Adit telah mendapatkan info dari seseorang di kantor bahwa hari ini Noah datang bersamaan dengan Malik. Anak yang selama ini dikira sudah mati bersamaan dengan orang tua dan saudaranya ternyata masih hidup. Sepertinya, jika melirik dari kedatangan Malik, keluarga Setiawan diam-diam membesarkan Noah sendiri.
Tentu saja Adit senang mengetahui ada lagi anak dari sahabat lamanya yang hidup, tapi di lain sisi pun dia tak bisa tenang dengan kenyataan tersebut. Kenapa harus seorang Malik Dwi Setawan yang merawat anak tersebut?
Sudah menjadi kisah lama bahwa Kusuma menjadi rival yang kuat bagi Setiawan dan begitu juga sebaliknya. Kedua keluarga itu tak bisa harmonis hingga keturunan saat ini--jelas sekarang pun Raden masih tak menyukai Malik meski menikah dengan putrinya. Tak ada alasan bagi Malik untuk merawat Noah, terlebih membesarkan dengan uang yang tak sedikit. Lebih mudah bagi mereka untuk langsung membunuh Noah saat itu juga, tapi kenapa malah terjadi sebaliknya?
Kedatangan Noah yang bak baru saja bangkit dari kubur telah mengejutkan orang. Para pencari informasi terkini juga telah menjadikan kejadian tesebut sebagaiheadline dari berita-berita tersanter. Hanya orang-orang yang jarang mengikuti dunia bisnis yang tak mengetahui hal tersebut, salah satunya adalah Anna. Karena berita bisnis dianggap terlalu membosankan, dia hanya membuka ketika ingin tahu sesuatu mengenai pekerjaan Raden. Selain itu, dia tak akan membuka atau menilik satu berita pun. Di tempat kejadian langsung, para dewan komisaris yang terkumpul telah mendapatkan fotokopi ijazah pendidikan, riwayat pekerjaan, surat warisan, dan dokumen lain yang mendukung pernyataan darah Kusuma si tangan ajaib mengalir di dalamnya. Tidak kalah dengan Raden, Noah telah menjalani pendidikan di universitas luar negeri ternama. Gelar yang ia dapatkan tentu tak bisa diremehkan. Apalagi dia mendapatkan pekerjaan dan jabatan yang sangat baik meski tidak mengandalkan na
Sudah dua jam wanita itu terus mondar-mandir di lorong rumah. Dengan wajah khawatir yang enggan diperbaiki, dia memikirkan pokok pikiran yang sama melulu. Semua pekerja di rumah juga mengkhawatirkan Anna yang hanya memakan sarapan sedikit saja. Katanya, "Aku ingin menunggu suamiku pulang." Masalahnya, dia pun tahu Raden tak akan pulang lagi hari ini. Tetapi tetap saja, dia tak bisa berhenti mengkhawatirkan sang pria. Apalagi saat dia tahu dampak skandal yang diatur oleh orang tuanya sangat besar dan merugikan perusahaan Raden. "Apa dia sudah makan?" "Sekarang dia sedang ngapain, ya?" tutur Anna ke diri sendiri. Tentu dia tak akan mendapatkan jawaban. Kemudian ketika sekelebat pikiran lewat, tubuhnya membatu tanpa alasan. Ia sadari bahwa di sela-sela kekhawatiran, ternyata ada perasaan rindu dan kekosongan. Saat disadarkan dengan realita bahwa tiga minggu lebih berlalu tanpa kepulangan Raden ke rumah ini, hawa sekitar terasa lebih sejuk. Ah, bukan sejuk, tetap
Hati Anna berdegup kencang sejak Raden pulang. Dia buru-buru mengecek berita terbaru, apa yang sudah dia lewatkan sampai-sampai pria itu berubah menjadi sosok menyeramkan? "Kembalinya putra pertama Kusuma." Anna membaca judul berita dengan lantang, kemudian membaca isinya dengan seksama. Saat berita telah tiba di ujung, jari telunjukkan menekan keluar dan mencari berita lain. Dengan kata kunci apa pun, saat ini berita Kusuma selalu dikaitkan dengan kedatangan Noah. "Pantas saja dia marah...." Tanpa disadari, saking gugupnya, Anna menggigit bibir bawahnya. Dirinya terlalu ceroboh dan meremehkan orang tuanya. Tidak seharusnya dia berkata sang Ayah berbohong mengenai keberadaan Noah. Tentu sekarang Raden mengira dia berbohong untuk membuat pria itu semakin lengah. Namun, Anna tak bisa menerima begitu saja saat dia dibilang berteman dengan Noah. Apa-apaan itu? Dia tak pernah merasa berteman dengan pria. Bagaimana bisa orang yang tidak ia ketahui wujudnya
Tidak. Dia tidak boleh menyerah secepat ini. Anna punya hak untuk membela diri karena ia memang tidak bersalah. Jadi, setelah dua hari terhanyut dalam nasib yang tidak jelas, Anna membersihkan dan merawat diri lagi, kemudian keluar dari kamar dan berkata, "Tolong rapikan kamarku." Para pembantu di rumah itu mulai bertanya-tanya apa yang hendak Anna lakukan. Apalagi wajah wanita itu berseri-seri. Mungkinkah dia akan pergi ke luar, berbelanja, dan menghirup nafas segara untuk melupakan masalah yang akhir-akhir ini terus berdatangan? Namun perkiraan mereka ternyata salah. Anna hanya berhenti di ruang keluarga yang sangat luas. Ia duduk di sofa, menyalakan televisi namun dengan volume yang rendah, lalu merogoh ponsel keluar dari sakunya. Setelah itu, dia mulai sibuk sendiri dengan layar tersebut. Tidak lama, layar ponsel didekatkan ke telinganya. Sedang menghubungi seseorang yang ada di beda tempat. Dalam dering ke lima, orang yang ditelepon mengangkat. Dengan su
Kala matahari terbenam dan digantikan oleh terangnya bulan meski masih kalah dengan cahaya di kota-kota besar. Di salah satu gedung tinggi, ada tiga manusia yang berkumpul dalam satu ruang. "Kalian yakin malam ini kalian tidur di sini?" Salah satu orang yang ditanya masih asik bermain video gim di ponselnya sehingga si bungsu yang mengambil alih jawaban. "Iya." "Memangnya Ayah dan Ibu sudah mengijinkan?" tanya si tertua, Elisa, dengan resah. Sejak hari itu, di mana semua anak-anak Malik dan Masya mengamuk, Ariel dan Erik telah menjadikan apartemen Elisa sebagai rumah kedua mereka. Meski mereka sudah kembali pulang ke rumah dan tidak mungkin terus menerus tinggal di tempat Elisa, setidaknya jika mereka gerah atau ingin bersantai, apartemen Elisa menjadi pilihannya. Selain itu, kedua saudaranya juga tidak memberitahu mengenai nama atau alamat apartemen Elisa agar orang tua mereka tidak bisa membuntuti gerak-gerik ketiga bersaudara. "Iya. Tadi sih Ibu terlihat k
Kala suara tembakan peluru membuat satu lantai menjadi penuh kebisingan, mata Raden yang sedari tadi terus terpaku pada layar komputer langsung bergerak ke jendela, merasa telinganya baru saja mendengar sesuatu yang tidak begitu asing. "Apakah ini hanya perasaanku saja?" Mungkin karena akhir-akhir ini dia berpikir diamnya wanita itu menandakan dia akan berbuat macam-macam lagi, contohnya seperti menembak kepala sendiri, membuat Raden sedikit tidak tenang. Namun pemikiran itu berhasil ia alihkan ke hal lain yang lebih penting. Sebentar lagi mereka akan mengurus penceraian, untuk apa Raden memiliki rasa simpati pada wanita yang telah membohonginya? Tok! Tok! Pintunya terketuk dan seseorang masuk dengan sopan. Seperti biasa, sang sekretaris melaporkan sesuatu yang hendak disampaikan kepada CEO tersebut. "Bu Anna ada di sini dan ingin bertemu dengan Bapak." Raden mengangkat kepala meski wajahnya jelas tidak tertarik dengan itu. "Bukankah aku sudah berkata
"Bagaimana kabar Anna, huh? ... Kenapa? Apakah Anna tak pernah bilang padamu kalau aku dengannya adalah teman?" Sesuai perkiraan, Raden dibuat terbatu dengan ucapan itu. Untuk membuat situasi lebih memanas, Noah menambahkan beberapa hal lagi. “Asal kamu tahu, sebelum kamu mengenal Anna, aku sudah lebih lama mengenal dia. Dan, sejujurnya, aku sudah jatuh hati dengannya. Jadi, kuharap sehabis ini kamu mempertimbangkan ulang apakah masih mau menerima wanita yang telah mengkhianatimu dan mengembalikannya kepadaku. Dengan begitu, tidak ada yang harus sengsara di antara kita.” Mata Raden menegang mendengar pernyataan seperti itu. Apa-apaan ini? Bukankah ini adalah akal-akalan Noah untuk membuat hubungannya dengan Anna menjadi hancur? Karena sudah pernah mengalami situasi seperti ini dari Masya, ini bukan sesuatu yang asing. Alih-alih merasa kesal, justru dia mendecih dan menyeringai. "Tidak perlu membohongiku. Aku tidak akan terpancing dengan trik murahan ini."
Kata demi kata yang diucapkan secara terburu-buru, penuh emosi, dan tidak bisa dikendalikan telah melukai hati kecil Raden tanpa disadari. Kini mata wanita itu dipenuhi dengan rasa amarah yang sama besarnya. "Kenapa kamu tidak menyerah saja? Apa kamu tahu, jika kamu terus seperti ini, kamu justru melukai semua orang di sekitarmu karena keegoisan itu?" Kala hati Raden semakin lama membeku dengan kepalan tangan yang semakin mengeras, justru mata Anna mulai diselaputi oleh air mata dan berusaha membendung sebaik mungkin. Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Hanya ada tatapan mata yang saling beradu, udara yang panas meski pendingin sama sekali tidak rusak, dan dua manusia yang saling memikirkan pendapatnya sendiri di dalam otak. Raden menjadi orang pertama yang menghembuskan nafas bersamaan dengan tangan yang terkulai lemas, namun itu tidak menandakan pendiriannya goyah. Sama sekali keliru. "Seandainya semua memang bisa semudah itu. Tapi, kamu salah Anna. Perus
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi