Beranda / Fantasi / Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis / 58th Story: Peperangan di Perbatasan Utara

Share

58th Story: Peperangan di Perbatasan Utara

Penulis: _yukimA15
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Aku juga harus membantu mereka!' pikirku. Aku segera turun dari pohon dan memakai pakaian dan armor prajurit kerajaan Diamondver yang ku dapatkan dari kakakku. Helm zirah ini membuat wajahku hanya terlihat bagian mata.

Dengan kecepatan maksimal dan hawa keberadaan yang sengaja ku hilangkan, aku segera masuk ke pasukan kakakku. Di belakang kakakku, aku mensuport dirinya saat ia menyerang semua musuh. Karena elemen sihir yang ku miliki mirip dengan kakakku, mereka bahkan tidak menyadari kalau beberapa serangan dilakukan olehku.

'Pengalaman kak Sen di medan perang membuat sihirnya lebih kuat dari diriku dalam hal fisik. Untuk teknik sihir, ia hanya melakukan pergerakan yang cepat,' batinku. Aku melihat kakakku bergerak dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dariku hingga ia berhasil menebas pasukan depan musuh dengan sangat cepat.

***

Beberapa jam sudah berlalu, akhirnya pangeran Agnreandel berhasil membuat lawan menyerah setelah ia menjatuhkan pemimpin mereka. Pasukan musuh dipimpin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    59th Story: Pesta Kelulusan

    Di tengah malam, aku terbangun. Aku tersadar bahwa diriku sedang berada di gua yang mana aku sedang berduaan dengan pangeran Agnreandel. Aku segera duduk dan menoleh ke belakang untuk melihat apakah keberadaan pria itu masih ada disini.'Ia masih ada di sini... Aku harus berpamitan padanya dulu! Jika aku tiba-tiba pergi dari sini, ia mungkin akan mencurigaiku.' Aku segera merangkak untuk mendekatinya yang sedang tertidur dengan posisi duduk dan bersandar pada dinding gua. Sebelum berniat membangunkannya, aku menatap lekat wajahnya karena aku merasa sangat merindukannya.Tatapan lembut terbentuk di mataku, aku mulai menepuk-nepuk pelan wajah pria itu. Saat ia terbangun, aku tersentak karena ia tiba-tiba memelukku."Yu!""...." Aku terdiam dengan iris unguku yang mulai turun. "...Jangan pergi dariku!""...!? Hem... Rean!?" Aku tersentak hingga aku tersadar bahwa aku harus menyadarkan dirinya bahwa diriku bukanlah wanita yang ia cari. "Hemm.... Rean! Kamu kesurupan apa hingga memelukku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    60th Story: Pembelaan Celzurunessi Roseary

    Aku sedang mengintai aktivitas acara kelulusan akademi Diamond itu dari sebuah pohon besar dengan teropong. Langit malam yang gelap membuat sosokku tidak terlihat oleh penjaga akademi dan bahkan beberapa prajurit kerajaan hingga beberapa kesatria termasuk kakakku, Senrio yang ikut mengawasi pesta kelulusan ini.'Wanita itu!' aku menggigit bibir bawahku karena menahan kesalanku. 'Aku benar-benar tidak menyukai wanita ini! Ini berkebalikan dengan yang terjadi di novel. Viyuranessa mencoba membunuh Si Protagonis karena kekesalan dan rasa cemburu yang semakin menjadi. Namun, Viyuranessa hanya bisa mengenai lengannya karena hati lembutnya tidak bisa menyakiti orang lain. Lalu, Sang Pangeran segera memberi hukuman eksekusi di esok harinya.'"Nngh!!!" Tiba-tiba, aku merasa denyutan di kepalaku. Aku melihat hal terlintas di pikiranku. Aku memandangi sebuah pisau yang ku pegang dengan tangan yang bergetar. "Dengan cara ini aku akan menyusul kalian semua dan menyelamatkan Zu!" Ucapku di inga

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    61st Story: Mati Bersama?

    Aku merasakan tubuhku bergetar hingga kakiku lemas. Aku terduduk di lantai dengan air mata yang mengguyur di wajahku. 'Ku mohon diriku! Bergeraklah Viyuranessa Roseary! A, a, adikku! Zu!''Ku mohon...! Bergerak!' Aku memaksakan tubuhku untuk berdiri, namun kecepatannya sangat lambat karena tubuh yang masih bergetar ini."Hanya!!? Kamu pikir nyawa ratu serendah itu bagimu!?" Ucap pangeran Agnreandel dengan emosionalnya yang sudah memuncak.Aku melihat pangeran Agnreandel sedang mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya. Ia semakin mendekat ke posisi Celzuru yang sedang tidak sadarkan diri. Semua orang yang melihat pun tersentak, kecuali satu orang. Melihat ketidakberdayanya Celzuru, Jesshiena tersenyum.'Rasakan itu! Ia mengatakan kalimat terlarang itu dan kemudian pangeran marah, ini seperti di jalan cerita walaupun sedikit berbeda...''Wanita ini memang bodoh! Aku berhasil memancingnya!"Neanraken mencoba mendekati Pangeran Agnreandel dengan melawan sihir angin itu dengan tekatnya

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    62nd Story: Hal yang Sebenarnya

    Nean segera menghampiri ketiga orang itu, namun ia juga terhalangi oleh dinding batu dan dinding semu tersebut. "Zu!" Saat itu Neanraken Oestiarl melihat mata Celzurunessi Roseary terbuka dan dengan cepat wanita bersurai pink sakura itu segera memeluk punggung kakaknya untuk menenangkan kakaknya."Tenanglah, Kak Yu!"Aku pun tersentak dan segera terduduk lemas di lantai dengan telapak tanganku yang menempel pada lantai. Aku bergumam dengan senyum kecil, "Sepertinya, aku hilang kendali lagi! Maaf, Zu!"'Lagi!?' batin pangeran Agnreandel. Ia mengingat kembali aku yang sedang menatap tajam dirinya. "Aku tak apa-apa, kak! Kak Yu tenanglah!" ucap Celzuru."Ya, aku tahu itu!" ucapku dengan sedikit tersenyum. Melihat Celzuru baik-baik saja, aku merasa sangat senang. "Bukankah, diriku memang cocok menjadi penjahat?"Pangeran Agnreandel pun menatap canggung kepadaku, 'Sekarang, matanya berubah...' Jantungnya berdebar saat melihat senyuman dari bibir lembutku yang basah karena aku banyak bica

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    63rd Story: Biarkan Aku Pergi

    Pandanganku lurus kedepan tanpa mengarah ke dirinya. Aku mengatakan, "Ya, aku memang marah! Tetapi, aku tidak akan pernah bisa membencimu... Ngh!" Tiba-tiba kepalaku berdenyut dan sebuah ingatan singkat tergambar di pikiranku. Melihatku yang tiba-tiba bereaksi memegang kepalaku dengan terlihat dari wajahku sedikit menahan kesakitan, pangeran Agnreandel segera berada di hadapanku dan bertanya tentang keadaanku. Terlihat dari wajahnya yang penuh kekhawatiran hingga ia memeluk tubuhku dengan erat dengan kepala yang menyelip di sisi leherku. Tangan yang lebar memegang belakang kepalaku dan mengelusnya perlahan."Yu! Katakan apa yang terjadi!""Kak Yu!" Zu juga ikut khawatir pun menghampiriku. Tidak hanya dia, Lina yang jauh dari posisi kami pun segera berlari mendekatiku.Tentunya saja kalau tubuhku sedang tidak bereaksi karena pikiranku fokus melihat gambaran ingatan tersebut.Yang ku lihat di ingatanku yaitu disaat diriku, Viyuranessa Roseary berada di tengah pesta, ia membawa sebuah p

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    64th Story: Menurut Padanya

    "Bagus! Menurutlah padaku, Yu! Kamu milikku yang berharga bahkan lebih dari kerajaan ini!" Ia pun berdiri sambil mengangkat tubuhku."Huh!? Aku bisa berdiri sendiri!"Banyak orang-orang yang mengucapkan maaf padaku karena mereka tidak memiliki kesempatan meminta maaf saat kejadian di festival. Kebanyakan dari mereka berpikir agar aku tidak merasa terpuruk hingga kembali melarikan diri dari sisi Putra Mahkota. Pangeran Agnreandel pun membiarkanku berdiri tegak untuk meladeni orang-orang.Aku hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda minta maaf mereka diterima.Lina menghampiri dan segera memelukku sambil menangis, "Viyura! Jangan pernah mencoba menghancurkan dirimu lagi!""Ah, iya maaf membuat mu khawatir, Lina!" Aku segera menyentuh ubun-ubunnya dan mengelusnya dengan lembut."Syukurlah kamu baik-baik saja, lady Viyura!" Ucap Leitte Verk yang juga menghampiriku. Aku tersenyum dengan raut yang bersemangat, "Haha, terima kasih, tuan Leitte!"Jauh dari sana, Derald Felixis hanya t

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    65th Story: Enggan Melepaskanku

    Keesokan harinya, aku terbangun dan tersentak saat pandangan pertama saat bangun adalah wajah pria yang ku cintai.'Wajahnya yang terlihat tenang sungguh menawan, apalagi terlihat dari sedekat ini!' batinku. Wajahku memanas disaat merasakan nafasnya. 'Aku ingin menyentuhmu...'Tiba-tiba aku bergumam, "Re..." Aku terdiam dan mengunci rapat mulutku. 'Jika aku menyebut nama itu, aku...!'Aku segera menuruni ranjang dan tentunya berniat membuka gorden jendela. Namun, aku merasakan sebuah tangan menggenggam pergelangan tanganku. Saat aku menoleh, tangannya segera menarik tanganku hingga aku merangkak di atas ranjang. "Kamu mau kemana, Yu?"Aku mengerutkan dahiku disaat melihat matanya masih terpejam."Kamu ini masih tidur atau sudah sadar, sih?" Ucapku. Ia masih terpejam dan aku melihat kelopak matanya sedikit ada pergerakan. Tatapanku menjadi semakin datar. "Kalau mau pura-pura tidur tidak usah digerakkan juga bola matamu itu!"Ia pun perlahan membuka matanya. "Hoo... seperti itu car

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    66th Story: Keterpaksaan

    Pangeran Agnreandel tersentak disaat diriku menatap dirinya dengan iba. Ia lebih dikejutkan dengan aliran air yang mulai turun dari sudut mataku.Pria di hadapanku merasa heran, "Bisa kamu jelaskan kenapa kamu menangis? Jangan bilang kalau kamu sendiri juga tidak tahu, seperti yang biasa kamu katakan."Aku menggelengkan kepalaku, wajahku mulai naik dan bibirku menyentuh lembut bibirnya. Lalu, aku menatap lekat sepasang iris Red Diamondnya."Aku teringat hal menyedihkan... Kemungkinan itu hanya mimpi. Tapi..."Aku melingkarkan lenganku pada lehernya dengan kepala yang mulai masuk ke sela leher dan bahunya, "...Hal tersebut terasa nyata.""Apakah aku boleh tahu hal apa itu?" Ucapnya dengan rasa yang sangat penasaran meskipun ia tahu kalau aku tidak akan mengatakannya."Tentu saja tidak!" Lalu, aku segera melepaskan pelukanku dan duduk di sisi ranjang dengan kakiku yang menyentuh lantai. "Aku mau berdiskusi dengan Zu dulu! Baru aku bisa memutuskan harus mengatakan rahasia besar kami pada

Bab terbaru

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status