Share

Chapter 3

last update Last Updated: 2022-09-26 14:38:53

      

     Melanie dan Riana sedang membicarakan sesuatu. Melanie yang baru saja datang dengan rona muka berapi-api.

     "Riana, sekarang tolong antar aku ke lokasi dmana dua orang itu berada! Betul-betul akan kurobek mulut Fernando dan juga mulut wanita yang kegatalan itu. Pasti akan ku remas-remas muka si Fernando bangs*t itu. Dia telah membohongiku rupanya. Ayo Riana! Antar aku kesana! Atau tunjukkan lokasi mereka ...!"

     Melanie bicara berapi-api dengan muka marahnya yang khas.

     "Sabar, sabar dulu Melanie. Kamu tidak bisa mengambil langkah ceroboh dan terlalu gegabah."

     Riana berusaha menenangkan Melanie. Namun, amarah sepertinya masih mendominasi dan menguasai Melanie.

     "Tidak Riana! Perbuatan mereka tidak bisa dibiarkan. Sudah sepantasnya mulut mereka dihancurkan-leburkan."

     "Melanie, sabar dulu. Mari kita duduk dulu dan minum. Kamu mau minum apa? biar saya yang buatkan. Kebetulan Bibi saya sedang keluar."

     "Tidak, Riana! Aku tidak mau minta minum, tapi aku minta diantar ke lokasi mereka berdua berada. Aku ingin membuat mereka babak belur. Mereka tidak tahu siapa aku."

     Riana menghela nafas panjang. perlahan tangannya memegang bahu Melanie. Lalu dengan perlahan ia membimbing sahabatnya itu untuk duduk.

     "Melanie sayang, kalau sekiranya kamu berhasil membuat mereka berdua babak belur, apa yang akan kamu dapatkan?" Tanya Riana pelan-pelan.

     "Kalau aku berhasil membuat mereka babak belur, itu akan membuat hatiku senang." Jawab Melani mengepalkan tangan.

     "Itu hanya kesenangan sesaat. Mereka tidak akan diam, Melanie. Mereka akan melaporkan kamu ke pihak yang berwajib, dan kamu akan masuk penjara. Kalau kamu masuk penjara, anakmu bagaimana? Ingat Melani, kamu tidak sendirian. Kamu masih punya anak yang membutuhkan kasih sayangmu. Kamu juga masih memiliki orang tua yang sayang sama kamu."

     Mendengar penuturan Riana, Melanie terdiam. Apa yang diucapkan Riana memang ada benarnya. Namun, sepertinya emosi dan amarah masih saja menguasai hati.

     "Tapi, aku tidak bisa membiarkan mereka berduaan begitu saja, Riana. Aku tidak rela Fernando menghianati aku seperti ini. Mereka pasti berpacaran. Kalau tidak, mengapa sih harus berduaan ke hotel?"

     Kembali Melanie berujar dengan emosi yang menggebu-gebu. Riana sangat memaklumi sifat sahabatnya tersebut.

     "Itulah pentingnya kita selidiki dulu. Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Dan apa yang mereka lakukan? Setelah mengetahui duduk masalahnya, nanti baru kita bisa mengambil kesimpulan dan mencari jalan keluarnya."

     "Kau tahu Riana, aku tidak sesabar itu."

     "Ya, aku tahu, kamu bukan tipe wanita yang sesabar itu. Tapi berpikirlah lebih jauh kedepan, Melanie. Pikirkan anakmu! pikirkan masa depanmu! Seperti yang aku katakan tadi, apabila kau membuat mereka babak belur, lalu kau dimasukkan kedalam penjara, maka Fernando pasti akan semakin menjadi-jadi. Anakmu terbengkalai. Kamu mau terjadi hal seperti itu?"

     kedua kalinya perkataan Riana  membuat Melanie terdiam. Ia menggenggam jari-jemarinya, lalu sedikit mengetuk-ngetukkannya ke atas meja. 

     "Ya kamu benar, Riana. Aku memang terlalu ceroboh. Baik, sekarang apa sebaiknya yang harus aku lakukan."

     Riana tersenyum lega melihat sikap sahabatnya mulai bisa meredakan amarah.

     "Begini, gantilah pakaianmu. Jangan lupa masker dipakai, nanti kita akan menyelidiki mereka. Aku yakin mereka pasti masih berada di hotel yang sama."

     Setelah merasa cukup beristirahat dan bercengkrama. Mereka segera bersiap-siap. Mereka tidak melupakan alat penyadap suara dan juga kamera. 

     Merasa cukup siap, keduanya berjalan ke arah yang telah Riana tunjukkan. 

     Sasaran pertama mereka adalah restoran yang berada di depan hotel yang Riana maksud.

 Mereka mencari tahu, cukup lama keduanya menunggu. Penantian yang sempat membuat keduanya terlihat gerah dan hampir menyerah.

Untuk mengusir suasana kaku, Riana memesankan minuman dan makanan kesukaan Melanie. Seafood.

     Namun meskipun itu adalah makanan kesukaan Melani, terlihat Melani kurang menikmati makanan tersebut.

     "Mengapa kita belum juga mendapatkan tanda-tanda kehadiran Fernando dan perempuan itu, Riana?" Melanie bertanya-tanya.

     "Sabar dulu. Kemarin aku melihat mereka ada disini. Kita tunggu saja."

Namun, beberapa saat kemudian. Pandangan mereka terpaku pada sebuah mobil yang cukup Melanie kenali.

Melanie terkhenyak. Ternyata anggapan mereka benar. Ucapan Riana terbukti. Fernando berduaan bersama seorang wanita yang berparas cukup cantik. Bergandengan tangan baru saja keluar dari hotel tersebut.

     "Nah itu Fernando. Benar-benar dia, kan?"

     Riana terkesiap.

     "Ayo cepat kenakan maskermu! Jangan sampai mereka mengenali kita." Perintah Riana cepat.

     Secepat kilat Melanie menggunakan masker seperti yang Riana perintahkan.

     "Bagus mari kita ikuti mereka."

     Dengan menggunakan mobil Riana, mereka mengikuti arah gerak laju mobil merah metalik di depan yang menjadi target.

     "Kemana mereka kira-kira?" Melanie mulai kembali tak sabar.

     "Sabar dulu kita ikuti saja mereka dulu. Ingat, kalo kamu mau aku bantu, kamu tidak boleh emosi. Ikuti ajah dulu alurnya."" Riana memperingati.

    Setelah sekian lama menguntit, akhirnya mobil mereka berhenti di sebuah cafe.

    Riana lalu turut turun dan memarkirkan mobilnya juga. Perlahan kedua wanita tersebut mengikuti Fernando dan teman wanita di sampingnya. Sengaja Riana dan Melani mengambil tempat duduk di belakang dua orang tersebut.

     Tidak lupa Riana mengeluarkan sebuah alat penyadap suara lalu meletakkannya di kursi di mana dua orang incaran mereka berada.

    Terlihat Fernando mengenakan masker dengan rapi. 

     Lalu sedikit demi sedikit terdengarlah arah percakapan mereka.

     "Sayang, Bagaimanapun sore ini aku akan pulang." Terdengar suara Fernando.

     Aneh sekali Fernando berbicara tanpa melepaskan masker yang ia kenakan.

     "Tapi, Mas. Katanya mau beli cincin untuk pernikahan kita. Kok cepet amat pulangnya?" Terdengar protes dari perempuan yang ada di sampingnya.

Melanie mulai mengepalkan tangan. Melihat itu Riana menatap Melani lekat, sebagai peringatan untuk tidak terbakar emosi. Melani harus bersabar meski hatinya meronta.

     "Sayang, sabar dulu. Mas akan pulang sore ini, dan besok Mas akan kembali. Mas harus meluruskan keadaan di rumah. Lihat tadi kan foto dan nama Mas sudah terpampang di daftar orang hilang. Terus-terusan seperti ini malu dong mas ini dianggap orang hilang. Ujung-ujungnya  pergi kemana-mana harus pakai masker. Kalau tidak, mungkin mas udah dikerubungi sama banyak orang." Fernando menjawab.

     Perempuan di sampingnya diam dengan muka yang sengaja dibuat buat cemberut. 

     "Anggia sayang, calon istriku. Kita akan menikah dalam waktu yang tidak lama lagi. Mas janji, dalam waktu dekat,   Mas akan melamar langsung ke rumah orang tua kamu. Mas pulang hanya untuk mengajak seseorang yang melaporkan kalau Mas hilang itu, untuk mencabut laporannya. Setelah itu mas akan kembali ke sini. Mas janji."

     "Beneran?"

     "Iya beneran. Mas tidak akan bohong. Nanti Mas akan mengantarmu pulang terlebih dahulu. Pamit kepada kedua orang tuamu."

     "Baiklah kalau begitu." Jawab wanita yang bernama Anggia tersebut.

     Tiba-tiba saja Riana melihat Melanie bangkit dari tempat duduknya dengan mata yang memancarkan amarah. Kembali menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Riana segera menarik tangan Melani ke arah keluar.

    "Lepaskan aku, Riana!"

     "Tidak! ayo ikuti aku dulu! Bisa bahaya kalau terus-terusan begini."

     Akhirnya Riana berhenti di tempat yang terlindung dari para pengunjung.

     "Apa maksudmu?" Tanya Melani.

     "Tadi kamu mau marah-marah kan?"

     "Aku tidak bisa sabar dengan percakapan mereka."

   "Berulang kali kubilang, kamu harus sabar. Dia benar-benar menghianatimu, jadi kamu harus membalas mereka. Tapi bukan dengan cara mengumbar amarah. Balas perlakukan mereka dengan cantik, Mel! Buktikan kalau kamu bukan wanita yang bisa dipermainkan begitu saja."

Bersambung...

     

     

     

     

     

    

     

Related chapters

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 4

    Akhirnya Riana berhenti di tempat yang terlindung dari para pengunjung. "Apa maksudmu?" Tanya Melani. "Tadi kamu mau marah-marah kan?" "Aku tidak bisa sabar dan percakapan mereka." "Berulang kali ku bilang kamu harus sabar. Dia benar-benar menghianatimu jadi kamu harus membalas mereka tapi bukan dengan cara yang kasar. Balas perlakukan mereka dengan cantik." Riana memberi saran dengan suara pelan namun tegas. Melanie berusaha mengendalikan emosi yang menguasainya. Setelah merasa siap mereka kembali ke dalam. Tidak lama kemudian terlihatlah seorang laki-laki bermasker, namun Melanie tahu betul itu adalah Fernando. Ia bergandengan bersama wanita yang tadi ya panggil-panggil menuju ke arah parkiran mobil mereka. Dengan mengendap-endap Riana dan Melanie mengikuti mereka. Ternyata mereka menuju ke sebuah rumah. Tidak terlalu besar namun terkesan rapi dan bersih. Dari dalam rumah terlihatlah seorang wanita paruh baya menyambut. Dari kejauhan Rian

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 5

    Dengan berpura-pura menguap, Melanie mendekati Fernando. "Pa, belum tidur?" Tegur Melanie. "Masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan, Ma." Melanie tahu bahwa Fernando sedang berbohong. Namun Melanie tetap memasang rona pura-pura tidak tahu. Berpura-pura dalam hal seperti ini memang bukan hal mudah. Tapi inilah hidup, terkadang tidak semua orang bisa dihadapi dengan kebaikan. Terkadang sebuah cara bulus patut untuk dilakukan terhadap manusia keji tak berakhlak. "Papa perlu istirahat, Pa. Papa pasti kecapean." "Tidak, Ma. Papa tidak kecapean kok. Mama tidur saja duluan." Jawab Melanie. "Mmm, Mama masih ingin ikutan duduk sambil nonton juga." Sahut Melanie. "Ma, kelihatannya mata Mama udah ngantuk berat. Mama tidur duluan ajah. Nanti Mama bisa sakit lho, kalau kurang tidur." Melanie tahu, anjuran Fernando hanya sebagai alasan supaya aktivitasnya tidak diganggu. "Barusan Papa nelpon siapa?" Tanya Melanie. Terlihat jelas wajah Fernan

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Bab 6

    Bab 6 Kembali Melanie memeriksa handphone Fernando dengan rinci. Na'as sekali Fernando hanya mengunci ponsel dengan gestur wajahnya. Rupanya sangat mudah untuk mengakses semua isi ponsel tersebut. Membuka galeri, satu persatu foto mereka Melanie temukan. "Astaga ya, Tuhan...! Foto ini. Begitu percaya diri kah Fernando berfoto dengan busana seperti ini? Tidak kusangka." Mata Melanie menatap nanar pada sebuah foto syur sepasang manusia yang belum di ikat oleh hubungan apapun. Melanie menggeleng-geleng kepala. Andainya saja Melani tidak bisa menahan emosi, sudah pasti saat itu juga kepala Fernando yang tengah tertidur lelap itu ia hantam. Namun, Melanie masih sadar ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan, ketimbang dengan mendamprat kepala lelaki bi*dab tersebut secara langsung dan membabi buta. Nasehat Riana berguna juga. Clink... Sebuah ide muncul di kepala. "Foto-foto ini akan berguna untuk ku." Cepat-cepat Melani segera menyalin file-f

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 7

    Melanie berucap di dalam hati, "Aku tidak yakin kalau pernikahanmu akan berjalan mulus, Fernando. Lihat saja, nanti akan ku permalukan dirimu habis-habisan. Sekarang nikmatilah saja perbuatanmu. Anggap saja kamu menang. Tapi ingat, itu hanya berlaku untuk saat ini, tidak untuk di masa yang akan datang, kau akan tahu akibat dari perbuatannya. Akan kubuat mukamu bersemu merah di hadapan setiap orang. Selamat menunggu balasan dari ku Fernando." Beberapa lama kemudian, penantian malam ini berakhir. Disampingnya Fernando nampak terlelap hingga mendengkur keras. Melanie bangkit dari tidurnya, mengambil kembali handphone, lalu menuju ke area yang aman dari Fernando. Setelah merasa cukup aman, dengan sigap Melanie menghubungi seseorang. Seseorang tersebut tidak lain adalah, seorang pengacara kepercayaan keluarganya. Yoga Anggara. Dia adalah seorang pengacara yang cukup cekatan dan mempunyai banyak pengalaman dibidang hukum, serta memiliki banyak teman dari kalangan

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 8

    "Oh ya, Pak Pengacara Anggara, setelah ini, saya masih banyak mengharapkan bantuan dari Anda. Karena waktu kita tidak banyak. Kali ini pun kita harus melakukannya dengan gerak cepat." Serius sekali Melanie berucap. "Seperti sebelum-sebelumnya saya akan berusaha untuk sekuat tenaga dan semampu saya Mbak Melanie." Jawaban Pengacara Yoga Anggara menenangkan hati Melanie. Melanie mempersilahkan Anggara untuk masuk. Cukup banyak perihal yang mereka bicarakan. Yang dipercakapkan di dalam obrolan mereka adalah menyangkut poin-poin penting. Yang sudah tentu untuk memuluskan misi yang akan Melanie jalani. *** Bel rumah berbunyi tatkala Melanie dan Arka sedang sarapan pagi di dapur. Hari ini adalah hari Minggu. Melanie berencana untuk mengajak Arka jalan-jalan sejenak, untuk melepas rasa jenuh. Penasaran dengan siapa yang datang Melanie mengayunkan kaki melangkah ke depan. Ternyata yang datang adalah sesosok perempuan yang selama ini tidak menyukainya, B

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 9

    Chapter 9 "Seharusnya ibu harus ingat, bagaimana Fernando bisa menduduki jabatan yang ia duduki saat ini? Ibu ingat? Fernando bisa berada di posisi itu karena rekomendasi dari kakak saya. Camkan itu Bu, jadi tidak usah lah ibu terlalu berbangga-bangga. Seandainya saja Fernando tidak melarangku untuk bekerja. Kedudukan yang lebih dari jabatan anak ibu bisa saya dapatkan. Ibu dengar?" Muka Bu Risa langsung merah padam, ucapan Melanie barusan sangat menamparnya. "Oh rupanya sekarang sudah berani sekali nih anak. Coba kau pikir Melanie meskipun anakku masuk ke perusahaan karena rekomendasi kakakmu, tapi jabatan yang ia dapat itu karena keahlian dan kepiawaiannya dalam bekerja. Jadi tidak usah sok kamu ya." "Tidak berterima kasih kamu, Melanie. Anakku susah payah banting tulang cari uang. Kamu hanya makan, minum, menikmati hasil. Sekarang berani melawan ibu sesuka suka hati. Sungguh akan ku laporkan kau sama Fernando. Agar kau tahu apa yang akan ia lakukan padamu karena

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 10

    Chapter 10 "Lihat saja, tinggal kau tunggu kehancuran Fernando dalam waktu yang tidak lama lagi." "Aku harus bersiap lebih cepat. Sebaiknya aku segera menghubungi pengacara Yoga Anggara. Akan ku jual rumah ini dalam waktu dekat. Lihat saja, seperti apa tindakan yang akan kulakukan selanjutnya, Bu Risa. Kan ku buat mata kalian terbelalak dengan kenyataan." Melanie mengepalkan tangan. Melanie meraih ponselnya dan menghubungi pengacara Yoga Anggara. "Selamat pagi, pengacara Anggara, bisa kita bertemu pagi ini." Tanpa basa-basi Meylanie langsung bicara. "Sepertinya bisa, Mbak." "Oh ya terima kasih kalau begitu. Ada hal penting yang kembali harus kita selesaikan. Waktunya terlalu mepet jadi gerak cepat sangat dibutuhkan." Ujar Melanie. "Oke, aku akan berusaha Mbak." "Terima kasih."*** "Untuk melancarkan penyelesaian semua ini, aku membutuhkan berkas-berkas yang bersangkutan." Ucap iya Pengacara Anggara "Lalu apa saja yang harus aku siapka

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 11

    Chapter 11 Di sebuah ruangan beberapa orang sedang bercanda ria. "Nak Fernando, sekarang sudah saatnya kita memikirkan di mana lokasi acara pernikahan kalian akan dilaksanakan. Dan soal undangan, telah ibu suruh seseorang untuk mengurusnya. Undangan kita tidak terlalu banyak, hanya beberapa saudara dan orang penting saja." Ucapan Bu Maya, ia adalah ibunda dari Anggia. "Namun meskipun begitu, acara harus tetap terlihat mewah dan berjalan meriah. oleh karena itu lokasi yang kita perlukan juga harus dipertimbangkan dengan baik. Bagaimanapun kita harus membuat para tamu undangan terkesima dengan kemewahan acara resepsi kalian." Sambung Bu Maya. "Soal tempat di mana kita akan melangsungkan resepsi, terserah ibu sama Anggia aja yang memilih. Saya menurut saja. Soal biaya, ibu tidak usah khawatir biar saya yang mengurus." Timpal Fernando. Jawaban yang dikemukakan oleh Fernando adalah sesuatu yang diharapkan Bu Maya sejak awal. "Bagaimana dengan istri tuamu itu F

    Last Updated : 2022-10-15

Latest chapter

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 26

    Chapter 26 "Bu, aku berangkat dulu," Pamit Fernando. "Ya, semoga lekas mendapatkan pekerjaan yang layak, Nak!" Bu Risa berucap dengan hati mengharap. "Amin, doain ajah, Bu. Aku sudah bosan mencari pekerjaan via online. Tidak pernah diterima. Mending kucari secara langsung saja" Fernando segera meraih tas hitam berisi beberapa berkas penting sebagai persyaratan untuk melamar kerja. Mobil Fernando melaju meninggalkan rumah. "Tidak kusangka hidupku akan berubah dalam waktu yang lebih cepat. Fernando, tenangkan hatimu. Kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dasar itu si Pak Surya, kesombongannya keterlaluan," Sepanjang perjalanan Fernando menggerutu. Setelah beberapa saat, Fernando mengarahkan mobilnya ke dalam suatu area perkantoran perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan. "Maaf Pak, ada maksud apa kemari ya?" Tanya satpam yang berjaga. "Kelihatannya Bapak bukan pegawai di sini?" Lanjut satp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 25

    Chapter 25 "Bagaimana Fernando? Apakah kau masih diterima di perusahaan itu?" Tanya Bu Risa. "Fernando akan cari pekerjaan di tempat lain aja Bu." Jawab Fernando. "Lhoo...? kok gitu?" Bu Risa mengernyitkan dahi. "Ya gitu aja Bu. Udah ah Fernando capek," Fernando melangkah ke tempat peristirahatan. tanpa mengganti pakaian kerja atau mandi terlebih dahulu, Fernando menghempaskan tubuhnya ke sofa. Terpuruk dalam pandangan yang menatap jauh ke luar jendela, dengan lamunan yang melanglang buana. Ditengah lamunannya. Bayangan Melanie kembali datang menyelip ke sela-sela hatinya. "Mengapa Melanie terlihat begitu cantik? Mengapa dulu tatkala ia masih bersamaku ia terlihat begitu lusuh? Setan apa yang menguasaiku sehingga kembali mengingat sosok Melanie?"*** Dari toilet, Melanie berjalan linglung. Kedua tangannya berpegangan pada dinding. Pemandangan itu membuat suaminya khawatir. "Kenapa, Ma?" Lelaki yang telah berpakaian rapi dengan paka

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 24

    Chapter 24 Fernando berlalu dari tempat pusat perbelanjaan itu dengan muka bersemu merah. Tapi ia masih merasa patut untuk bersyukur, untung tidak dijerat tuntutan hukum atas tindakan sembrononya tadi. Cuma sebatas diberi peringatan saja. "Rupanya Melanie sudah menikah? Ah lelaki yang tadi itu? Mengapa justru dia lebih tampan? Atau mereka hanya berpura-purasaja? Hanya ingin membuat hatiku panas?" tebak Fernando. Sebenarnya Fernando menuai rasa malu yang begitu besar akibat pertemuan dengan Melanie dan suami barunya yang sama sekali tidak terduga-duga. Ada rasa rendah diri, ada rasa kalah, ada juga rasa minder pada kenyataan itu. Namun, untuk mengakuinya secara langsung, rasa gengsilah yang menyiksa. Masih terbayang dengan amat jelas sosok lelaki yang merupakan suami Melanie tadi. Postur tubuh yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa dikatakan tampan dan gagah. Ditambah lagi dengan penampilan yang bisa dipastikan jika laki-laki itu cukup mapan. Semu

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 23

    Chapter 23 "Ini pasti ada sesuatu yang tidak beres," "Apa ada seseorang yang menyebar fitnah? Tapi siapa?" Fernando tidak habis pikir. "Ah sepertinya aku harus datang langsung ke kantor untuk mengecek video apa yang dimaksud mereka?" Fernando memasukkan ponsel ke dalam tas yang biasa menemaninya ke mana-mana. "Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Bu Risa. "Mau ke kantor." Jawab Fernando pendek. "Apa kamu sudah diterima bekerja kembali di sana?" "Entahlah." "Lhaa, kalau kamu masih belum tahu kenapa pergi ke kantor jam segini?" Fernando mulai geram dengan banyaknya rentetan pertanyaan dari mulut sang ibu. "Datang ke sana untuk bertanya Bu, kalau aku cuma diam dirumah saja mana tahu aku. Ah ibu terlalu cerewet. Bosan aku mendengarnya." Fernando menggerutu. Bu Risa geleng-geleng kepala melihat aksi Fernando. Mobil yang dikendarai oleh Fernando meluncur menuju ke perusahaan dimana selama ini ia bekerja. Di tengah perjalanan, Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 22

    "Aku ingin melihat dengan jelas jikalau rumah ini memang telah berubah kepemilikan menjadi milik Bapak," ucap Fernando. "Ya oke, tidak masalah. Tunggu di sini sebentar." Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Sepeninggal laki-laki itu terlihat Topan dan istrinya memandang tak suka kepada Fernando. "Kamu bagaimana, Fer? mau menipu atau ingin mempermainkan kami? Kok tiba-tiba masalahnya jadi ribet kayak gini?" Topan kesal. "Iya Mas. Kita udah lama nunggu. Udah capek-capek juga datang ke sini eh tahu-tahunya rumah yang jadi tujuan nggak jelas," timpal Mona. "Maaf, ini pasti cuma salah paham. Tidak mungkin Melanie berani menjual rumah ini tanpa sepengetahuanku." Ujar Fernando menenangkan. Tidak lama kemudian lelaki tadi kembali datang dengan menenteng map di tangannya. "Ini Pak, Bapak boleh lihat sertifikat asli rumah ini." Lelaki tersebut membuka map dan menyodorkan sebuah sertifikat yang jelas-jelas saja membuat Fernando terkejut. "Ya amp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 21

    Fernando sejenak mengabaikan pertanyaan Topan. Perhatiannya hanya terpaut pada lelaki asing yang kini ada di rumah itu. "Anda siapa, Pak?" Tanya Fernando. "Maaf sebelumnya, sepatutnya aku yang bertanya Anda yang siapa?" "Aku pemilik rumah ini? Lalu bapak ini?" Fernando menaikkan dagu. "Aku pindah sejak beberapa bulan yang lalu. Dan tentu saja aku pemilik baru di sini," Jawab laki-laki tersebut. "Apa iya? Tidak usah bicara ngawur! Sama siapa Bapak mendapatkan hak milik. Toh pemilik sah rumah ini adalah aku," timpal Fernando, "Hahaa... Sepertinya obrolan kamu agak kurang nyambung. Kok bisa mengaku-ngaku jadi pemilik rumah ini?" Lelaki asing tersebut nampak terkekeh lucu. Fernando mendadak merasa di rendahkan dengan ucapan lelaki yang sama sekali belum ia kenal tersebut. "Ngomong apa Anda ini? Atau bapak yang mengalami gangguan jiwa?" Balas Fernando. Mukanya mulai merah padam. Rupanya sifat mudah marah masih begitu melekat pada sosok Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 20

    chapter 20 Tidak tidak terasa ada setetes dua tetes buliran bening yang keluar dari sudut mata Fernando tanpa mampu untuk ia hentikan. Fernando membutuhkan waktu barang beberapa menit untuk menenangkan kembali hatinya. Sengaja mobil ia hentikan ke pinggiran jalan. Fernando meregangkan tangan berharap bisa mengembalikan rasa rileks. "Anggia, Anggia. Begitu teganya kau," kembali bayangan Anggia bersama laki-laki tampan dan gagah yang tadi bersamanya mengganggu pikiran Fernando. "Wanita itu...! Aaaaah... Uangku sudah banyak habis karenanya. Tapi sekarang dia meninggalkan aku demi laki-laki lain. Tidak ada otak." Untuk mengusir rasa jenuh nya Fernando memainkan ponsel Android, Melihat beranda beranda di beberapa fitur aplikasi media sosial. Matanya terpaku pada sebuah postingan. Postingan dari temannya sendiri. Sebuah postingan yang sedang mencari rumah sewa. Tiba-tiba Fernando memiliki ide. "Bagaimana kalau kukontrakan saja r

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 19

    chapter 19 Beberapa lama mendekam di jeruji besi, Fernando akhirnya keluar juga. "Syukurlah akhirnya kau terbebas dari penjara. Untuk sementara waktu tinggallah di rumah ibu. Tenangkan otakmu dulu." Saran Bu Risa. "Bagaimana kabar rumah Fernando,Bu? Adakah Ibu melihat-lihat?" "Rumahmu baik-baik saja. Tenang saja, kan si Melanie busuk itu sudah ku usir secara paksa dari sana. Ibu suruh dia angkat kaki dengan segera tanpa membawa apapun. Hahaa... Dia tidak akan menjadi pemusing kepalamu lagi," Bu Risa berujar bangga. "Habis dia gak sopan banget, gara-gara dia kamu mendekam dalam penjara. dia kira aku membiarkannya begitu saja untuk tetap tinggal di rumah yang kau beli dengan uang sendiri. terlalu kecil pikiran tuh anak." "Dia wanita sombong, berani menggugat cerai kamu." Bu Risa nampak bersungut-sungut. "Tidak usah peduliin dia, Bu! Syukurlah kalau dia sudah angkat kaki." Seru Fernando. "Ngomong-ngomong, kemana mereka pergi?" "Ibu nggak tah

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 18

    Chapter 18 Obrolan-obrolan tidak menentu, yang tentu saja mengundang bir*hi, mengiringi pergelutan mereka. Sampai tiba-tiba, Gedubrak... Dengan sangat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Beberapa orang berseragam di sana. Aktivitas Fernando dan Anggia terhenti seketika. Keduanya kaget bukan kepalang. Beragam pertanyaan diajukan oleh para petugas berseragam tersebut. Namun naas, mereka tidak bisa menunjukan kartu identitas hubungan suami istri mereka. Karena memang mereka tidak memilikinya. "Bawa dia ke kantor polisi!" Perintah seorang di antara mereka yang sepertinya adalah pemimpin penggerebekan itu. Keduanya dibawa ke kantor polisi fengan paksa.*** Bu Risa yang mendengar berita anaknya di gerebek karena tidur bersama wanita yang bukan istrinya di sebuah hotel, mendadak bingung. "Aku akan menebus anakku. Kami bisa malu kalau berita ini sampai tersebar kemana-mana.Tapi uang darimana ya?" Bu Risa berpikir. "Ah bukannya aku m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status