Sebenarnya Raden tak perlu khawatir atau memiliki bayang-bayang jika Anna tak mau mengaku dia telah menikah, karena tanpa diminta pun Anna sudah melakukan itu. Terlebih tujuan Anna berpergian dengan temannya, Chandra, adalah karena pria itu sendiri.
"Jadi kamu ingin menghadiahkan sesuatu untuk suamimu?" tanya Chandra, mengulan sekaligus meringkas cerita Anna barusan. Kepala wanita itu terangguk membenarkan. Jari telunjuk lelaki tersebut mulai mengetuk-ngetuk meja kayu milik toko kopi. "Hm ... Selama ini hadiah apa yang sudah kamu kasih ke dia?"
Mata cokelat gelap itu bergetar ragu. Bagaimana dia menjawab pertanyaan yang tak punya jawaban seperti ini? Pasti aneh kalau dia berkata tidak pernah memberi hadiah padahal sudah menjalani pernikahan selama tiga tahun? Agar "Uh ... Itu...."
Agar tidak banyak waktu yang diulur, Chandra menanyakan hal lain yang masih berkaitan. "Bagaimana dengan jam tangan? Apa kamu pernah menghadiahkannya?"
"Oh! Itu belum pernah
Hari H. Karena ini kali pertama untuk dia menyiapkan sesuatu seperti ini, Anna tak berhenti merasa takut dan panik. Apakah ini sesuatu yang normal jika jantung tak henti berdegup kencang? "Tenang, Anna," ucapnya pada diri sendiri. Tak lama, dia mengecek ponsel yang setiap satu menit berlalu pasti dia buka. Tampilannya pun sama, tetap berisi isi percakapannya dengan Raden. Anna: Kamu akan pulang jam berapa? Raden:Sebentar lagiRaden:Ada apa? Anna:Tidak ada apa-apa. Tapi cepatlah pulang Raden:Hm, kamu semakin membuatku penasaran.Raden:Oke aku pulang sekarang Karena tak bisa melihat langsung, Raden tak tahu bahwa balasannya membuat Anna semakin senang. Padahal tadi pria itu masih berkata akan pulang sebentar lagi. Tapi karena is
Tak ada yang istimewa di hari ini, Raden tetap disibukkan dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan yang ada di kantor, sedang Anna menghabiskan waktu dengan Chandra, temannya. Berkat pria itu, Anna bisa menghalau perasaan bosan. Dengan pakaian kasual, sama dengan Chandra, orang lain akan mengira mereka adalah pasangan. Selain menemani berbelanja, mereka juga menghabiskan waktu di bioskop. "Katanya film ini sangat bagus. Tadi kamu lihat kan sudah banyak kursi yang terisi. Untung aja kita juga main cepat." "Aku memang tahu filmnya cukup laris, tapi aku enggak menyangka akan seramai ini," tambah Chandra. Ia melihat ke sekitarnya, lebih banyak orang yang datang daripada biasanya. "Apa kamu suka nonton?" tanya Anna, tak ambil pusing dengan sikap Chandra yang seperti sedang mencari sesuatu. "Tidak. Aku cukup jarang menonton. Omong-omong, bagaimana kalau kita keloungekafe?" Anna mengiyakan ajakan tersebut. Toh pintu bioskop akan dibuka kurang
Setelah beberapa hari Raden bekerja seperti orang tak kenal waktu, rapat sana sini, hanya berhenti untuk tidur dan makan, di hari yang damai, ada permintaan dadakan yang berasal dari Malik. Sang mertua meminta agar Raden mau meluangkan waktu untuk makan malam bersama. Untuk menghadapi permintaan tersebut, Raden berusaha untuk mendinginkan kepala dan mengiyakan tanpa melihat apa yang telah terjadi beberapa minggu lain. Mungkin saja Malik ingin memberitahu sesuatu yang penting. Di restoran yang dikenal cukup sulit melakukan reservasi ruang makan pribadi, di sana Malik mengajak makan Raden dengan uang pribadi. Apa yang ingin pria setengah baya itu katakan sampai-sampai melakukan sampai sebegininya? "Selamat malam," sapa Raden setelah pintu ruang terbuka. Ketika kakinya melangkah masuk ke dalam, ia segera memperhatikan seisi ruangan secara cepat. Ruang makan yang direservasi ini berbentuk persegi, mungkin karena hanya diisi oleh dua kursi saja. Ada pintu berjende
Sejak makan malam dengan Malik di hari itu, Raden berusaha untuk lebih berfokus pada perusahaan. Entah sudah berapa banyak laporan yang dia baca, rapat-rapat yang harus ia hadiri, perjalanan bisnis untuk merekatkan hubungan kerja sama, dan lain-lain dia lakukan demi mengembalikan kondisi dan reputasi perusahaan ke semula. Tidak terhitung berapa kali dia selalu mengirim pesan yang sama, semua hanya berisi teks singkat bahwa dia tak dapat pulang ke rumah. Jika Anna penasaran di mana Raden beristirahat untuk tidur dan membersihkan diri, maka jawabannya adalah apartemen yang jarak dengan kantor lebih dekat dibanding dari rumah. Laila pun sampai diperintahkan untuk mengambil setelan-setelan pakaian yang akan dibutuhkan untuk kantor dan rumah seandainya Raden belum juga pulang. Meski begitu, karena pria itu terlampau rajin mengirim pesan yang berulang-ulang meski telah mengambil pakaian, Anna sampai meminta agar Raden hanya memberitahu kapan dia akan pulang nantinya.
Adit telah mendapatkan info dari seseorang di kantor bahwa hari ini Noah datang bersamaan dengan Malik. Anak yang selama ini dikira sudah mati bersamaan dengan orang tua dan saudaranya ternyata masih hidup. Sepertinya, jika melirik dari kedatangan Malik, keluarga Setiawan diam-diam membesarkan Noah sendiri. Tentu saja Adit senang mengetahui ada lagi anak dari sahabat lamanya yang hidup, tapi di lain sisi pun dia tak bisa tenang dengan kenyataan tersebut. Kenapa harus seorang Malik Dwi Setawan yang merawat anak tersebut? Sudah menjadi kisah lama bahwa Kusuma menjadi rival yang kuat bagi Setiawan dan begitu juga sebaliknya. Kedua keluarga itu tak bisa harmonis hingga keturunan saat ini--jelas sekarang pun Raden masih tak menyukai Malik meski menikah dengan putrinya. Tak ada alasan bagi Malik untuk merawat Noah, terlebih membesarkan dengan uang yang tak sedikit. Lebih mudah bagi mereka untuk langsung membunuh Noah saat itu juga, tapi kenapa malah terjadi sebaliknya?
Kedatangan Noah yang bak baru saja bangkit dari kubur telah mengejutkan orang. Para pencari informasi terkini juga telah menjadikan kejadian tesebut sebagaiheadline dari berita-berita tersanter. Hanya orang-orang yang jarang mengikuti dunia bisnis yang tak mengetahui hal tersebut, salah satunya adalah Anna. Karena berita bisnis dianggap terlalu membosankan, dia hanya membuka ketika ingin tahu sesuatu mengenai pekerjaan Raden. Selain itu, dia tak akan membuka atau menilik satu berita pun. Di tempat kejadian langsung, para dewan komisaris yang terkumpul telah mendapatkan fotokopi ijazah pendidikan, riwayat pekerjaan, surat warisan, dan dokumen lain yang mendukung pernyataan darah Kusuma si tangan ajaib mengalir di dalamnya. Tidak kalah dengan Raden, Noah telah menjalani pendidikan di universitas luar negeri ternama. Gelar yang ia dapatkan tentu tak bisa diremehkan. Apalagi dia mendapatkan pekerjaan dan jabatan yang sangat baik meski tidak mengandalkan na
Sudah dua jam wanita itu terus mondar-mandir di lorong rumah. Dengan wajah khawatir yang enggan diperbaiki, dia memikirkan pokok pikiran yang sama melulu. Semua pekerja di rumah juga mengkhawatirkan Anna yang hanya memakan sarapan sedikit saja. Katanya, "Aku ingin menunggu suamiku pulang." Masalahnya, dia pun tahu Raden tak akan pulang lagi hari ini. Tetapi tetap saja, dia tak bisa berhenti mengkhawatirkan sang pria. Apalagi saat dia tahu dampak skandal yang diatur oleh orang tuanya sangat besar dan merugikan perusahaan Raden. "Apa dia sudah makan?" "Sekarang dia sedang ngapain, ya?" tutur Anna ke diri sendiri. Tentu dia tak akan mendapatkan jawaban. Kemudian ketika sekelebat pikiran lewat, tubuhnya membatu tanpa alasan. Ia sadari bahwa di sela-sela kekhawatiran, ternyata ada perasaan rindu dan kekosongan. Saat disadarkan dengan realita bahwa tiga minggu lebih berlalu tanpa kepulangan Raden ke rumah ini, hawa sekitar terasa lebih sejuk. Ah, bukan sejuk, tetap
Hati Anna berdegup kencang sejak Raden pulang. Dia buru-buru mengecek berita terbaru, apa yang sudah dia lewatkan sampai-sampai pria itu berubah menjadi sosok menyeramkan? "Kembalinya putra pertama Kusuma." Anna membaca judul berita dengan lantang, kemudian membaca isinya dengan seksama. Saat berita telah tiba di ujung, jari telunjukkan menekan keluar dan mencari berita lain. Dengan kata kunci apa pun, saat ini berita Kusuma selalu dikaitkan dengan kedatangan Noah. "Pantas saja dia marah...." Tanpa disadari, saking gugupnya, Anna menggigit bibir bawahnya. Dirinya terlalu ceroboh dan meremehkan orang tuanya. Tidak seharusnya dia berkata sang Ayah berbohong mengenai keberadaan Noah. Tentu sekarang Raden mengira dia berbohong untuk membuat pria itu semakin lengah. Namun, Anna tak bisa menerima begitu saja saat dia dibilang berteman dengan Noah. Apa-apaan itu? Dia tak pernah merasa berteman dengan pria. Bagaimana bisa orang yang tidak ia ketahui wujudnya