Sengaja Gaska menjemput Cindya ke kantornya tanpa pemberitahuan. Tadi pagi mereka belum terlibat pembicaraan semenjak malam kemarin tiba di Jakarta dari bulan madu singkat karena tiba-tiba Cindya mengamuk dan mendapat tamu bulanan. Gaska ingin memperbaiki hubungan dengan istrinya. Melihat Cindya
Gaska dan Cindya menunggu di ruang tunggu poli Obgyn setelah menyelesaikan administrasi. Ponsel Gaska tiba-tiba berbunyi pendek memberitahu ada satu pesan masuk. Otomatis perhatian Gaska teralihkan pada alat canggih dalam genggamannya. Cukup lama Gaska mematuti layar ponsel membuat Cindya cemburu
“Bro Gaska!” Erwan berseru dari tempatnya duduk saat melihat Gaska memasuki Caffe di mana dia dan teman-teman satu komunitasnya sedang berkumpul saat ini. “Pengantin baru cieeee ….” Salah satu teman mereka yang bernama Rafli menggoda Gaska yang baru muncul lagi setelah lama tidak bergabung bersama
Langkah Isvara berhenti di depan Erwan, raut wajahnya terlihat datar. Erwan memberikan buket bunga kepada Isvara yang terpaksa diterima oleh yang bersangkutan karena banyak pasang mata masih tertuju pada mereka. Isvara tidak ingin mempermalukan Erwan, meski tidak menyukai pria itu dalam hal asmara
“Pagi, Pak.” Isvara masuk setelah tadi mengetuk pintu ruangan Gaska. Gaska yang duduk di kursi kebesarannya di ujung ruangan lantas mendongakan kepala membuat tatapan mereka bersirobok. Jantung Isvara masih saja berdetak overacting setiap kali menatap netra indah milik Gaska. Isvara langsung menu
“Mobil kamu simpen di sini aja, nanti aku antar ke apartemen kamu dan besok aku anterin ke kantor.” Isvara tidak menanggapi ucapan Erwan, ekspresi wajahnya yang masam tidak bisa dikondisikan, masuk ke dalam mobil begitu saja. Dia kesal sekali, kepada Erwan, Cindya apalagi Gaska. “Ra … kamu marah
Isvara dan Gaska berjalan beriringan keluar dari gedung pemerintahan, mereka baru saja selesai melakukan presentasi di hadapan seorang Mentri dan jajarannya. Bukan hanya Gaska dan Isvara saja yang hadir dalam lelang proyek tersebit melainkan ditemani dua orang tim support yang salah satunya adalah
“Gaska,” panggil Cindya dari atas ranjang. “Hem?” sahut Gaska yang duduk di meja kerja di kamar Cindya sembari mematuti layar ponselnya. “Kamu lagi balas pesan Ara?” pancing Cindya sinis. “Iya.” Gaska menjawab singkat. Cindya turun dari atas ranjang, bergerak pelan-pelan ke belakang punggung Gas