Ayah kami yaitu Duke Liyorenezzi Roseary dan istrinya tersentak atas kedua anaknya dipanggil. Duke Roseary segera menghadap Sang Raja."Jiwa sekeras berlian akan berkilauan! Mohon maaf sebelumnya, baginda! Saya ingin bertanya, apa yang telah dilakukan kedua anak saya sehingga anda meminta mereka menghadap anda!?"Sang Raja tersenyum ramah kepada Duke Roseary, "Hahaha... Putra dan putri anda sangat berjasa melindungi pada sandera dan bahkan mereka mampu melawan semua pemberontak! Sepantasnya mereka diberi apresiasi!""..." Tampang datar Duke pun iris Blue Diamond miliknya tertampak sempurna setelah mendengar hal tersebut. Pintu singgasana terbuka lebar, tertampak ketiga anaknya Duke Roseary oleh seluruh orang di ruangan tersebut. Kak Sen sedang membawa tubuhku yang sedang tertidur pulas di pelukannya."Apa yang terjadi dengan Viyura!?" Ayahku segera menghampiri kami."Viyura hanya kelelahan, ayahanda!" Senrio segera menyerahkan tubuhku ke ayah."Syukurlah kalian selamat!" Duchess Sil
"Apa anda tidak terganggu kalau saya mendekati putra mahkota!?"Aku menggelengkan kepalaku tanpa mengatakan apapun. Aku berpikir, 'Bukannya merasa terganggu, jujur aku hanya tidak suka melihatnya. Jadi karena itu, aku akan melarikan diri dari sosoknya!'"..."Aku kembali memperhatikan sekelilingku dengan tatapan yang datar. Jesshiena Frossel yang merasa terabaikan segera menyusul Finne. Lalu, aku tersentak saat melihatnya sedang bicara dengan akrab dengan putra mahkota. Aku yang berada di belakang, langkahku semakin pelan dan tubuhku mulai berkeringat dingin.Bahkan saat gerombolan kami sedang mengikuti kepala desa yang memperkenalkan seluk beluk desa ini, aku melihat Jesshiena sedang merangkul lengan putra mahkota. 'Tubuh ini selalu ingin menangis saat melihatnya...' "Kak Yu!?"Celzuru menghampiriku dan menepuk bahuku hingga aku tersadar. Aku segera mengatakan pada adikku bahwa aku ingin berkeliling sendirian.***Dari tadi, aku berjalan-jalan disekitar hutan hingga langit sudah me
Derald Felixis berjalan disekitar dan menghampiri Leitte yang sedang berbincang dengan Neanraken. "Apa yang sedang kalian bicarakan, kelihatannya serius!?" Pria bersurai hijau itu memecahkan suasana tegang dengan tampang narsisnya.Tanpa basa basi, Leitte mengatakan, "Ah itu, saat aku bertanya pada lady Viyura, apakah kamu hilang ingatan? Ia terlihat seperti pikirannya sedang kosong."Derald Felixis menarik kerah Leitte Verk dan menatap tajam pria itu. "Bisakah kamu tidak mencari tahu tentang hal itu darinya!?""Iya, aku tahu... Daripada kamu menyalahkanku, bukankah ada orang lain yang harus kamu salahkan terlebih dahulu?" Ucap Leitte dengan tersenyum penuh dengan percaya diri.Derald Felixis segera melepaskan pegangannya. "Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tapi ia juga..." Derald melanjutkan ucapannya dan membuat Leitte Verk lebih bersemangat karena telah mendapatkan informasi yang menarik."Nean!" Celzuru menghampiri Neanraken dan merasa bingung kenapa mereka terlihat tegang. "
"Kalau begitu... saya permisi, Yang Mulia!" Aku segera berbalik.Pangeran Agnreandel segera berdiri dan melangkah menghampiriku. 'Padahal, aku sudah memutuskan untuk membiarkan Lady Frossel mendekatiku karena ia sudah menyelamatkan ibunda. Tetapi, kehadirannya malah membuatmu menjauh dariku! Aku tidak ingin itu!''Kenapa diriku hanya ingin memilikimu saja, Yu?! Kamu selalu membuatku gila!'Pangeran Agnreandel segera menahan tanganku dan menariknya.'Padahal keberadaanmu telah membuatnya menghilang dari kehidupanku!'Aku terkejut karena pangeran Agnreandel menyentuh belakang kepalaku dan mempertemukan bibirku dengan bibirnya, terasa kasar, sangat dalam dan menekan bibirku berkali-kali aku merasa tekanannya hingga aku kesulitan bernafas. Aku mencoba menolaknya, namun kekuatan Sang Pangeran terlalu kuat daripada tubuh kecil ini.'Aku tidak boleh menggunakan sihirku padanya,' batinku.Pangeran Agnreandel terus meraup bibir kecilku hingga ia menuntun tubuhku mendekat ke sofa karena tidak i
"Apa anda mau mencoba makanan enak dari tanaman obat, Yang Mulia!?" ucap Derald. Ia menunjukkan sebuah stand makanan di ruangan klubnya."Apaan itu?" Pangeran Agnreandel menatap tajam Derald."Makanan dengan bahannya tanaman herbal," ucap Derald. Lalu, ia menatap sinis Sang Pangeran. "Makanan ini direkomendasikan oleh lady Viyura! Katanya, dengan memakannya, kita akan meningkatkan daya tahan tubuh hingga terhindar dari beberapa penyakit." Derald berbalik dan mengatakan, "Aku tidak akan memaksa." Lalu, ia menghampiri orang lain untuk mengajak mereka ke stand itu.Karena penasaran, pangeran Agnreandel dan Jesshiena segera memasuki tempat itu dan mencoba beberapa hidangan. Saat melihat sebuah sajian di hadapan Jesshiena, ia mengatakan, "Mereka membuat sup, apa ini salmon? Kalau dilihat, banyak rempah yang mereka padukan. Dan... ini jus alpukat. Kemungkinan makanan ini untuk mengurangi stres.""Kamu tahu tentang itu?" Ucap pangeran Agnreandel."Aku sedikit mengetahuinya dari pembicaraan
'Aku bisa melawannya dengan mengancamnya dengan sihir dan menunjukkan pada mereka kalau tidak mungkin kalau aku memang terganggu atas kedekatannya dengan tunanganku hanya membalasnya dengan hanya mendorongnya... Tapi...'"Saya tidak pernah melakukannya," ucapku dengan ekspresi yang dingin. 'Entah kenapa karena kerumunan orang ini, membuat tubuhku bergetar hingga tubuhku terllihat pucat. Padahal, aku ingin melawannya!'"..." Finne terdiam karena ia melihatku ketakutan dan ia tidak tahu harus berpihak pada siapa. 'Tapi lady Viyura pastinya lebih terpuruk karena orang yang ia cintai sudah jauh darinya.'Namun, seorang pria yang pertama menghampirinya tadi mengatakan, "Tapi, anda seharusnya minta maaf, lady Viyuranessa! Saya paham anda sangat sakit hati dengan kedekatan lady Jesshiena dengan pangeran, tapi tidak dengan cara seperti ini!"Aku hanya diam sambil merundukkan wajahku, 'Aku tahu apa yang harus aku katakan untuk melawannya! Akting wanita ini terlalu menyebalkan. Aku kesulitan un
"Jadi, apa kalian masih percaya kalau kakakku, Viyuranessa Roseary sudah membuat wanita ini menangis?" ucap Celzuru."Tidak, lady! Aku rasa, sifat lady Viyuranessa yang suci itu tidak akan mengotori tangannya hanya untuk ini!""Ada apa ini, apa kamu sedang kampanye, Celzuru?" ucap Derald Felixis yang tiba-tiba ada di sana."Bukan waktunya bercanda, woi Derald!" ucap Celzuru. Lalu, Celzuru menceritakan kejadian sebenarnya kepada Derald."Hahahahaha! Viyura melakukan hal itu? Sulit membayangkan wajahnya kalau ia melakukannya," ucap Derald. "Kedekatanmu dengan pangeran ini juga ia tidak peduli, lady Jesshiena! Viyura selalu memasang wajah datar saat melihat kalian. Jadi, sulit membayangkannya kalau ia menghinamu hingga mendorongmu. Anda tidak perlu berbohong tentang itu! Karena kecantikan anda bisa turun!""Tapi! Hiks! Nmh.. Aku mengatakan kebenarannya! Hiks! Nmh... Hiks!" ucap Jesshiena. "Apa anda tidak mempercayaiku juga, Yang Mulia!?"Pangeran Agnreandel hanya diam."Dengar ya! Pemik
Saat matahari terbenam, aku masih berada di atap gedung sekolah yang paling tinggi sambil bersenandung. Pangeran Agnreandel sedang berada di belakangku bersembunyi di balik tembok dan ia melihat punggungku. Ia sudah datang tidak lama semenjak aku sudah disini. Saat itu, aku mengeluarkan suaraku dan mulai bernyanyi dengan nada rendah..."I'm herealone...pour out the sorrowI try to be happybut i can'tit's hard... Ha..."'Bahasa apa yang ia gunakan?' pikir pria itu.Aku berhenti bernyanyi, aku menjadi kesal mengingat tadi hingga aku segera berdiri tegak dan menginjak-nginjak atap sekolah dengan hentakan yang kuat. Ekspresiku saat ini sangat marah dan sangat kesal."Apa-apaan wanita itu!? Sifatnya menggelikan! Untuk apa juga ia pura-pura jatuh dan menuduhku mendorongnya!? Berniat massa mencemooh ku, hah!?"Aku pun berhenti sejenak, "Tapi, dengan itu aku bisa melihat sifat aslinya!"Lalu, aku kembali kesal, "Kamu pikir, aku akan kalah dengan hal itu!!? Ya enggaklah! Ambil saja pangera
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke