Bab 77Pikiran Narendra kacau balau sepanjang jalan pulang menuju rumahnya. Meski sudah putus asa, Narendra masih berharap menemukan Yessi. Barangkali adiknya ada di tepi jalan, merenung, ketakutan dan merasa sedih sendirian. Narendra menyetir sambil melihat ke arah trotoar sehingga dia tidak memperhatikan jalanan lagi. Hingga sebuah teriakan membuyarkan lamunannya. Narendra terkejut menyadari kalau dirinya telah menabrak sesuatu. Orang-orang menatap mobilnya dengan tatapan penghakiman.Gemetaran, Narendra memberanikan diri keluar. Dia sudah pasrah jika dipukuli. Pikirannya sudah kemana-mana. Ada darah menggenang dibawah sepatunya. "Berapa tahun hukuman penjara?" bisik Narendra pada dirinya sendiri. Sebuah kaki kecil muncul. Narendra menghela nafas lega. Ternyata dia tidak menabrak manusia. Hanya seekor kucing hitam yang tidak berhati-hati. Narendra mengambil jasad kucing yang kepalanya sudah remuk dan membawanya ke tepi jalan sebentar. Dia menggali lubang yang tidak terlalu dalam d
"Mbak Fiona, bantu saya untuk menghapus video seks yang dibuat oleh suami Mbak saat kami sedang melakukan hubungan terlarang itu, Mbak." Wanita bergaun merah maroon dengan tubuh berisi itu kini menatap penuh permohonan ke arahku. Dari sorot matanya, dapat kutangkap sebuah harapan besar. "Saya janji, Mbak. Setelah video itu terhapus, saya akan benar-benar meninggalkan Mas Narendra. Saya janji." Lagi, wanita itu menghiba. Memasang wajah semenyedihkan mungkin.Aku menarik nafas dalam. Badanku terasa lemas dan kepalaku pening.Aku menyesal mempersilakan wanita ini masuk ke rumahku karena mengaku sebagai kenalan Mas Narendra. Sejak tadi, dia berkata yang bukan-bukan. Ia mengaku telah menjadi selingkuhan suamiku selama lima tahun lamanya, lalu meminta maaf padaku.Belum sempat aku meresponsnya, sekarang wanita ini bilang suamiku membuat video seks dengannya? Yang benar saja! "Berhenti bercanda, Mbak Citra." Akhirnya, satu kalimat berhasil lolos aku keluarkan. Sayangnya, wanita bernama C
"Mas mau makan malam apa?" Aku bertanya pada suamiku yang tengah fokus menatap layar laptop yang ada di hadapannya. Kulihat banyak kertas-kertas berserakan di meja kerja. Sudah kuputuskan melupakan kejadian tadi siang. Aku lebih percaya suamiku."Mas?" "Eh, iya, Sayang. Maaf, kamu tadi bicara apa? Mas tidak mendengarnya." Lelaki itu akhirnya menoleh ke arahku dengan mengulas senyum yang selalu membuat hati ini terasa begitu sejuk. "Mau makan malam apa?" Kuulangi pertanyaanku. "Apapun hasil dari tanganmu, Mas akan selalu melahapnya, Sayang." Aku memutar bola mata. Selalu itu jawabannya. Akhirnya, tanpa melemparkan pertanyaan lagi aku melangkah menuju dapur. Menyiapkan menu makan malam untuk hidangan kami berdua. Puluhan menit berkutat di dapur akhirnya pekerjaanku selesai. Aku pun kembali berjalan menuju kamar, ingin memanggil Mas Narendra yang masih disibukkan dengan segudang pekerjaannya. "Berikan yang aku minta sekarang atau siap-siap terima akibatnya!" Deg!Seketika jantun
Aku kembali meletakkan ponsel di atas nakas. Setelahnya, kembali kubaringkan tubuhku. Berkali-kali aku mencoba memejamkan kedua netraku, namun tak kunjung berhasil juga. Sesekali aku menatap wajah tampan suamiku, wajah tampan yang disempurnakan dengan senyuman yang begitu melembutkan. Dengkuran halus terdengar dengan jelas berasal dari bibir Mas Narendra. Pertanda jika lelaki itu benar-benar terlelap dalam tidurnya. "Sepertinya aku harus cari ponsel Mas Narendra yang aku lihat tadi," batinku. Setelahnya, aku pun secara perlahan bangkit dari pembaringan. Lalu aku melangkah dengan mengendap-endap menuju dimana meja kerja suamiku berada. Aku pun mulai mencari ponsel, kugeledah tas dan setiap laci yang ada. Namun tak kunjung kutemukan juga.Aku mendudukkan tubuhku frustasi. Entah dimana Mas Narendra menyimpan benda pipih asing itu. "Sayang, kamu ngapain?" Aku tersentak kaget saat mendengar suara suamiku, seketika jantung seperti berdegup lebih kencang. Aku menoleh ke arah suami, seke
"Narendra itu lelaki tampan dan mapan, Fiona! Mudah bagi dia untuk mencari istri yang bisa memanjakan matanya!"Ucapan Ibu terus terngiang-ngiang di telingaku. Meskipun apa yang dikatakannya adalah fakta, namun hal itu terasa begitu sesak di dada. Aku mengamati cermin yang ada di depanku. Cermin yang memantulkan bagaimana bentuk fisikku saat ini. Wajah yang berjerawat, kulit kusam, dan lingkaran hitam di sekeliling kedua netraku. Ditambah tubuh yang begitu kurus menambah kesan tak menarik lagi. Sungguh, aku sama sekali tak menyadari. Aku terlalu tenggelam pada masalah yang mendera, masalah yang belum sanggup kucari bagaimana kebenarannya. Kedatangan wanita itu benar-benar membuat perubahan pada diriku. Hidup tak tenang, makan pun tak berselera. "Fiona, aku mau ada acara makan malam. Siapkan pakaian terbaikku, ya." Suara Mas Narendra terdengar dan menyadarkan lamunanku. Aku menoleh, lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk putih yang ia lilitkan seb
Emosi yang sedari tadi kutahan, kini sudah berada di puncak ubun-ubun dan siap untuk diledakkan. Cepat, aku melangkah mendekat ke arah suamiku. Dan begitu sudah dekat, aroma keringat khas setelah melakukan olahraga ranjang pun menguar di indra penciumanku. 10 tahun kami berumah tangga, sudah cukup membuatku hapal dengan hal kecil seperti ini. "Mas?!" pekikku dengan kedua tangan yang terkepal. Napasku begitu memburu seiring emosi yang semakin menguasai diriku. "Bekas apa di lehermu itu, Mas?!" Aku menatap lekat ke arah Mas Narendra tanpa menyentuh bekas yang kurasa begitu menjijikkan. Masih aku berusaha menekan kuat-kuat rasa emosi Mendengar ucapanku, Mas Narendra mendekatkan wajah ke cermin. Dan dengan ekspresi yang tak bisa kutebak, lelaki itu kembali menoleh ke arahku. "Ini bekas lipstik, tadi ada tragedi. Temen kantor mau jatuh, aku tangkap. Terus mungkin tidak sengaja bibirnya menyentuh leherku." "Oh ya? Bekas lipstik?""Ya. Memangnya apa lagi?" Gegas aku mengambil tisu yan
Begitu panggilan terputus, kuletakkan ponsel di tempatnya semula. Setelahnya kusandarkan tubuhku lalu kuhela napas dalam-dalam dan kukeluarkan secara perlahan, berharap mampu meredamkan gejolak di dalam dada dan bisa berpikir secara tenang. "Apa aku harus ke rumah ibu ya?" lirihku. "Ya, daripada penasaran Mas Narendra pergi liburan dengan siapa. Lebih baik aku memastikannya saja."Gegas aku bangkit dari tempat dudukku, lalu melangkah menuju kamar setelah kuambil ponsel yang ada di meja. Dan begitu sampai di kamar, cepat aku mengganti baju. Duduk di depan cermin sembari memoleskan make up tipis ke wajahku. Pandangan yang semula tertuju pada cermin beralih ke sebuah ponsel yang berdering. Aku pun segera mengangkat panggilan itu. "Halo, selamat siang, Mbak Fiona. Saya sudah sampai di depan rumah sesuai alamat yang tertera pada pesanan di aplikasi." Suara seorang lelaki terdengar saat panggilan itu terhubung. "Baik, Pak. Saya segera keluar."Panggilan ku
[Padahal besok pagi jam 9 mau berangkat ke Bandara, menjemput kakak perempuan tersayang. Tapi apalah daya, tiba-tiba dapat kelas di kampus.]Aku memicingkan kedua netraku saat membaca serangkaian kalimat status what'sapp milik Mona–adik iparku. "Siapa yang dimaksud kakak perempuan tersayang? Mereka kan hanya 2 bersaudara. Mas Narendra anak pertama, dan Mona anak kedua. "Yaudah, seneng-seneng saja di sana. Besok kalau pulang hati-hati ya. Besok ibu nggak bisa jemput, soalnya jam 9 ada acara arisan sama ibu-ibu kompleks."Seketika ucapan Ibu Mertua kemarin kembali terngiang-ngiang di telingaku.Dan begitu aku mengusap layar datar itu–bertujuan untuk mengomentari status what'sapp Mona– tiba tiba saja status tersebut menghilang, yang artinya sang pemilik menghapus status tersebut. ****Semalaman aku memikirkan apa yang harus aku lakukan. Bertindak atau diam, dan aku memutuskan akan menemui Mas Narendra bersama temannya itu di Bandara. Ya, aku melakukan itu bertujuan agar Mas Narendra
Bab 77Pikiran Narendra kacau balau sepanjang jalan pulang menuju rumahnya. Meski sudah putus asa, Narendra masih berharap menemukan Yessi. Barangkali adiknya ada di tepi jalan, merenung, ketakutan dan merasa sedih sendirian. Narendra menyetir sambil melihat ke arah trotoar sehingga dia tidak memperhatikan jalanan lagi. Hingga sebuah teriakan membuyarkan lamunannya. Narendra terkejut menyadari kalau dirinya telah menabrak sesuatu. Orang-orang menatap mobilnya dengan tatapan penghakiman.Gemetaran, Narendra memberanikan diri keluar. Dia sudah pasrah jika dipukuli. Pikirannya sudah kemana-mana. Ada darah menggenang dibawah sepatunya. "Berapa tahun hukuman penjara?" bisik Narendra pada dirinya sendiri. Sebuah kaki kecil muncul. Narendra menghela nafas lega. Ternyata dia tidak menabrak manusia. Hanya seekor kucing hitam yang tidak berhati-hati. Narendra mengambil jasad kucing yang kepalanya sudah remuk dan membawanya ke tepi jalan sebentar. Dia menggali lubang yang tidak terlalu dalam d
Bab 76"Akhirnya." Tidak seperti biasanya, jam pulang menjadi sangat lama dan sangat ditunggu-tunggu oleh Narendra. Biasanya dia bekerja terlalu keras sampai tidak ingat kalau jam kerjanya sudah berakhir. Narendra menyampirkan jas kerja di lengan. Lengan baju disingsingkan sampai atas. Kancing atas yang tadinya rapi menjadi terbuka dan kemeja licin yang disetrika sedemikian rupa menjadi kusut masai.Narendra melajukan mobilnya dengan cepat. Urusan dengan Yessi belum selesai. Rumah lenggang ketika Narendra masuk ke dalam. Narendra berjalan pelan dan menengok ke dalam kamar dimana ibunya tertidur. Wanita itu sudah tidak berdaya lagi sehingga hari-harinya dihabiskannya dengan istirahat. Narendra kemudian berjalan menuju kamar Yessi. Pintu kamar itu sedikit terbuka. "Yes ...."Narendra memanggil dengan suara pelan. Meski ini kamar adiknya sendiri, tapi Narendra masih memiliki sopan santun untuk tidak masuk tanpa izin. Tidak ada jawaban. Narendra membuka pintu lebih lebar. Yessi tidak
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 75Cukup lama Yessi berada di dalam. Dan saat ini keadaan gadis itu begitu menyedihkan, terduduk dengan tubuh bersandar pada dinding kamar. Tak hanya itu, air mata terus berlinangan dengan begitu derasnya. Sekuat tenaga, Yessi menahan bibir agar tak bersuara. Namun nihil, suara kecil berupa tangisan menelusup gendang telinga sang bidan dan Narendra. Sontak saja, dua manusia itu saling berpandangan sebelum keduanya serempak melangkah menuju ke arah pintu kamar mandi yang dalam keadaan tertutup sempurna. "Yes, buka pintunya!" Suara Narendra bergetar, menahan rasa khawatir yang luar biasa. Ia khawatir jika terjadi apa-apa pada sang adik yang berada di dalam sana. Ketukan pintu terus Narendra lakukan, hingga akhirnya terhenti saat terdengar sosok di dalam sana tengah berusaha memutar anak kunci. Detik kemudian, pintu kamar mandi perlahan terbuka. Hingga terlihatlah dengan jelas sosok Yessi dengan kepala yang menunduk dalam-dalam. "Suda
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUBab 74Narendra membuka mata ketika sinar matahari menyapa wajahnya. Ini rutinitas pagi yang dia benci. Matahari membangunkannya dengan silau yang membuatnya kesal. Berbeda dengan Fiona yang dulu berbisik lembut di telinga. Dengan suara serak yang seksi dan membuat bagian dari dirinya terbangun. "Ah, kenapa tiba-tiba ingat Fiona seperti ini?" gerutu Narendra dengan kesal.Narendra bangkit. Pria itu merentangkan kedua tangan, berusaha merenggangkan otot-otot yang terasa kaku pada tubuhnya. Dan sesekali Narendra menguap sebab rasa kantuk masih mendera. Sejenak Narendra terdiam, mengembalikan kesadarannya. Hingga beberapa menit kemudian lelaki itu bergegas turun dari ranjang lalu segera bersiap-siap untuk pergi ke tempatnya bekerja.Narendra berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya agar terlihat rapi. Setelahnya, lelaki itu segera melangkah menuju kamar sang ibu sembari tangan kiri menenteng tas kerja."Narendra berangkat sekarang, Bu." N
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 73Bab 73"Fahri, dengar. Meski kamu duda, kamu itu tampan dan mapan. Laki-laki single yang biasa diluaran sana pasti akan tersisih. Asal kamu tahu, Cantika itu sepertinya sudah menaruh hati sama kamu. Kamu tega menghancurkan perasaannya?""Dan Mama tega menghancurkan perasaan aku?" Fahri balas bertanya dengan jengah. Fahri menoleh ke belakang. Putrinya masih terlelap sempurna. Tampak wajahnya yang damai membuat Fahri terharu. Sebagai seorang ayah, dia tahu apa yang putrinya butuhkan. Seorang ibu yang mencintainya dan mencintai Fahri. "Coba kamu pikir lagi. Mana ada wanita yang mau sama duda? Apa Cantika membahas status kamu kemarin? Tidak, kan? Kalau kamu dengan wanita lain, merela pasti akan menguliti semua masa lalu kamu hidup-hidup. Coba kamu pikirkan ulang, Fahri!"Beberapa kali sang mama meninggikan suaranya, begitu pun juga dengan Fahri yang menebalkan telinga. "Keputusanku sudah bulat. Aku tetap memilih Fiona. Sebentar lagi d
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 72Saat Fiona sedang menikmati makan malamnya, ponselnya kembali bergetar. Awalnya Fiona mengabaikan getaran di ponselnya dan memilih fokus pada makanan yang ada di depannya."Pasti dari Narendra lagi." Fiona terus melanjutkan makan malam. Namun ketenangan makannya hilang akibat getar ponsel yang terus menerus menimbulkan berisik yang menganggu. Namun, meski awalnya berniat untuk mengabaikannya, pada akhirnya Fiona mengambil ponselnya dengan bersungut. Ketika wanita itu siap mengeluarkan omelan, Fiona terkesiap sebab nama pemanggil bukan Narendra, melainkan Citra."Kamu dimana, Mbak Fiona? Aku di depan rumahmu, nih. Tapi kok kayaknya nggak ada orang ya."Fiona menatap sekeliling. Memastikan tempat dimana dia berada sekarang. Fiona menyebut nama sebuah coffe shop. "Kamu tunggu saja aku pulang. Sebentar lagi aku selesai makan.""Tidak usah. Biar aku yang menyusul Mbak Fiona ke sana."Klik! Panggilan dimatikan sepihak. Fiona tidak mau a
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 71"Apa maksudmu maling? Suamimu tidak mencintaimu dan memilih mencintaiku karena kau membosankan! Kau adalah wanita paling payah yang pernah dia temui dan dia menyesal menghabiskan bertahun-tahun hidupnya tinggal seatap denganmu!"Hinaan singkat Fiona pada Aruni rupanya berpengaruh besar. Seseorang yang mendapat tempat tidak akan membuat pengakuan secara paksa seperti yang Aruni lakukan. "Oh, ya? Apa itu yang Narendra katakan padamu? Pengkhianat itu .... Aku tidak peduli apapun yang dia katakan padamu, Aruni. Dia bahkan pulang menemuiku setelah mencumbumu. Selama beberapa waktu, kau hanya menjadi cadangan dan simpanan untuknya. Apa ini yang kau banggakan?"Fiona menampar telak Aruni dengan kata-katanya. Beruntung sekali dia bisa mengandalikan diri. Bercerai dengan Narendra membuat Fiona menyadari tidak ada yang bisa dia genggam jika sesuatu itu ingin pergi termasuk suaminya. Hati Fiona hancur. Bahkan lebur seperti kertas yang terenda
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 70"Kalau aku hanya ingin sekedar berkenalan dan pura-pura menerima, bukankah aku sama saja memberikan harapan pada wanita itu? Sedangkan aku tak ingin kehilangan Fiona untuk yang kedua kali." Batin Fahri berkecamuk. Bagian dalam dirinya meronta, memaksa mukulnya berkata tidak. Namun wajah memelas sang Mama membuat Fahri luluh. Bahkan hanya dengan dua buah tatapan bola mata bening itu, Fahri sudah meleleh dan langsung bertekuk lutut."Baiklah."Meski terpaksa, Fahri akhirnya memaksakan dirinya untuk mengikuti kemauan sang mama. Sebuah senyuman terukir di wajah wanita yang menjadi cinta pertamanya itu. Fahri merasa lega. Setidaknya dia tidak membuat mamanya sakit hati untuk saat ini. Fahri masuk ke dalam rumah diikuti sang Mama. Cantika masih duduk di posisinya. Wanita itu tampaknya tidak terganggu sama sekali dengan penolakan Fahri tadi. Ia bahkan memberikan senyum termanis pada Fahri yang sayangnya tidak membuat Fahri terpana."Duduk
KETIKA SELINGKUHAN SUAMIKU DATANG KE RUMAHKUPART 39"Ma–maafkan aku, Fi. Aku sama sekali tidak bermaksud membuat kamu tersinggung."Fahri merasa bersalah. Dia merutuk dirinya. Seharusnya dia dapat mengendalikan diri. Fiona memang cantik dan lembut. Pesonanya memang mampu membius kaum adam. Namun ini bukan saat yang tepat.Fahri hanya bisa menunggu kemarahn Fiona. Dia mendongak dan menemukan kalau Fiona tidak bereaksi seperti yang dia bayangkan. Dan detik kemudian, Fiona menggelengkan kepala sembari tersenyum."Aku tahu kamu bercanda, dan aku tidak tersinggung, Pak Pengacara," ucap Fiona.Fahri tertawa sumbang. Dia bersyukur karena Fiona menyelamatkan situasinya di detik terakhir. Sebuah gurauan membuat kecanggungan yang sempat tercipta mencair."Terima kasih sudah menjadi sosok yang pengertian." Fahri tidak bisa melepas wajah Fiona dalam cengkraman tatapannya. Dia seolah ingin mengunci Fiona dalam matanya dan mengurungnya di dalam sana agar setiap saat dia bisa melihat kecantikan ya