Setelah Raden menceritakan yang sebenar-benarnya kepada Adit, orang tua itu dapat memahami alasan pria itu menikahi Anna namun menyembunyikan wanita itu. "Pantas saja. Memang sejak awal, saat kamu menikahi seseorang bermarga Setiawan, Paman jadi ragu. Tapi baguslah kalau begitu. Ternyata istrimu adalah wanita yang baik. Paman harap kamu bisa membahagiakannya." Begitulah petuah singkat Paman Adit sebelum orang tua itu menambahkan sesuatu di akhir.
"Kata Paman Adit, entah kenapa kamu terasa cukup akab untuknya," lanjut Raden mengakhiri ceritanya pada Anna. Terus terang saja, di dalam lubuk hati Anna, perempuan itu merasa lega karena Adit mau menerima kehadirannya sebagai seorang Anna. Tentu saja dia mulai curiga saat Adit ingin berbicara dengan Raden berduaan, untung saja sang suami langsung menceritakan percakapan mereka berdua tanpa mengurangi sesuatu.
Mengenai perasaan akrab padahal tak pernah bertemu, Anna mengeluarkan tawa kecil. "Mungkin karena aku sudah pernah men
Sebenarnya Raden tak perlu khawatir atau memiliki bayang-bayang jika Anna tak mau mengaku dia telah menikah, karena tanpa diminta pun Anna sudah melakukan itu. Terlebih tujuan Anna berpergian dengan temannya, Chandra, adalah karena pria itu sendiri. "Jadi kamu ingin menghadiahkan sesuatu untuk suamimu?" tanya Chandra, mengulan sekaligus meringkas cerita Anna barusan. Kepala wanita itu terangguk membenarkan. Jari telunjuk lelaki tersebut mulai mengetuk-ngetuk meja kayu milik toko kopi. "Hm ... Selama ini hadiah apa yang sudah kamu kasih ke dia?" Mata cokelat gelap itu bergetar ragu. Bagaimana dia menjawab pertanyaan yang tak punya jawaban seperti ini? Pasti aneh kalau dia berkata tidak pernah memberi hadiah padahal sudah menjalani pernikahan selama tiga tahun? Agar "Uh ... Itu...." Agar tidak banyak waktu yang diulur, Chandra menanyakan hal lain yang masih berkaitan. "Bagaimana dengan jam tangan? Apa kamu pernah menghadiahkannya?" "Oh! Itu belum pernah
Hari H. Karena ini kali pertama untuk dia menyiapkan sesuatu seperti ini, Anna tak berhenti merasa takut dan panik. Apakah ini sesuatu yang normal jika jantung tak henti berdegup kencang? "Tenang, Anna," ucapnya pada diri sendiri. Tak lama, dia mengecek ponsel yang setiap satu menit berlalu pasti dia buka. Tampilannya pun sama, tetap berisi isi percakapannya dengan Raden. Anna: Kamu akan pulang jam berapa? Raden:Sebentar lagiRaden:Ada apa? Anna:Tidak ada apa-apa. Tapi cepatlah pulang Raden:Hm, kamu semakin membuatku penasaran.Raden:Oke aku pulang sekarang Karena tak bisa melihat langsung, Raden tak tahu bahwa balasannya membuat Anna semakin senang. Padahal tadi pria itu masih berkata akan pulang sebentar lagi. Tapi karena is
Tak ada yang istimewa di hari ini, Raden tetap disibukkan dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan yang ada di kantor, sedang Anna menghabiskan waktu dengan Chandra, temannya. Berkat pria itu, Anna bisa menghalau perasaan bosan. Dengan pakaian kasual, sama dengan Chandra, orang lain akan mengira mereka adalah pasangan. Selain menemani berbelanja, mereka juga menghabiskan waktu di bioskop. "Katanya film ini sangat bagus. Tadi kamu lihat kan sudah banyak kursi yang terisi. Untung aja kita juga main cepat." "Aku memang tahu filmnya cukup laris, tapi aku enggak menyangka akan seramai ini," tambah Chandra. Ia melihat ke sekitarnya, lebih banyak orang yang datang daripada biasanya. "Apa kamu suka nonton?" tanya Anna, tak ambil pusing dengan sikap Chandra yang seperti sedang mencari sesuatu. "Tidak. Aku cukup jarang menonton. Omong-omong, bagaimana kalau kita keloungekafe?" Anna mengiyakan ajakan tersebut. Toh pintu bioskop akan dibuka kurang
Setelah beberapa hari Raden bekerja seperti orang tak kenal waktu, rapat sana sini, hanya berhenti untuk tidur dan makan, di hari yang damai, ada permintaan dadakan yang berasal dari Malik. Sang mertua meminta agar Raden mau meluangkan waktu untuk makan malam bersama. Untuk menghadapi permintaan tersebut, Raden berusaha untuk mendinginkan kepala dan mengiyakan tanpa melihat apa yang telah terjadi beberapa minggu lain. Mungkin saja Malik ingin memberitahu sesuatu yang penting. Di restoran yang dikenal cukup sulit melakukan reservasi ruang makan pribadi, di sana Malik mengajak makan Raden dengan uang pribadi. Apa yang ingin pria setengah baya itu katakan sampai-sampai melakukan sampai sebegininya? "Selamat malam," sapa Raden setelah pintu ruang terbuka. Ketika kakinya melangkah masuk ke dalam, ia segera memperhatikan seisi ruangan secara cepat. Ruang makan yang direservasi ini berbentuk persegi, mungkin karena hanya diisi oleh dua kursi saja. Ada pintu berjende
