Share

Chapter 2

last update Last Updated: 2022-09-26 14:38:09

     Beberapa hari yang lalu, di kediaman Fernando, Melanie istrinya merasa khawatir luar biasa.

    Hari telah menunjukkan pukul 3 sore. Ini adalah hari kesepuluh, setelah kepergian   Fernando keluar kota. Sudah lima hari yang lalu Fernando tidak memberi kabar.

     beberapa bulan belakangan Fernando memang sering tugas kerja ke luar kota. Namun kali ini kepergiannya cukup lama. biasanya Fernando memang sering tidak mengaktifkan ponselnya ketika sedang bekerja. 

     Namun, kali ini kepergiannya melewati jauh dari hari yang ia sebutkan. biasanya Fernando hanya tugas ke luar kota selama 6 hari saja ketika bertugas Fernando jarang memberikan kabar.

     Dan ini sudah memasuki 8 hari. Keadaan ini membuat Melanie bingung.

     "Kenapa ya Fernando tidak pernah memberikan kabar? ada apa dengan dia? Dulu dia bilang paling lama enam hari ini sudah sepuluh hari. Ya Tuhan selamatkan dia."

     "Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?"

     Melanie memandang Arka, bocah berumur  tujuh tahun yang baru saja menginjak bangku sekolah dasar. Anak itu sedang terlelap tidur. 

     "Baik, sepertinya aku harus menelepon pihak perusahaan untuk memastikan apakah mungkin pekerjaan yang membawa suamiku tidak pulang."

     Melanie mengambil ponsel dan mencari nomor pihak perusahaan yang sengaja ia simpan di ponselnya.

     "Halo selamat sore..."

     "Sore Mbak, ada yang bisa saya bantu oh ya ini dari siapa ya?" Jawaban dari ujung sana.

     "Halo, ini saya Melani istri dari Pak Fernando. Manajer bagian keuangan di perusahaan PT Indocement  Anggara."

     "Oh iya apa yang bisa kami bantu, Nyonya Fernando?"

     "Maaf, saya mau tanya, Fernando berpergian untuk urusan pekerjaan selama sepuluh hari yang lalu, apakah prosedur pekerjaan yang membuat suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     "Maaf prosedur pekerjaan dari perusahaan hanya 3 hari saja."

     "Lalu mengapa suami saya belum pulang sampai hari ini?"

     Pikiran Melanie mulai kemana-mana. Ada rasa ragu takut dan cemas. Ia menggenggam jari-jemarinya dan menggigit bibir. 

     "Maaf, selama beberapa hari ini PT Indocement Anggara telah meliburkan beberapa karyawan secara bergantian selama 2 minggu. Termasuk Pak Fernando. oh ya khusus untuk Pak Fernando ia telah menambah cuti selama 3 minggu. Karena katanya ada urusan mendadak,  dan ia telah mewakilkan kedudukannya pada orang lain."

     Duggh...

     "Libur? Lalu kemana Fernando pergi?"

     "Kapan libur itu dimulai Mbak?"

     "Tepatnya lima hari yang lalu. Bersamaan dengan itu pula Pak Fernando mengajukan cuti."

     "Oh ya, maaf kalau boleh tahu apakah Fernando memberi tahu mengapa ia mengambil cuti?"

     "Sudah dibilang sebelumnya, ia mengambil cuti karena beralasan ada masalah yang harus segera ia selesaikan dan itu sangat memerlukan dirinya."

     Melanie cemas luar biasa urusan apa yang suaminya maksud? Dan mengapa tidak menceritakan hal itu kepada istri sendiri.

     Melanie lalu sibuk menghubungi pihak keluarga suaminya, namun semua anggota keluarga mengaku tidak mengetahui keberadaan Fernando. 

     "Assalamualaikum, Bu. Apakah ada Fernando berkunjung ke rumah ibu?"

     "Tidak, Melanie. Mengapa memangnya?"

     "Fernando tidak pulang, Bu. Sudah beberapa hari nomornya tidak bisa dihubungi. Apa yang harus kita lakukan, Bu?"

     "Sabar dulu nanti akan Ibu cari tahu."

     Begitulah jawaban singkat dari mertua. Terdengar sangat enteng dengan ketidak pulangnya Fernando ke rumah.

       Ditambah dengan nomor handphone  yang tidak bisa dihubungi lagi, kecemasan  Melanie  semakin menjadi-jadi.

     Beberapa keluarga lain juga dihubungi dan di datangi ke rumahnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaan Fernando.

     Begitu juga dengan teman-temannya mengaku tidak mengetahui apapun soal Fernando. 

     Untuk memastikan, Melanie pergi langsung ke rumah ibu mertuanya. Namun jawaban dari wanita yang telah menua itu sangat tidak memuaskan.

     "Sudah Ibu bilang, dia tidak ada disini. Kenapa juga kamu bela-belain datang kemari. Nanti Ibu cari tahu sendiri soal di mana Fernando berada. Tidak usah bingung dan khawatir. Kamu diam aja di rumah."

     Begitulah Melanie selama beberapa hari mencari tahu keberadaan suaminya, namun tidak kunjung mendapatkan informasi yang pasti.

    Karena kecemasan yang luar biasa, Melanie dan orang tuanya segera mengajukan laporan ke kantor polisi, menyatakan kalau Fernando telah menghilang selama beberapa hari.

     Karena memang tidak mengetahui dan tidak menemukan jejak kemana Fernando pergi maka foto dan nama Fernando segera dimasukkan ke dalam pengumuman orang hilang. Termasuk di sana ciri-cirinya juga tertulis dengan jelas.

     Tidak lupa Melanie juga mengupdate status tentang menghilangnya Fernando yang secara misterius.

***

     Melanie sungguh berharap ada seseorang yang bisa mengetahui di mana keberadaan suaminya berada. beberapa hari ini juga butiknya tutup karena pikirannya terpaku pada Fernando yang tidak kunjung pulang.

    Drrrtt .. Drrtt... 

    Ponsel di atas meja berbunyi, dengan segera Melanie murai ponsel tersebut.

     "Riana? Mengapa dia tiba-tiba menelepon?" Gumam Melanie.

    "Halo Mel?"

    "Ya Riana, ini aku."

    "Mel, aku lihat status kamu mengatakan Fernando hilang?"

     "Iya, Riana. Aku benar-benar bingung sudah beberapa hari ini dia tidak pulang. Apa kamu pernah melihat keberadaannya? Aku benar-benar khawatir, Riana,"

     Melanie berharap Riana mengetahui titik terang akan keberadaan Fernando.

     "Melanie, apa kamu tidak tahu, barusan aku melihat Fernando bersama seorang wanita sedang memasuki kawasan hotel. Sstt... Kamu yang sabar dulu kita bicarakan ini baik-baik. Jangan terbawa emosi dulu."

     Melanie benar-benar seperti disambar petir. Dia terkejut luar biasa. Berita yang sangat sangat tidak ia harapkan.

     "Apa kamu tidak salah orang, Riana?"

     "Ya elah Melani, untuk apa saya membohongi kamu? Kamu itu teman saya sedari kecil? Kebetulan aku hari ini sedang berkunjung ke rumah bibiku. Tidak sengaja aku melihat suamimu bergandengan tangan dengan wanita yang bukan aku tidak tahu siapa. Yang pasti wanita itu cantik, Mel. Masih muda."

     Kembali Melanie seakan-akan tidak percaya.

     "Baik akan kukirimkan fotonya padamu, tadi aku sempat memotret mereka beberapa kali."

     Tidak lama kemudian sampailah potret-potret Fernando bersama seorang wanita yang tidak diketahui oleh Melanie. Sungguh itu adalah sesuatu yang tidak pernah Melanie bayangkan sebelumnya.

     "Siapa wanita itu, Riana?" Hati Melani mulai panas.

     "Nah inilah yang harus kita cari tahu," jawab Riana.

     "Begini Riana, aku boleh minta bantuanmu kan?" Tanya Melanie.

     "Boleh sekali. Tentu saja dengan senang hati aku akan membantumu."

     "Dimana kamu sekarang?"

     "Aku sedang berada di Bandung. Di mana sekarang Fernando dan gadis itu berada?"

     Melanie menggenggam jari-jemarinya geram. Jauh-jauh Fernando pergi rupanya ke Bandung menemui selingkuhan. Ya siapa lagi wanita itu kalau bukan selingkuhannya.

     "Aku akan pergi ke sana hari ini juga. Aku tidak bisa terlalu bersabar untuk menunggu Fernando pulang. Tolong kirimkan alamatnya." Geram Melanie.

     "Sabar Melanie, aku akan kirimkan alamatku padamu dan nanti kamu datang kesini baru kita selidiki mereka."

     "Oke..."

Bersambung...

     

     

Related chapters

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 3

    Melanie dan Riana sedang membicarakan sesuatu. Melanie yang baru saja datang dengan rona muka berapi-api. "Riana, sekarang tolong antar aku ke lokasi dmana dua orang itu berada! Betul-betul akan kurobek mulut Fernando dan juga mulut wanita yang kegatalan itu. Pasti akan ku remas-remas muka si Fernando bangs*t itu. Dia telah membohongiku rupanya. Ayo Riana! Antar aku kesana! Atau tunjukkan lokasi mereka ...!" Melanie bicara berapi-api dengan muka marahnya yang khas. "Sabar, sabar dulu Melanie. Kamu tidak bisa mengambil langkah ceroboh dan terlalu gegabah." Riana berusaha menenangkan Melanie. Namun, amarah sepertinya masih mendominasi dan menguasai Melanie. "Tidak Riana! Perbuatan mereka tidak bisa dibiarkan. Sudah sepantasnya mulut mereka dihancurkan-leburkan." "Melanie, sabar dulu. Mari kita duduk dulu dan minum. Kamu mau minum apa? biar saya yang buatkan. Kebetulan Bibi saya sedang keluar." "Tidak, Riana! Aku tidak mau minta minum, tapi aku minta dia

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 4

    Akhirnya Riana berhenti di tempat yang terlindung dari para pengunjung. "Apa maksudmu?" Tanya Melani. "Tadi kamu mau marah-marah kan?" "Aku tidak bisa sabar dan percakapan mereka." "Berulang kali ku bilang kamu harus sabar. Dia benar-benar menghianatimu jadi kamu harus membalas mereka tapi bukan dengan cara yang kasar. Balas perlakukan mereka dengan cantik." Riana memberi saran dengan suara pelan namun tegas. Melanie berusaha mengendalikan emosi yang menguasainya. Setelah merasa siap mereka kembali ke dalam. Tidak lama kemudian terlihatlah seorang laki-laki bermasker, namun Melanie tahu betul itu adalah Fernando. Ia bergandengan bersama wanita yang tadi ya panggil-panggil menuju ke arah parkiran mobil mereka. Dengan mengendap-endap Riana dan Melanie mengikuti mereka. Ternyata mereka menuju ke sebuah rumah. Tidak terlalu besar namun terkesan rapi dan bersih. Dari dalam rumah terlihatlah seorang wanita paruh baya menyambut. Dari kejauhan Rian

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 5

    Dengan berpura-pura menguap, Melanie mendekati Fernando. "Pa, belum tidur?" Tegur Melanie. "Masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan, Ma." Melanie tahu bahwa Fernando sedang berbohong. Namun Melanie tetap memasang rona pura-pura tidak tahu. Berpura-pura dalam hal seperti ini memang bukan hal mudah. Tapi inilah hidup, terkadang tidak semua orang bisa dihadapi dengan kebaikan. Terkadang sebuah cara bulus patut untuk dilakukan terhadap manusia keji tak berakhlak. "Papa perlu istirahat, Pa. Papa pasti kecapean." "Tidak, Ma. Papa tidak kecapean kok. Mama tidur saja duluan." Jawab Melanie. "Mmm, Mama masih ingin ikutan duduk sambil nonton juga." Sahut Melanie. "Ma, kelihatannya mata Mama udah ngantuk berat. Mama tidur duluan ajah. Nanti Mama bisa sakit lho, kalau kurang tidur." Melanie tahu, anjuran Fernando hanya sebagai alasan supaya aktivitasnya tidak diganggu. "Barusan Papa nelpon siapa?" Tanya Melanie. Terlihat jelas wajah Fernan

    Last Updated : 2022-09-26
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Bab 6

    Bab 6 Kembali Melanie memeriksa handphone Fernando dengan rinci. Na'as sekali Fernando hanya mengunci ponsel dengan gestur wajahnya. Rupanya sangat mudah untuk mengakses semua isi ponsel tersebut. Membuka galeri, satu persatu foto mereka Melanie temukan. "Astaga ya, Tuhan...! Foto ini. Begitu percaya diri kah Fernando berfoto dengan busana seperti ini? Tidak kusangka." Mata Melanie menatap nanar pada sebuah foto syur sepasang manusia yang belum di ikat oleh hubungan apapun. Melanie menggeleng-geleng kepala. Andainya saja Melani tidak bisa menahan emosi, sudah pasti saat itu juga kepala Fernando yang tengah tertidur lelap itu ia hantam. Namun, Melanie masih sadar ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan, ketimbang dengan mendamprat kepala lelaki bi*dab tersebut secara langsung dan membabi buta. Nasehat Riana berguna juga. Clink... Sebuah ide muncul di kepala. "Foto-foto ini akan berguna untuk ku." Cepat-cepat Melani segera menyalin file-f

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 7

    Melanie berucap di dalam hati, "Aku tidak yakin kalau pernikahanmu akan berjalan mulus, Fernando. Lihat saja, nanti akan ku permalukan dirimu habis-habisan. Sekarang nikmatilah saja perbuatanmu. Anggap saja kamu menang. Tapi ingat, itu hanya berlaku untuk saat ini, tidak untuk di masa yang akan datang, kau akan tahu akibat dari perbuatannya. Akan kubuat mukamu bersemu merah di hadapan setiap orang. Selamat menunggu balasan dari ku Fernando." Beberapa lama kemudian, penantian malam ini berakhir. Disampingnya Fernando nampak terlelap hingga mendengkur keras. Melanie bangkit dari tidurnya, mengambil kembali handphone, lalu menuju ke area yang aman dari Fernando. Setelah merasa cukup aman, dengan sigap Melanie menghubungi seseorang. Seseorang tersebut tidak lain adalah, seorang pengacara kepercayaan keluarganya. Yoga Anggara. Dia adalah seorang pengacara yang cukup cekatan dan mempunyai banyak pengalaman dibidang hukum, serta memiliki banyak teman dari kalangan

    Last Updated : 2022-10-12
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 8

    "Oh ya, Pak Pengacara Anggara, setelah ini, saya masih banyak mengharapkan bantuan dari Anda. Karena waktu kita tidak banyak. Kali ini pun kita harus melakukannya dengan gerak cepat." Serius sekali Melanie berucap. "Seperti sebelum-sebelumnya saya akan berusaha untuk sekuat tenaga dan semampu saya Mbak Melanie." Jawaban Pengacara Yoga Anggara menenangkan hati Melanie. Melanie mempersilahkan Anggara untuk masuk. Cukup banyak perihal yang mereka bicarakan. Yang dipercakapkan di dalam obrolan mereka adalah menyangkut poin-poin penting. Yang sudah tentu untuk memuluskan misi yang akan Melanie jalani. *** Bel rumah berbunyi tatkala Melanie dan Arka sedang sarapan pagi di dapur. Hari ini adalah hari Minggu. Melanie berencana untuk mengajak Arka jalan-jalan sejenak, untuk melepas rasa jenuh. Penasaran dengan siapa yang datang Melanie mengayunkan kaki melangkah ke depan. Ternyata yang datang adalah sesosok perempuan yang selama ini tidak menyukainya, B

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 9

    Chapter 9 "Seharusnya ibu harus ingat, bagaimana Fernando bisa menduduki jabatan yang ia duduki saat ini? Ibu ingat? Fernando bisa berada di posisi itu karena rekomendasi dari kakak saya. Camkan itu Bu, jadi tidak usah lah ibu terlalu berbangga-bangga. Seandainya saja Fernando tidak melarangku untuk bekerja. Kedudukan yang lebih dari jabatan anak ibu bisa saya dapatkan. Ibu dengar?" Muka Bu Risa langsung merah padam, ucapan Melanie barusan sangat menamparnya. "Oh rupanya sekarang sudah berani sekali nih anak. Coba kau pikir Melanie meskipun anakku masuk ke perusahaan karena rekomendasi kakakmu, tapi jabatan yang ia dapat itu karena keahlian dan kepiawaiannya dalam bekerja. Jadi tidak usah sok kamu ya." "Tidak berterima kasih kamu, Melanie. Anakku susah payah banting tulang cari uang. Kamu hanya makan, minum, menikmati hasil. Sekarang berani melawan ibu sesuka suka hati. Sungguh akan ku laporkan kau sama Fernando. Agar kau tahu apa yang akan ia lakukan padamu karena

    Last Updated : 2022-10-14
  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 10

    Chapter 10 "Lihat saja, tinggal kau tunggu kehancuran Fernando dalam waktu yang tidak lama lagi." "Aku harus bersiap lebih cepat. Sebaiknya aku segera menghubungi pengacara Yoga Anggara. Akan ku jual rumah ini dalam waktu dekat. Lihat saja, seperti apa tindakan yang akan kulakukan selanjutnya, Bu Risa. Kan ku buat mata kalian terbelalak dengan kenyataan." Melanie mengepalkan tangan. Melanie meraih ponselnya dan menghubungi pengacara Yoga Anggara. "Selamat pagi, pengacara Anggara, bisa kita bertemu pagi ini." Tanpa basa-basi Meylanie langsung bicara. "Sepertinya bisa, Mbak." "Oh ya terima kasih kalau begitu. Ada hal penting yang kembali harus kita selesaikan. Waktunya terlalu mepet jadi gerak cepat sangat dibutuhkan." Ujar Melanie. "Oke, aku akan berusaha Mbak." "Terima kasih."*** "Untuk melancarkan penyelesaian semua ini, aku membutuhkan berkas-berkas yang bersangkutan." Ucap iya Pengacara Anggara "Lalu apa saja yang harus aku siapka

    Last Updated : 2022-10-14

Latest chapter

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 26

    Chapter 26 "Bu, aku berangkat dulu," Pamit Fernando. "Ya, semoga lekas mendapatkan pekerjaan yang layak, Nak!" Bu Risa berucap dengan hati mengharap. "Amin, doain ajah, Bu. Aku sudah bosan mencari pekerjaan via online. Tidak pernah diterima. Mending kucari secara langsung saja" Fernando segera meraih tas hitam berisi beberapa berkas penting sebagai persyaratan untuk melamar kerja. Mobil Fernando melaju meninggalkan rumah. "Tidak kusangka hidupku akan berubah dalam waktu yang lebih cepat. Fernando, tenangkan hatimu. Kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dasar itu si Pak Surya, kesombongannya keterlaluan," Sepanjang perjalanan Fernando menggerutu. Setelah beberapa saat, Fernando mengarahkan mobilnya ke dalam suatu area perkantoran perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan. "Maaf Pak, ada maksud apa kemari ya?" Tanya satpam yang berjaga. "Kelihatannya Bapak bukan pegawai di sini?" Lanjut satp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 25

    Chapter 25 "Bagaimana Fernando? Apakah kau masih diterima di perusahaan itu?" Tanya Bu Risa. "Fernando akan cari pekerjaan di tempat lain aja Bu." Jawab Fernando. "Lhoo...? kok gitu?" Bu Risa mengernyitkan dahi. "Ya gitu aja Bu. Udah ah Fernando capek," Fernando melangkah ke tempat peristirahatan. tanpa mengganti pakaian kerja atau mandi terlebih dahulu, Fernando menghempaskan tubuhnya ke sofa. Terpuruk dalam pandangan yang menatap jauh ke luar jendela, dengan lamunan yang melanglang buana. Ditengah lamunannya. Bayangan Melanie kembali datang menyelip ke sela-sela hatinya. "Mengapa Melanie terlihat begitu cantik? Mengapa dulu tatkala ia masih bersamaku ia terlihat begitu lusuh? Setan apa yang menguasaiku sehingga kembali mengingat sosok Melanie?"*** Dari toilet, Melanie berjalan linglung. Kedua tangannya berpegangan pada dinding. Pemandangan itu membuat suaminya khawatir. "Kenapa, Ma?" Lelaki yang telah berpakaian rapi dengan paka

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 24

    Chapter 24 Fernando berlalu dari tempat pusat perbelanjaan itu dengan muka bersemu merah. Tapi ia masih merasa patut untuk bersyukur, untung tidak dijerat tuntutan hukum atas tindakan sembrononya tadi. Cuma sebatas diberi peringatan saja. "Rupanya Melanie sudah menikah? Ah lelaki yang tadi itu? Mengapa justru dia lebih tampan? Atau mereka hanya berpura-purasaja? Hanya ingin membuat hatiku panas?" tebak Fernando. Sebenarnya Fernando menuai rasa malu yang begitu besar akibat pertemuan dengan Melanie dan suami barunya yang sama sekali tidak terduga-duga. Ada rasa rendah diri, ada rasa kalah, ada juga rasa minder pada kenyataan itu. Namun, untuk mengakuinya secara langsung, rasa gengsilah yang menyiksa. Masih terbayang dengan amat jelas sosok lelaki yang merupakan suami Melanie tadi. Postur tubuh yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa dikatakan tampan dan gagah. Ditambah lagi dengan penampilan yang bisa dipastikan jika laki-laki itu cukup mapan. Semu

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 23

    Chapter 23 "Ini pasti ada sesuatu yang tidak beres," "Apa ada seseorang yang menyebar fitnah? Tapi siapa?" Fernando tidak habis pikir. "Ah sepertinya aku harus datang langsung ke kantor untuk mengecek video apa yang dimaksud mereka?" Fernando memasukkan ponsel ke dalam tas yang biasa menemaninya ke mana-mana. "Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Bu Risa. "Mau ke kantor." Jawab Fernando pendek. "Apa kamu sudah diterima bekerja kembali di sana?" "Entahlah." "Lhaa, kalau kamu masih belum tahu kenapa pergi ke kantor jam segini?" Fernando mulai geram dengan banyaknya rentetan pertanyaan dari mulut sang ibu. "Datang ke sana untuk bertanya Bu, kalau aku cuma diam dirumah saja mana tahu aku. Ah ibu terlalu cerewet. Bosan aku mendengarnya." Fernando menggerutu. Bu Risa geleng-geleng kepala melihat aksi Fernando. Mobil yang dikendarai oleh Fernando meluncur menuju ke perusahaan dimana selama ini ia bekerja. Di tengah perjalanan, Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 22

    "Aku ingin melihat dengan jelas jikalau rumah ini memang telah berubah kepemilikan menjadi milik Bapak," ucap Fernando. "Ya oke, tidak masalah. Tunggu di sini sebentar." Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Sepeninggal laki-laki itu terlihat Topan dan istrinya memandang tak suka kepada Fernando. "Kamu bagaimana, Fer? mau menipu atau ingin mempermainkan kami? Kok tiba-tiba masalahnya jadi ribet kayak gini?" Topan kesal. "Iya Mas. Kita udah lama nunggu. Udah capek-capek juga datang ke sini eh tahu-tahunya rumah yang jadi tujuan nggak jelas," timpal Mona. "Maaf, ini pasti cuma salah paham. Tidak mungkin Melanie berani menjual rumah ini tanpa sepengetahuanku." Ujar Fernando menenangkan. Tidak lama kemudian lelaki tadi kembali datang dengan menenteng map di tangannya. "Ini Pak, Bapak boleh lihat sertifikat asli rumah ini." Lelaki tersebut membuka map dan menyodorkan sebuah sertifikat yang jelas-jelas saja membuat Fernando terkejut. "Ya amp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 21

    Fernando sejenak mengabaikan pertanyaan Topan. Perhatiannya hanya terpaut pada lelaki asing yang kini ada di rumah itu. "Anda siapa, Pak?" Tanya Fernando. "Maaf sebelumnya, sepatutnya aku yang bertanya Anda yang siapa?" "Aku pemilik rumah ini? Lalu bapak ini?" Fernando menaikkan dagu. "Aku pindah sejak beberapa bulan yang lalu. Dan tentu saja aku pemilik baru di sini," Jawab laki-laki tersebut. "Apa iya? Tidak usah bicara ngawur! Sama siapa Bapak mendapatkan hak milik. Toh pemilik sah rumah ini adalah aku," timpal Fernando, "Hahaa... Sepertinya obrolan kamu agak kurang nyambung. Kok bisa mengaku-ngaku jadi pemilik rumah ini?" Lelaki asing tersebut nampak terkekeh lucu. Fernando mendadak merasa di rendahkan dengan ucapan lelaki yang sama sekali belum ia kenal tersebut. "Ngomong apa Anda ini? Atau bapak yang mengalami gangguan jiwa?" Balas Fernando. Mukanya mulai merah padam. Rupanya sifat mudah marah masih begitu melekat pada sosok Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 20

    chapter 20 Tidak tidak terasa ada setetes dua tetes buliran bening yang keluar dari sudut mata Fernando tanpa mampu untuk ia hentikan. Fernando membutuhkan waktu barang beberapa menit untuk menenangkan kembali hatinya. Sengaja mobil ia hentikan ke pinggiran jalan. Fernando meregangkan tangan berharap bisa mengembalikan rasa rileks. "Anggia, Anggia. Begitu teganya kau," kembali bayangan Anggia bersama laki-laki tampan dan gagah yang tadi bersamanya mengganggu pikiran Fernando. "Wanita itu...! Aaaaah... Uangku sudah banyak habis karenanya. Tapi sekarang dia meninggalkan aku demi laki-laki lain. Tidak ada otak." Untuk mengusir rasa jenuh nya Fernando memainkan ponsel Android, Melihat beranda beranda di beberapa fitur aplikasi media sosial. Matanya terpaku pada sebuah postingan. Postingan dari temannya sendiri. Sebuah postingan yang sedang mencari rumah sewa. Tiba-tiba Fernando memiliki ide. "Bagaimana kalau kukontrakan saja r

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   chapter 19

    chapter 19 Beberapa lama mendekam di jeruji besi, Fernando akhirnya keluar juga. "Syukurlah akhirnya kau terbebas dari penjara. Untuk sementara waktu tinggallah di rumah ibu. Tenangkan otakmu dulu." Saran Bu Risa. "Bagaimana kabar rumah Fernando,Bu? Adakah Ibu melihat-lihat?" "Rumahmu baik-baik saja. Tenang saja, kan si Melanie busuk itu sudah ku usir secara paksa dari sana. Ibu suruh dia angkat kaki dengan segera tanpa membawa apapun. Hahaa... Dia tidak akan menjadi pemusing kepalamu lagi," Bu Risa berujar bangga. "Habis dia gak sopan banget, gara-gara dia kamu mendekam dalam penjara. dia kira aku membiarkannya begitu saja untuk tetap tinggal di rumah yang kau beli dengan uang sendiri. terlalu kecil pikiran tuh anak." "Dia wanita sombong, berani menggugat cerai kamu." Bu Risa nampak bersungut-sungut. "Tidak usah peduliin dia, Bu! Syukurlah kalau dia sudah angkat kaki." Seru Fernando. "Ngomong-ngomong, kemana mereka pergi?" "Ibu nggak tah

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 18

    Chapter 18 Obrolan-obrolan tidak menentu, yang tentu saja mengundang bir*hi, mengiringi pergelutan mereka. Sampai tiba-tiba, Gedubrak... Dengan sangat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Beberapa orang berseragam di sana. Aktivitas Fernando dan Anggia terhenti seketika. Keduanya kaget bukan kepalang. Beragam pertanyaan diajukan oleh para petugas berseragam tersebut. Namun naas, mereka tidak bisa menunjukan kartu identitas hubungan suami istri mereka. Karena memang mereka tidak memilikinya. "Bawa dia ke kantor polisi!" Perintah seorang di antara mereka yang sepertinya adalah pemimpin penggerebekan itu. Keduanya dibawa ke kantor polisi fengan paksa.*** Bu Risa yang mendengar berita anaknya di gerebek karena tidur bersama wanita yang bukan istrinya di sebuah hotel, mendadak bingung. "Aku akan menebus anakku. Kami bisa malu kalau berita ini sampai tersebar kemana-mana.Tapi uang darimana ya?" Bu Risa berpikir. "Ah bukannya aku m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status