“Boleh, Pak … saya temani Pak Erwan makan malam.” Sebenarnya Isvara juga lapar, tadi dia dan klien terlalu asyik berbincang. Sebuah restoran fancy menjadi pilihan Erwan. Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam restoran dengan Erwan yang sibuk melinting lengan kemeja hingga sikut. “Ups! Sorry!
Isvara mengurai pelukan Erwan sembari membalikan badannya. “Pak, permisi ….” Isvara menundukan pandangan saat menarik langkah melewati Erwan. “Ra … aku serius.” Erwan menyusul Isvara ke mejanya. Isvara tersenyum tipis. “Saya udah selesai, Pak … Pak Erwan mau di sini dulu atau mau barengan sama sa
Isvara bersemangat pergi ke kantor beberapa hari ini karena tidak perlu menghadapi Gaska. Terkadang bertemu Gaska sering menyiksa batinnya selain merusak kinerja jantung Isvara yang jadi berdetak tidak menentu. Dan seperti biasa, Isvara selalu datang pagi tapi hari ini dia tidak langsung naik ke l
Sengaja Gaska menjemput Cindya ke kantornya tanpa pemberitahuan. Tadi pagi mereka belum terlibat pembicaraan semenjak malam kemarin tiba di Jakarta dari bulan madu singkat karena tiba-tiba Cindya mengamuk dan mendapat tamu bulanan. Gaska ingin memperbaiki hubungan dengan istrinya. Melihat Cindya
Gaska dan Cindya menunggu di ruang tunggu poli Obgyn setelah menyelesaikan administrasi. Ponsel Gaska tiba-tiba berbunyi pendek memberitahu ada satu pesan masuk. Otomatis perhatian Gaska teralihkan pada alat canggih dalam genggamannya. Cukup lama Gaska mematuti layar ponsel membuat Cindya cemburu
“Bro Gaska!” Erwan berseru dari tempatnya duduk saat melihat Gaska memasuki Caffe di mana dia dan teman-teman satu komunitasnya sedang berkumpul saat ini. “Pengantin baru cieeee ….” Salah satu teman mereka yang bernama Rafli menggoda Gaska yang baru muncul lagi setelah lama tidak bergabung bersama
Langkah Isvara berhenti di depan Erwan, raut wajahnya terlihat datar. Erwan memberikan buket bunga kepada Isvara yang terpaksa diterima oleh yang bersangkutan karena banyak pasang mata masih tertuju pada mereka. Isvara tidak ingin mempermalukan Erwan, meski tidak menyukai pria itu dalam hal asmara
“Pagi, Pak.” Isvara masuk setelah tadi mengetuk pintu ruangan Gaska. Gaska yang duduk di kursi kebesarannya di ujung ruangan lantas mendongakan kepala membuat tatapan mereka bersirobok. Jantung Isvara masih saja berdetak overacting setiap kali menatap netra indah milik Gaska. Isvara langsung menu