Sejak makan malam dengan Malik di hari itu, Raden berusaha untuk lebih berfokus pada perusahaan. Entah sudah berapa banyak laporan yang dia baca, rapat-rapat yang harus ia hadiri, perjalanan bisnis untuk merekatkan hubungan kerja sama, dan lain-lain dia lakukan demi mengembalikan kondisi dan reputasi perusahaan ke semula. Tidak terhitung berapa kali dia selalu mengirim pesan yang sama, semua hanya berisi teks singkat bahwa dia tak dapat pulang ke rumah. Jika Anna penasaran di mana Raden beristirahat untuk tidur dan membersihkan diri, maka jawabannya adalah apartemen yang jarak dengan kantor lebih dekat dibanding dari rumah. Laila pun sampai diperintahkan untuk mengambil setelan-setelan pakaian yang akan dibutuhkan untuk kantor dan rumah seandainya Raden belum juga pulang. Meski begitu, karena pria itu terlampau rajin mengirim pesan yang berulang-ulang meski telah mengambil pakaian, Anna sampai meminta agar Raden hanya memberitahu kapan dia akan pulang nantinya.
Adit telah mendapatkan info dari seseorang di kantor bahwa hari ini Noah datang bersamaan dengan Malik. Anak yang selama ini dikira sudah mati bersamaan dengan orang tua dan saudaranya ternyata masih hidup. Sepertinya, jika melirik dari kedatangan Malik, keluarga Setiawan diam-diam membesarkan Noah sendiri. Tentu saja Adit senang mengetahui ada lagi anak dari sahabat lamanya yang hidup, tapi di lain sisi pun dia tak bisa tenang dengan kenyataan tersebut. Kenapa harus seorang Malik Dwi Setawan yang merawat anak tersebut? Sudah menjadi kisah lama bahwa Kusuma menjadi rival yang kuat bagi Setiawan dan begitu juga sebaliknya. Kedua keluarga itu tak bisa harmonis hingga keturunan saat ini--jelas sekarang pun Raden masih tak menyukai Malik meski menikah dengan putrinya. Tak ada alasan bagi Malik untuk merawat Noah, terlebih membesarkan dengan uang yang tak sedikit. Lebih mudah bagi mereka untuk langsung membunuh Noah saat itu juga, tapi kenapa malah terjadi sebaliknya?
Kedatangan Noah yang bak baru saja bangkit dari kubur telah mengejutkan orang. Para pencari informasi terkini juga telah menjadikan kejadian tesebut sebagaiheadline dari berita-berita tersanter. Hanya orang-orang yang jarang mengikuti dunia bisnis yang tak mengetahui hal tersebut, salah satunya adalah Anna. Karena berita bisnis dianggap terlalu membosankan, dia hanya membuka ketika ingin tahu sesuatu mengenai pekerjaan Raden. Selain itu, dia tak akan membuka atau menilik satu berita pun. Di tempat kejadian langsung, para dewan komisaris yang terkumpul telah mendapatkan fotokopi ijazah pendidikan, riwayat pekerjaan, surat warisan, dan dokumen lain yang mendukung pernyataan darah Kusuma si tangan ajaib mengalir di dalamnya. Tidak kalah dengan Raden, Noah telah menjalani pendidikan di universitas luar negeri ternama. Gelar yang ia dapatkan tentu tak bisa diremehkan. Apalagi dia mendapatkan pekerjaan dan jabatan yang sangat baik meski tidak mengandalkan na
Sudah dua jam wanita itu terus mondar-mandir di lorong rumah. Dengan wajah khawatir yang enggan diperbaiki, dia memikirkan pokok pikiran yang sama melulu. Semua pekerja di rumah juga mengkhawatirkan Anna yang hanya memakan sarapan sedikit saja. Katanya, "Aku ingin menunggu suamiku pulang." Masalahnya, dia pun tahu Raden tak akan pulang lagi hari ini. Tetapi tetap saja, dia tak bisa berhenti mengkhawatirkan sang pria. Apalagi saat dia tahu dampak skandal yang diatur oleh orang tuanya sangat besar dan merugikan perusahaan Raden. "Apa dia sudah makan?" "Sekarang dia sedang ngapain, ya?" tutur Anna ke diri sendiri. Tentu dia tak akan mendapatkan jawaban. Kemudian ketika sekelebat pikiran lewat, tubuhnya membatu tanpa alasan. Ia sadari bahwa di sela-sela kekhawatiran, ternyata ada perasaan rindu dan kekosongan. Saat disadarkan dengan realita bahwa tiga minggu lebih berlalu tanpa kepulangan Raden ke rumah ini, hawa sekitar terasa lebih sejuk. Ah, bukan sejuk, tetap
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi