Jam pulang kerja telah dimulai, satu persatu karyawan keluar dari gedung JP Corp dengan tertib. Tidak ada kerumunan karena terkadang masih ada yang lembur sehingga seisi gedung tidak keluar semua pada jam yang sama. Seperti halnya Isvara yang lebih suka pulang saat hari sudah menggelap. Saat ini
Ting … Tong … Bel berbunyi. “Bibi lihat dulu siapa yang ada di luar sana ya, Non.” Sang asisten rumah tangga pergi setelah mendapat anggukan kepala dari Isvara. Isvara memulai makan malamnya sendirian. “Ra.” Isvara nyaris tersedak mendengar suara bariton seksi itu. Dia menoleh dramatis dengan
“Kamu enggak boleh pecat Vina!” seru Cindya begitu suaminya membuka pintu kamar. Kedua alis Gaska terangkat menatap Cindya, jadi tuduhan terhadap Vina itu memang benar adanya. Perempuan itu yang memberitahu Cindya perihal hubungan Gaska dengan Isvara dan setelah mendapat teguran dari HRD sepertiny
“Kenapa Vina masih kerja di sini?” Bu Yustin masuk ke ruangan Gaska langsung melontarkan pertanyaan tersebut. Gaska mengembuskan nafas panjang. “Cindya minta aku enggak pecat Vina.” Gaska menjawab jujur. Tidak peduli bu Yustin akan menganggapnya suami takut istri. Dan benar saja, bu Yustin menatap
Gaska tertawa sumbang. “Enggak lah, tapi Wan … aku titip ya, hati Ara pernah hancir jadi tolong jangan kamu hancurkan dia juga.” Ucapan Gaska tersebut terdengar meremehkan di telinga Erwan sebab keburukan pria itu dengan para wanita sudah diketahui Gaska. Padahal Gaska sungguh-sungguh mengatakanny
Sengaja Gaska menjemput istrinya agar tidak terus overthinking kemudian tantrum menyeret Isvara dalam pertengkaran mereka. Isvara sudah cukup menderita jadi Gaska berpikir kalau sebaiknya dia bersikap baik dan hangat kepada Cindya guna menetralkan apa yang terjadi. Gaska memarkirkan mobilnya di de
Gaska menatap wajah Cindya yang tertidur pulas, di dalam rahim wanita itu ada calon anaknya yang sedang berjuang hidup. Coba tanya Gaska apakah pria itu senang mengetahui kalau dia akan menjadi ayah? Jawabannya biasa saja, mungkin karena anak itu akan lahir bukan dari rahim Isvara-wanita yang masi
Semua langsung menoleh pada Vina dengan tatapan menghakimi. Mereka semua berpikir pasti Vina biang kerok kerusuhan ini. “Dan karena itu aku enggak akan percaya kalau di antara kalian enggak terjadi apa-apa.” Cindya mengungkapkan alasan dari tuduhannya kepada Isvara. Gaska mengusap wajahnya kasar,