini, aku melepaskan sepatuku. Aku mulai menaikkan kakiku di atas sofa. Kakiku menekuk dan aku bersandar pada sandaran lengan sofa. Lenganku berada di atas lututku dan tentunya aku memunggungi pria itu dengan menghadap ke arah pintu.Pangeran Agnreandel hanya menghela nafas melihat tingkahku. Lalu, ia terfokuskan melakukan pekerjaannya tadi.'Apa aku harus mengatakannya sekarang?' Aku menoleh ke belakang dan melihat dirinya.Setelah melihat tatapannya yang serius menulis, aku kembali mengarahkan pandangan ke depan.'Tidak! Aku belum siap!''Tapi kalau semakin lama, nanti malah terlambat hingga ia akan semakin membenciku!''
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke