Share

50th Story: Menenangkan Diri

Penulis: _yukimA15
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat matahari terbenam, aku masih berada di atap gedung sekolah yang paling tinggi sambil bersenandung. Pangeran Agnreandel sedang berada di belakangku bersembunyi di balik tembok dan ia melihat punggungku. Ia sudah datang tidak lama semenjak aku sudah disini. Saat itu, aku mengeluarkan suaraku dan mulai bernyanyi dengan nada rendah...

"I'm here

alone...

pour out the sorrow

I try to be happy

but i can't

it's hard... Ha..."

'Bahasa apa yang ia gunakan?' pikir pria itu.

Aku berhenti bernyanyi, aku menjadi kesal mengingat tadi hingga aku segera berdiri tegak dan menginjak-nginjak atap sekolah dengan hentakan yang kuat. Ekspresiku saat ini sangat marah dan sangat kesal.

"Apa-apaan wanita itu!? Sifatnya menggelikan! Untuk apa juga ia pura-pura jatuh dan menuduhku mendorongnya!? Berniat massa mencemooh ku, hah!?"

Aku pun berhenti sejenak, "Tapi, dengan itu aku bisa melihat sifat aslinya!"

Lalu, aku kembali kesal, "Kamu pikir, aku akan kalah dengan hal itu!!? Ya enggaklah! Ambil saja pangera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    51st Story: Kepercayaan

    'Tapi dengan ini, mungkin aku bisa melarikan diri dari sini!' pikirku dengan senyuman kaku."Siapa yang peduli tentang cinta!? Aku memang menyukainya karena ia kebetulan dia tipeku! Lagipula, banyak pria tampan disini.""Kalau di akademi ini banyak yang tampan. Kalau ketampanan aku hanya mengambil sekitar tiga lima hingga empat puluh lima persen. Sisanya tergantung pandanganku. Tapi tipeku tidak ada selainnya. Derald terlalu narsis, Croinel terlalu polos, kakakku terlalu ngenes dan Nean juga kebetulan tipenya Zu meskipun aku senang saat bicara dengannya. Aku cukup tertarik dengan Leitte, tetapi ia sudah milik Lina! Bahkan adiknya juga lumayan, ia bahkan berani melamarku dulu!""Ya... Kalau aku lebih berpetualang, aku bisa menemukannya. Mungkinkah, aku bisa jadi kesatria setelah pertunangan ini dibatalkan!"'Dan juga ini hanya kebetulan! Kalau ia...' tatapanku turun.Pangeran Angreandel tersentak dan mengepal tangannya kuat-kuat. Tatapannya sangat tajam dan ia tersenyum kaku.'Aku jang

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    52nd Story: Kembang Api

    "Dari dulu hingga saat ini, aku hanya mencintaimu, Yu! Jangan mengatakan hal itu!""Huh!?"Aku terkejut, 'Kamu bilang kalau kamu mencintaiku?!'Tanpa sadar air mataku akan jatuh."...""Yu..." Pangeran Agnreandel mendekat dan memelukku erat.Aku meremas pakaian pangeran Agnreandel untuk menahan rasa sakit saat membayangkan mimpi ini akan segera pudar. 'Perasaan Viyuranessa sangat kuat terhadap perkataan itu, bagaimana bisa aku tidak menangis!? Dan...'Pangeran Agnreandel melihat diriku mulai mengangkat wajahku. Namun mulutku terkunci.'Tidak bisa! .... Karena anda bukan takdirku, Yang Mulia! Aku merasa senang dengan ini. Walaupun, ini hanya untuk hari ini karena akan ada hari perpisahan yang menyakitkan,' wajahku menjadi semakin merah karena menahan tangisan yang tidak ingin ku turunkan lagi.Akhirnya aku mulai mengatakan, "Jangan katakan hal itu padaku!" Ucapku dengan tatapan sedih.Pangeran Agnreandel merasa heran, "Kenapa!? Aku benar-benar mencintai mu!""Bukankah Anda menyukai Jes

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    53rd Story: Tinggal Bersamanya?

    Aku hanya berdiam diri di pojok kamar dengan wajah yang penuh merona merah.'Kenapa ia malah membawaku ke kamarnya!?' batinku bertanya-tanya.Pangeran Agnreandel sedang duduk santai di kasur mewah miliknya. Ia menatap datar tunangannya yang sangat waspada terhadap dirinya."Kemarilah, Yu!" ucap pangeran Agnreandel."Untuk apa kamu membawaku kemari!?" Aku memasang kuda-kuda untuk bersiap kabur."Mendekatlah jika kamu ingin tahu!" Pangeran Agnreandel menunjukkan senyuman khasnya."Aku tidak mau tahu! Jadi, aku disini saja!"Pangeran Agnreandel pun menjadi kesal, ia segera mendekatiku."Anda tidak seharusnya membawa saya ke tempat ini, Yang Mulia! Biarkan saya kembali!"Pangeran Agnreandel semakin kesal, ia semakin mempercepat langkahnya. Ia sengaja memperbesar langkahnya, hingga ia berada di hadapanku. Ia menempelkan telapak tangannya di dinding untuk mengunci pergerakanku. Aku tersentak kaget hingga mataku terbuka lebar saat pangeran Agnreandel sedang menatapku dengan tajam."Menurutla

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    54th Story: Selamat Tinggal

    Sebelum matahari terbit, aku terbangun. Aku segera melepaskan pelukan pangeran Agnreandel dengan hati-hati dan segera duduk di tepian ranjang. 'Aku harus segera pergi dari sini dan mengucapkan selamat tinggal pada sosok Viyuranessa Roseary.' Aku memperhatikan wajah tampan pangeran Agnreandel saat tertidur.'Maaf! Saat kamu mengungkapkan perasaanmu padaku, aku sangat senang. Namun, aku belum tahu alasanmu ingin membalas dendam padaku. Jadi, untuk menghindari kehancuran orang-orang terdekatku dan juga dirimu, aku harus segera pergi!'Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, "Terima kasih untuk semuanya," ucapku dengan suara kecil. "Aku mencintaimu dan mungkin selamanya akan mencintaimu, Rean!" lanjutku. Aku mencium bibir pangeran Agnreandel sambil meneteskan air dari sudut mataku."Ku harap kamu bahagia!" Aku tersenyum dan segera beranjak dari tempat tidur. Lalu, aku mengganti pakaianku dan meletakkan pakaian yang ku gunakan sebelumnya di atas meja."Selamat tinggal!" Aku segera menggunak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    55th Story: Kota Utara

    Aku menyewa kamar di sebuah hotel di kota Utara. Disini suhu udara lebih rendah sehingga aku harus menggunakan baju yang lebih tebal dari biasanya. Di kamar yang aku tempati, seseorang mengetuk pintu dan memanggilku."Yui!""Ya, aku segera datang!"Disini aku mengekspresikan diriku menjadi sosok gadis yang ceria. Meskipun aku menjadi lelah karena harus beraktivitas sambil berakting, aku harus bisa menjadi seseorang yang berbeda dari sosok Viyuranessa Roseary. Aku bahkan menggunakan make up yang membuat bentuk wajahku berbeda dari biasanya dan terlihat lebih bersinar.Aku segera membuka pintu dan tertampak seorang wanita bersurai coklat dan beriris mata jingga. Ia lebih tua tiga tahun dariku."Kamu sangat cantik dan ceria seperti biasanya, Yui!""Hn! Terima kasih, Kela! Kamu juga cantik, kok!"Kela menunjukkan wajah yang cemberut, "Bahkan pelanggan di restoran selalu melirikmu saat kamu lewat padahal kamu selalu berada di dapur! Padahal aku yang melayani mereka, pun tidak dilirik sedi

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    56th Story: Alasan

    "Lalu, bagaimana kondisinya saat ini?" Aku menanyakan tentang pria yang selalu ada di pikiranku."Ya... kondisi emosinya memuncak dan ia bahkan mengintimidasi siapapun yang mengganggunya terutama saat ia melihatku. Tatapannya sangat tajam hingga terasa dahiku jadi jebol!"Aku segera menyentuh kedua bahu adikku, tanpa sadar tanganku bergetar. "Jangan dekati dia, Zu! Tolong menjauh darinya bahkan jangan berbicara satu kata pun dengannya!""Ya, kak! Aku selalu waspada! Kenapa kak Yu jadi khawatir berlebihan?""Entahlah, jauh di dalam alam sadarku, aku tidak ingin membiarkan dirimu mendekat padanya! ...!?"Tiba-tiba sebuah ingatan terlintas di pikiranku, sebuah ujung pedang yang mengarah ke diriku. Dan, aku melihat ekspresi yang sangat kejam dari pria di hadapanku.Celzuru memperhatikan diriku yang tiba-tiba terdiam sambil menyentuh dahiku sendiri."Kak Yu! Ada apa? ... Kok diam saja?"Ia melihat air mataku mulai turun dan tubuhku bergetar. Aku mengatakan, "Tolong, Zu! Sedikitpun, jangan

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    57th Story: Cemburu?

    "Putra mahkota mengatakan alasannya membiarkan lady Frossel mendekatinya karena ia telah menyelamatkan ratu?"Aku mengangguk, "Ya karena itulah agar hal itu tidak terjadi, aku akan melarikan diri! Lagipula, aku juga tidak mau diduakan!" Lalu, aku terkekeh."Apa mungkin kamu ingin ia terlihat tertekan karena tanpa dirimu di sisinya?""Hem... Mungkin saja itu salah satunya! Di lubuk hatiku, aku juga ingin ia merasakan bagaimana tiada orang yang dicintai di sisinya. Bukankah aku terlihat jahat? Melarikan diri setelah ia mengatakan kalau ia mencintaiku. Haha.""Ya, ia sangat kesal dan tatapannya lebih mengintimidasi dari sebelumnya saat di akademi. Tapi akhir-akhir ini, ia masih mengurus persiapan peperangan di istana, jadi kami bekerja keras untuk mengurus tugas dewan siswa.... Hemm... Kalau tanpa Lina di sisiku, pastinya aku akan lebih kesal lagi dibanding dirinya!""Hahaha, waktu kamu pertama kali mengungkapkan perasaanmu pada Lina, aku terkejut! Apalagi kamu tiba-tiba sangat agresif m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    58th Story: Peperangan di Perbatasan Utara

    'Aku juga harus membantu mereka!' pikirku. Aku segera turun dari pohon dan memakai pakaian dan armor prajurit kerajaan Diamondver yang ku dapatkan dari kakakku. Helm zirah ini membuat wajahku hanya terlihat bagian mata.Dengan kecepatan maksimal dan hawa keberadaan yang sengaja ku hilangkan, aku segera masuk ke pasukan kakakku. Di belakang kakakku, aku mensuport dirinya saat ia menyerang semua musuh. Karena elemen sihir yang ku miliki mirip dengan kakakku, mereka bahkan tidak menyadari kalau beberapa serangan dilakukan olehku. 'Pengalaman kak Sen di medan perang membuat sihirnya lebih kuat dari diriku dalam hal fisik. Untuk teknik sihir, ia hanya melakukan pergerakan yang cepat,' batinku. Aku melihat kakakku bergerak dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dariku hingga ia berhasil menebas pasukan depan musuh dengan sangat cepat.***Beberapa jam sudah berlalu, akhirnya pangeran Agnreandel berhasil membuat lawan menyerah setelah ia menjatuhkan pemimpin mereka. Pasukan musuh dipimpin

Bab terbaru

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status