Share

Chapter 4

last update Last Updated: 2022-09-26 14:39:34

     Akhirnya Riana berhenti di tempat yang terlindung dari para pengunjung.

     "Apa maksudmu?" Tanya Melani.

     "Tadi kamu mau marah-marah kan?"

     "Aku tidak bisa sabar dan percakapan mereka."

     "Berulang kali ku bilang kamu harus sabar. Dia benar-benar menghianatimu jadi kamu harus membalas mereka tapi bukan dengan cara yang kasar. Balas perlakukan mereka dengan cantik." Riana memberi saran dengan suara pelan namun tegas.

     Melanie berusaha mengendalikan emosi yang menguasainya.

     Setelah merasa siap mereka kembali ke dalam. Tidak lama kemudian terlihatlah seorang laki-laki bermasker, namun Melanie tahu betul itu adalah Fernando. Ia bergandengan bersama wanita yang tadi ya panggil-panggil menuju ke arah parkiran mobil mereka.

     Dengan mengendap-endap Riana dan Melanie mengikuti mereka. Ternyata mereka menuju ke sebuah rumah. Tidak terlalu besar namun terkesan rapi dan bersih. 

     Dari dalam rumah terlihatlah seorang wanita paruh baya menyambut.

     Dari kejauhan Riana dan Melanie terus mengamati tingkah Fernando bersama orang-orang di rumah itu.

     Terlihat mereka sangat akrab. 

      "Oh jadi ini yang Fernando lakukan di belakangku... Bagus sekali... bagus. Berarti dia juga sudah mendekati keluarga perempuan itu. Baik Fernando, rupanya kau ingin bermain-main denganku. Mari aku ikuti kemauanmu." Geram Melanie mengepalkan tangan.

    "Riana aku harus pulang sekarang. Seperti yang kau dengar apa yang dikatakan Fernando tadi, dia akan pulang sore ini." Ujar Melani.

     "Apa kau akan melakukan hal bodoh padanya?" Tanya Riana.

     "Aku tidak bodoh Riana, aku tahu apa yang harus kulakukan untuknya." Jawab Melani.

     "Ingat Melani jangan gunakan emosimu untuk menghadapi pria seperti itu."

     "Ya aku tahu."

     

***

     Melanie sengaja bergegas pulang lebih cepat agar bisa mengimbangi kepulangan Fernando.

     Sebentar kemudian terdengarlah suara dering telepon. Melanie memeriksa. Rupanya panggilan itu berasal dari Fernando.

     Dengan menahan amarah yang menggebu-gebu, Melanie berusaha untuk terlihat seperti tidak terjadi apa-apa padanya. 

     Berhubung karena Fernando telah mengetahui bahwa foto dan namanya terpampang di daftar orang hilang, Melanie berusaha untuk berpura-pura.

     "Halo, Ma. Sore ini Papa pulang. Sebentar lagi sampai di rumah." Terdengar suara Fernando di seberang telepon.

    ."Benarkah? Papa pulang sore ini? Alhamdulillah papa ke mana aja sih?"

     Dalam hati Melani berkata,

     "Kau ajak aku bermain api, mari aku ikuti. Siapa takut." batin Melani dalam hati.

     Melanie tersenyum kecut.

     "selama ini kau bersandiwara kepadaku, Fernando! Akan kubalas sandiwaramu dengan sandiwara yang lebih mengejutkanmu nantinya." Kembali batin melani berkata.

     "Ya, Papa pulang sore ini."

     "Syukurlah, Pa. Alhamdulillah. Apa harus saya kabarin ke ibu ya?"

     "Tidak usah dikabarin. Mereka nggak apa-apa kok. Tidak usah kabari siapa-siapa."

     Melanie mengiyakan saja. Sebenarnya dari larangan Fernando untuk memberitahu ibunya sudah cukup membuat keheranan Melanie semakin menjadi. 

     Mengapa sepertinya Fernando menganggap seolah ketidakpulanganya bukanlah suatu masalah untuk orang tuanya?.

     Menyadari waktu yang tidak begitu banyak, Melanie sengaja memesan makanan siap saji.

     Sehingga ketika suaminya pulang makanan telah terhidang.

Seorang penipu sudah seharusnya dibalas dengan tipuan yang lebih menyakitkan. Permainan halus itu akan segera dimulai. Dan ini adalah awal yang pahit yang akan ditelan oleh Fernando.

     Jam menunjukkan hampir jam delapan malam ketika deru kendaraan memasuki pelarangan rumah.

     Dengan cepat, Melanie keluar untuk membukakan gerbang untuk suaminya.

     "Pa? Akhirnya kau pulang juga. Mama pikir ke mana. Berhari-hari pergi tanpa memberi kabar."

     Melanie menyambut suaminya dengan memasang ekspresi muka bahagia dan haru. Tentu saja itu hanyalah sebuah kamuflase saja.

     "Papa pasti pulang dong, Ma. Papa kan pergi untuk cari uang buat keluarga kita. Demi masa depan anak kita." Fernando berujar seolah bijaksana.

    Dalam hati Melani ingin mengumpat-umpat, bahwa sebenarnya bukan masa depan yang Fernando utamakan, melainkan perempuan yang dia sebut dengan nama Anggia tadi siang.

     Dengan kesabaran tinggi,  Melanie menyembunyikan kenyataan yang telah ia ketahui. 

     Seperti layaknya biasa, Melani tetap melayani Fernando sebaik-baiknya supaya lelaki itu tidak merasa curiga.

     "Pa, makan dulu yuk! Hidangan makan malam sudah siap." Ajak Melani.

     "Entar dulu mah. Mama ajak saja Arka makan duluan, sebentar lagi Papa nyusul."

 Jawab Fernando sembari jari-jemarinya masih sibuk memainkan ponsel.

     "Ayolah kita makan bareng, Pa. Arka kangen deh makan bareng sama papa." Arka bersungut-sungut.

     "Iya sayang bentar aja. Ntar pasti Papa nyusul. Arka sama Mama makan aja duluan ya, Nak," Fernando mengelus kepala arka.

     Akhirnya Melanie mengajak Arka menuju ke meja makan lebih dahulu. Getir memang, siapa yang tidak merasakan getir, tatkala suami yang beberapa hari  disibukkan dengan pekerjaan, ketika pulang tidak memberi perhatian kepada sang buah hati.

     Namun, akan lebih sakit lagi apabila bukanlah pekerjaan yang membuatnya sibuk, melainkan wanita lain yaitu calon istri barunya. 

     Tidak lama kemudian, Fernando menyusul. Namun raut mukanya nampak tidak tergiur dengan hidangan yang ada.

     Dengan cekatan Melanie mengambilkan piring untuk Fernando.

     "Tidak usah terlalu banyak ya, Ma. Papa lagi tidak selera makan."

     Melanie lalu menaruh nasi dan lauk sekedarnya saja.

     Tidak memerlukan waktu lama bagi Fernando untuk menghabiskan isi piringnya. Setelah usai, Fernando memperbaiki posisi duduknya.

     "Ma, ada yang ingin Papa tanyakan,"

     "Apa itu?"

     "Siapa yang yang melaporkan kalau papa hilang?"

     "Hmm..." Melani berdehem.

     "Ma, siapapun itu yang melaporkan besok harus segera mencabut laporan tersebut. Masa Papa capek kerja malah dibilang hilang."

     Melani bingung harus bagaimana menjelaskan pada Fernando.

     "Maafkan Mama, Pa. Sudah beberapa hari ini Mama mencari tahu kabar papa. Tapi Mama tidak mampu menemukan titik terang. Pihak keluarga sudah dihubungi namun mereka semua tidak tahu keberadaan Papa. Dan juga mama sudah menghubungi perusahaan. Pihak perusahaan pun tidak tahu keberadaan Papa di mana. Ditambah nomor ponsel Papa tidak pernah aktif lagi. Papa tidak tahu bagaimana khawatir nya aku."

"Eh, Mama menghubungi pihak perusahaan? Terus, terus mereka bilang apa?" raut muka Fernando terlihat khawatir.

"Ya mereka bilang Papa emang nggak masuk kantor." jawab Melani pura-pura polos.

"Nggak ada yang lain yang mereka bilang?"

Melani menggeleng.

     Fernando menghela nafas panjang. Cukup lega.

     "Ma, lain kali kalo Papa terlibat urusan kerja, mama jangan terlalu khawatir! tidak perlu juga sampai melaporkan ke pihak berwajib segala, Ma. Kan akhirnya Papa jadi malu disorot-sorotin sama orang-orang. Lagian nomor Papa tidak aktif itu karena Papa sedang kerja. Seharusnya Mama maklumin."Ujar Fernando.

    "Tapi ponsel Papa tidak aktif  berhari-hari. Aku khawatir pa."  

     Baru saja ingin memberi tanggapan, ponsel dalam saku Fernando bergetar. Fernando langsung mengecek.

     "Udah dulu ya, Ma. Ini ada panggilan dari perusahaan. Ya sudah pokoknya besok kita sama-sama mencabut laporan itu." 

     Tanpa menoleh lagi, Fernando melangkah meninggalkan dapur, dengan ponsel di genggaman tangannya.

     "Pasti perempuan itu yang menelponnya." Tebak Melanie. 

     Melanie menguntit.

     Di sebuah sudut yang agak sunyi, terdengar suara Fernando berbicara lirih.

     "Nanti saja ya sayang teleponannya, nanti malam Mas telpon."

     Dugaan Melanie tidak salah. Iya tahu kesabaran tinggi harus disiapkan untuk membalas perbuatan Fernando.

     Sebelum Fernando mengetahui keberadaannya, Melanie bergegas kembali ke dapur.

     Melanie dengan cekatan membereskan meja makan. Hari belum begitu malam, Namun Fernando masih sibuk dengan ponsel di tangannya. 

     Memang biasanya seperti itu. Selama ini Fernando selalu berdalih memegang ponsel karena urusan pekerjaan. Namun, sekarang Melanie sudah mengetahui bahwa sebenarnya Fernando disibukkan dengan selingkuhannya di luar sana.

     Setelah semuanya selesai, Melanie segera mengajak Arka untuk tidur lebih cepat. Tidak seperti biasanya, karena malam ini ia akan memulai penyelidikan terhadap Fernando. Setidaknya ia harus mencari tahu apa yang akan dilakukan Fernando selanjutnya.

     Tidak perlu menunggu hingga 1 jam, Arka terlelap dalam tidurnya. Melanie bangkit untuk menemui suaminya yang masih selonjoran di sofa ruang keluarga.

     Layar televisi menyala, namun kedua mata Fernando tidaklah kesana. Melainkan fokus ke layar benda pipih di tangannya.

     Baru saja Melanie ingin menyapa, terlihat Fernando menempelkan ponsel di telinga. Melanie menghentikan langkahnya.

     "Halo, Sayang. Sabar dulu ya, ini mas sedang di rumah. Mas tidak bisa terus-terusan mengangkat telepon kamu, Sayang. Sebaiknya selagi Mas ada di rumah, kita jarangkan dulu komunikasi. Takutnya kalau kita keseringan kontek-kontekan, bisa membuat Melanie curiga. Tenang saja, nanti malam Mas pasti akan telepon kamu.  Tunggu si Melanie dan Arka tidur. Nunggu situasi aman tentunya. Bagaimana oke?"

     Melanie di buat geleng-geleng kepala dengan kelakuan Fernando. Sungguh selama ini Melanie telah tertipu jauh.

"Dasar bajingan! Berani bermain betina kamu, Fernando! Kamu akan menyesal!" ucap Melani dalam benaknya.

     Sebentar kemudian, terlihat Fernando menutup telepon dengan senyum-senyum. 

     Melanie menelan saliva, 

     "Perlu di akalin nih orang." Pikir Melanie.

     "Lelaki seperti ini harus diberi pelajaran secara perlahan. Tunggu kau Fernando." Melanie mengepalkan tangan.

Bersambung...

     

    

     

     

     

     

  

     

     

     

     

     .

     

     

     

     

     

     

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
terlalu banyak bacot dlm hati dan si melani merasa jumawa.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 5

    Dengan berpura-pura menguap, Melanie mendekati Fernando. "Pa, belum tidur?" Tegur Melanie. "Masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan, Ma." Melanie tahu bahwa Fernando sedang berbohong. Namun Melanie tetap memasang rona pura-pura tidak tahu. Berpura-pura dalam hal seperti ini memang bukan hal mudah. Tapi inilah hidup, terkadang tidak semua orang bisa dihadapi dengan kebaikan. Terkadang sebuah cara bulus patut untuk dilakukan terhadap manusia keji tak berakhlak. "Papa perlu istirahat, Pa. Papa pasti kecapean." "Tidak, Ma. Papa tidak kecapean kok. Mama tidur saja duluan." Jawab Melanie. "Mmm, Mama masih ingin ikutan duduk sambil nonton juga." Sahut Melanie. "Ma, kelihatannya mata Mama udah ngantuk berat. Mama tidur duluan ajah. Nanti Mama bisa sakit lho, kalau kurang tidur." Melanie tahu, anjuran Fernando hanya sebagai alasan supaya aktivitasnya tidak diganggu. "Barusan Papa nelpon siapa?" Tanya Melanie. Terlihat jelas wajah Fernan

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Bab 6

    Bab 6 Kembali Melanie memeriksa handphone Fernando dengan rinci. Na'as sekali Fernando hanya mengunci ponsel dengan gestur wajahnya. Rupanya sangat mudah untuk mengakses semua isi ponsel tersebut. Membuka galeri, satu persatu foto mereka Melanie temukan. "Astaga ya, Tuhan...! Foto ini. Begitu percaya diri kah Fernando berfoto dengan busana seperti ini? Tidak kusangka." Mata Melanie menatap nanar pada sebuah foto syur sepasang manusia yang belum di ikat oleh hubungan apapun. Melanie menggeleng-geleng kepala. Andainya saja Melani tidak bisa menahan emosi, sudah pasti saat itu juga kepala Fernando yang tengah tertidur lelap itu ia hantam. Namun, Melanie masih sadar ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan, ketimbang dengan mendamprat kepala lelaki bi*dab tersebut secara langsung dan membabi buta. Nasehat Riana berguna juga. Clink... Sebuah ide muncul di kepala. "Foto-foto ini akan berguna untuk ku." Cepat-cepat Melani segera menyalin file-f

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 7

    Melanie berucap di dalam hati, "Aku tidak yakin kalau pernikahanmu akan berjalan mulus, Fernando. Lihat saja, nanti akan ku permalukan dirimu habis-habisan. Sekarang nikmatilah saja perbuatanmu. Anggap saja kamu menang. Tapi ingat, itu hanya berlaku untuk saat ini, tidak untuk di masa yang akan datang, kau akan tahu akibat dari perbuatannya. Akan kubuat mukamu bersemu merah di hadapan setiap orang. Selamat menunggu balasan dari ku Fernando." Beberapa lama kemudian, penantian malam ini berakhir. Disampingnya Fernando nampak terlelap hingga mendengkur keras. Melanie bangkit dari tidurnya, mengambil kembali handphone, lalu menuju ke area yang aman dari Fernando. Setelah merasa cukup aman, dengan sigap Melanie menghubungi seseorang. Seseorang tersebut tidak lain adalah, seorang pengacara kepercayaan keluarganya. Yoga Anggara. Dia adalah seorang pengacara yang cukup cekatan dan mempunyai banyak pengalaman dibidang hukum, serta memiliki banyak teman dari kalangan

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 8

    "Oh ya, Pak Pengacara Anggara, setelah ini, saya masih banyak mengharapkan bantuan dari Anda. Karena waktu kita tidak banyak. Kali ini pun kita harus melakukannya dengan gerak cepat." Serius sekali Melanie berucap. "Seperti sebelum-sebelumnya saya akan berusaha untuk sekuat tenaga dan semampu saya Mbak Melanie." Jawaban Pengacara Yoga Anggara menenangkan hati Melanie. Melanie mempersilahkan Anggara untuk masuk. Cukup banyak perihal yang mereka bicarakan. Yang dipercakapkan di dalam obrolan mereka adalah menyangkut poin-poin penting. Yang sudah tentu untuk memuluskan misi yang akan Melanie jalani. *** Bel rumah berbunyi tatkala Melanie dan Arka sedang sarapan pagi di dapur. Hari ini adalah hari Minggu. Melanie berencana untuk mengajak Arka jalan-jalan sejenak, untuk melepas rasa jenuh. Penasaran dengan siapa yang datang Melanie mengayunkan kaki melangkah ke depan. Ternyata yang datang adalah sesosok perempuan yang selama ini tidak menyukainya, B

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 9

    Chapter 9 "Seharusnya ibu harus ingat, bagaimana Fernando bisa menduduki jabatan yang ia duduki saat ini? Ibu ingat? Fernando bisa berada di posisi itu karena rekomendasi dari kakak saya. Camkan itu Bu, jadi tidak usah lah ibu terlalu berbangga-bangga. Seandainya saja Fernando tidak melarangku untuk bekerja. Kedudukan yang lebih dari jabatan anak ibu bisa saya dapatkan. Ibu dengar?" Muka Bu Risa langsung merah padam, ucapan Melanie barusan sangat menamparnya. "Oh rupanya sekarang sudah berani sekali nih anak. Coba kau pikir Melanie meskipun anakku masuk ke perusahaan karena rekomendasi kakakmu, tapi jabatan yang ia dapat itu karena keahlian dan kepiawaiannya dalam bekerja. Jadi tidak usah sok kamu ya." "Tidak berterima kasih kamu, Melanie. Anakku susah payah banting tulang cari uang. Kamu hanya makan, minum, menikmati hasil. Sekarang berani melawan ibu sesuka suka hati. Sungguh akan ku laporkan kau sama Fernando. Agar kau tahu apa yang akan ia lakukan padamu karena

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 10

    Chapter 10 "Lihat saja, tinggal kau tunggu kehancuran Fernando dalam waktu yang tidak lama lagi." "Aku harus bersiap lebih cepat. Sebaiknya aku segera menghubungi pengacara Yoga Anggara. Akan ku jual rumah ini dalam waktu dekat. Lihat saja, seperti apa tindakan yang akan kulakukan selanjutnya, Bu Risa. Kan ku buat mata kalian terbelalak dengan kenyataan." Melanie mengepalkan tangan. Melanie meraih ponselnya dan menghubungi pengacara Yoga Anggara. "Selamat pagi, pengacara Anggara, bisa kita bertemu pagi ini." Tanpa basa-basi Meylanie langsung bicara. "Sepertinya bisa, Mbak." "Oh ya terima kasih kalau begitu. Ada hal penting yang kembali harus kita selesaikan. Waktunya terlalu mepet jadi gerak cepat sangat dibutuhkan." Ujar Melanie. "Oke, aku akan berusaha Mbak." "Terima kasih."*** "Untuk melancarkan penyelesaian semua ini, aku membutuhkan berkas-berkas yang bersangkutan." Ucap iya Pengacara Anggara "Lalu apa saja yang harus aku siapka

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 11

    Chapter 11 Di sebuah ruangan beberapa orang sedang bercanda ria. "Nak Fernando, sekarang sudah saatnya kita memikirkan di mana lokasi acara pernikahan kalian akan dilaksanakan. Dan soal undangan, telah ibu suruh seseorang untuk mengurusnya. Undangan kita tidak terlalu banyak, hanya beberapa saudara dan orang penting saja." Ucapan Bu Maya, ia adalah ibunda dari Anggia. "Namun meskipun begitu, acara harus tetap terlihat mewah dan berjalan meriah. oleh karena itu lokasi yang kita perlukan juga harus dipertimbangkan dengan baik. Bagaimanapun kita harus membuat para tamu undangan terkesima dengan kemewahan acara resepsi kalian." Sambung Bu Maya. "Soal tempat di mana kita akan melangsungkan resepsi, terserah ibu sama Anggia aja yang memilih. Saya menurut saja. Soal biaya, ibu tidak usah khawatir biar saya yang mengurus." Timpal Fernando. Jawaban yang dikemukakan oleh Fernando adalah sesuatu yang diharapkan Bu Maya sejak awal. "Bagaimana dengan istri tuamu itu F

    Last Updated : 2022-10-15
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 12

    Chapter 12 Terdengar suara deru mobil Fernando memasuki area rumah. Sebelumnya Melanie telah menyiapkan mental bajanya untuk menghadapi Fernando. Benar saja, begitu pintu dibuka bukanlah raut ramah tamah yang Fernando tunjukkan melainkan raut wajah yang menggambarkan emosi dan kemarahan. Sebelumnya, Melani sudah menduga bahwa hal itu akan terjadi. Fernando akan pulang dengan membawa emosi. "Melani sini kamu! Aku ingin bicara." Belum sempat Melanie menawarkan makan ataupun minum, Fernando telah mengeluarkan ucapan bernada dingin dan kaku. Seolah ia adalah raja, dan Melanie bagai hambanya. "Apa yang ingin dibicarakan? Apakah Papa tidak mau minum terlebih dahulu?" Tawar Melanie. "Tidak perlu, kedatanganku ke sini berkaitan dengan laporan ibu kemarin. Rasanya aku belum puas berbicara denganmu hanya lewat gagang telepon." Suara berat nan dingin itu meluncur dengan tanpa sedikitpun senyuman. Melanie menghela nafas panjang. "Maksudnya laporan ibu ya

    Last Updated : 2022-10-15

Latest chapter

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 26

    Chapter 26 "Bu, aku berangkat dulu," Pamit Fernando. "Ya, semoga lekas mendapatkan pekerjaan yang layak, Nak!" Bu Risa berucap dengan hati mengharap. "Amin, doain ajah, Bu. Aku sudah bosan mencari pekerjaan via online. Tidak pernah diterima. Mending kucari secara langsung saja" Fernando segera meraih tas hitam berisi beberapa berkas penting sebagai persyaratan untuk melamar kerja. Mobil Fernando melaju meninggalkan rumah. "Tidak kusangka hidupku akan berubah dalam waktu yang lebih cepat. Fernando, tenangkan hatimu. Kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dasar itu si Pak Surya, kesombongannya keterlaluan," Sepanjang perjalanan Fernando menggerutu. Setelah beberapa saat, Fernando mengarahkan mobilnya ke dalam suatu area perkantoran perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan. "Maaf Pak, ada maksud apa kemari ya?" Tanya satpam yang berjaga. "Kelihatannya Bapak bukan pegawai di sini?" Lanjut satp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 25

    Chapter 25 "Bagaimana Fernando? Apakah kau masih diterima di perusahaan itu?" Tanya Bu Risa. "Fernando akan cari pekerjaan di tempat lain aja Bu." Jawab Fernando. "Lhoo...? kok gitu?" Bu Risa mengernyitkan dahi. "Ya gitu aja Bu. Udah ah Fernando capek," Fernando melangkah ke tempat peristirahatan. tanpa mengganti pakaian kerja atau mandi terlebih dahulu, Fernando menghempaskan tubuhnya ke sofa. Terpuruk dalam pandangan yang menatap jauh ke luar jendela, dengan lamunan yang melanglang buana. Ditengah lamunannya. Bayangan Melanie kembali datang menyelip ke sela-sela hatinya. "Mengapa Melanie terlihat begitu cantik? Mengapa dulu tatkala ia masih bersamaku ia terlihat begitu lusuh? Setan apa yang menguasaiku sehingga kembali mengingat sosok Melanie?"*** Dari toilet, Melanie berjalan linglung. Kedua tangannya berpegangan pada dinding. Pemandangan itu membuat suaminya khawatir. "Kenapa, Ma?" Lelaki yang telah berpakaian rapi dengan paka

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 24

    Chapter 24 Fernando berlalu dari tempat pusat perbelanjaan itu dengan muka bersemu merah. Tapi ia masih merasa patut untuk bersyukur, untung tidak dijerat tuntutan hukum atas tindakan sembrononya tadi. Cuma sebatas diberi peringatan saja. "Rupanya Melanie sudah menikah? Ah lelaki yang tadi itu? Mengapa justru dia lebih tampan? Atau mereka hanya berpura-purasaja? Hanya ingin membuat hatiku panas?" tebak Fernando. Sebenarnya Fernando menuai rasa malu yang begitu besar akibat pertemuan dengan Melanie dan suami barunya yang sama sekali tidak terduga-duga. Ada rasa rendah diri, ada rasa kalah, ada juga rasa minder pada kenyataan itu. Namun, untuk mengakuinya secara langsung, rasa gengsilah yang menyiksa. Masih terbayang dengan amat jelas sosok lelaki yang merupakan suami Melanie tadi. Postur tubuh yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa dikatakan tampan dan gagah. Ditambah lagi dengan penampilan yang bisa dipastikan jika laki-laki itu cukup mapan. Semu

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 23

    Chapter 23 "Ini pasti ada sesuatu yang tidak beres," "Apa ada seseorang yang menyebar fitnah? Tapi siapa?" Fernando tidak habis pikir. "Ah sepertinya aku harus datang langsung ke kantor untuk mengecek video apa yang dimaksud mereka?" Fernando memasukkan ponsel ke dalam tas yang biasa menemaninya ke mana-mana. "Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Bu Risa. "Mau ke kantor." Jawab Fernando pendek. "Apa kamu sudah diterima bekerja kembali di sana?" "Entahlah." "Lhaa, kalau kamu masih belum tahu kenapa pergi ke kantor jam segini?" Fernando mulai geram dengan banyaknya rentetan pertanyaan dari mulut sang ibu. "Datang ke sana untuk bertanya Bu, kalau aku cuma diam dirumah saja mana tahu aku. Ah ibu terlalu cerewet. Bosan aku mendengarnya." Fernando menggerutu. Bu Risa geleng-geleng kepala melihat aksi Fernando. Mobil yang dikendarai oleh Fernando meluncur menuju ke perusahaan dimana selama ini ia bekerja. Di tengah perjalanan, Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 22

    "Aku ingin melihat dengan jelas jikalau rumah ini memang telah berubah kepemilikan menjadi milik Bapak," ucap Fernando. "Ya oke, tidak masalah. Tunggu di sini sebentar." Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Sepeninggal laki-laki itu terlihat Topan dan istrinya memandang tak suka kepada Fernando. "Kamu bagaimana, Fer? mau menipu atau ingin mempermainkan kami? Kok tiba-tiba masalahnya jadi ribet kayak gini?" Topan kesal. "Iya Mas. Kita udah lama nunggu. Udah capek-capek juga datang ke sini eh tahu-tahunya rumah yang jadi tujuan nggak jelas," timpal Mona. "Maaf, ini pasti cuma salah paham. Tidak mungkin Melanie berani menjual rumah ini tanpa sepengetahuanku." Ujar Fernando menenangkan. Tidak lama kemudian lelaki tadi kembali datang dengan menenteng map di tangannya. "Ini Pak, Bapak boleh lihat sertifikat asli rumah ini." Lelaki tersebut membuka map dan menyodorkan sebuah sertifikat yang jelas-jelas saja membuat Fernando terkejut. "Ya amp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 21

    Fernando sejenak mengabaikan pertanyaan Topan. Perhatiannya hanya terpaut pada lelaki asing yang kini ada di rumah itu. "Anda siapa, Pak?" Tanya Fernando. "Maaf sebelumnya, sepatutnya aku yang bertanya Anda yang siapa?" "Aku pemilik rumah ini? Lalu bapak ini?" Fernando menaikkan dagu. "Aku pindah sejak beberapa bulan yang lalu. Dan tentu saja aku pemilik baru di sini," Jawab laki-laki tersebut. "Apa iya? Tidak usah bicara ngawur! Sama siapa Bapak mendapatkan hak milik. Toh pemilik sah rumah ini adalah aku," timpal Fernando, "Hahaa... Sepertinya obrolan kamu agak kurang nyambung. Kok bisa mengaku-ngaku jadi pemilik rumah ini?" Lelaki asing tersebut nampak terkekeh lucu. Fernando mendadak merasa di rendahkan dengan ucapan lelaki yang sama sekali belum ia kenal tersebut. "Ngomong apa Anda ini? Atau bapak yang mengalami gangguan jiwa?" Balas Fernando. Mukanya mulai merah padam. Rupanya sifat mudah marah masih begitu melekat pada sosok Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 20

    chapter 20 Tidak tidak terasa ada setetes dua tetes buliran bening yang keluar dari sudut mata Fernando tanpa mampu untuk ia hentikan. Fernando membutuhkan waktu barang beberapa menit untuk menenangkan kembali hatinya. Sengaja mobil ia hentikan ke pinggiran jalan. Fernando meregangkan tangan berharap bisa mengembalikan rasa rileks. "Anggia, Anggia. Begitu teganya kau," kembali bayangan Anggia bersama laki-laki tampan dan gagah yang tadi bersamanya mengganggu pikiran Fernando. "Wanita itu...! Aaaaah... Uangku sudah banyak habis karenanya. Tapi sekarang dia meninggalkan aku demi laki-laki lain. Tidak ada otak." Untuk mengusir rasa jenuh nya Fernando memainkan ponsel Android, Melihat beranda beranda di beberapa fitur aplikasi media sosial. Matanya terpaku pada sebuah postingan. Postingan dari temannya sendiri. Sebuah postingan yang sedang mencari rumah sewa. Tiba-tiba Fernando memiliki ide. "Bagaimana kalau kukontrakan saja r

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 19

    chapter 19 Beberapa lama mendekam di jeruji besi, Fernando akhirnya keluar juga. "Syukurlah akhirnya kau terbebas dari penjara. Untuk sementara waktu tinggallah di rumah ibu. Tenangkan otakmu dulu." Saran Bu Risa. "Bagaimana kabar rumah Fernando,Bu? Adakah Ibu melihat-lihat?" "Rumahmu baik-baik saja. Tenang saja, kan si Melanie busuk itu sudah ku usir secara paksa dari sana. Ibu suruh dia angkat kaki dengan segera tanpa membawa apapun. Hahaa... Dia tidak akan menjadi pemusing kepalamu lagi," Bu Risa berujar bangga. "Habis dia gak sopan banget, gara-gara dia kamu mendekam dalam penjara. dia kira aku membiarkannya begitu saja untuk tetap tinggal di rumah yang kau beli dengan uang sendiri. terlalu kecil pikiran tuh anak." "Dia wanita sombong, berani menggugat cerai kamu." Bu Risa nampak bersungut-sungut. "Tidak usah peduliin dia, Bu! Syukurlah kalau dia sudah angkat kaki." Seru Fernando. "Ngomong-ngomong, kemana mereka pergi?" "Ibu nggak tah

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 18

    Chapter 18 Obrolan-obrolan tidak menentu, yang tentu saja mengundang bir*hi, mengiringi pergelutan mereka. Sampai tiba-tiba, Gedubrak... Dengan sangat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Beberapa orang berseragam di sana. Aktivitas Fernando dan Anggia terhenti seketika. Keduanya kaget bukan kepalang. Beragam pertanyaan diajukan oleh para petugas berseragam tersebut. Namun naas, mereka tidak bisa menunjukan kartu identitas hubungan suami istri mereka. Karena memang mereka tidak memilikinya. "Bawa dia ke kantor polisi!" Perintah seorang di antara mereka yang sepertinya adalah pemimpin penggerebekan itu. Keduanya dibawa ke kantor polisi fengan paksa.*** Bu Risa yang mendengar berita anaknya di gerebek karena tidur bersama wanita yang bukan istrinya di sebuah hotel, mendadak bingung. "Aku akan menebus anakku. Kami bisa malu kalau berita ini sampai tersebar kemana-mana.Tapi uang darimana ya?" Bu Risa berpikir. "Ah bukannya aku m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status