Hubungan Adrian dengan Galih kian membaik. Mereka tidak kucing-kucingan lagi setiap ada acara keluarga karena sekarang Galih menghormati hak Adrian yang dianggap Isvara adalah papi kandungnya. Seperti hari ini, Galih dan Trisha bersama anak mereka datang pada acara Baby shower Baby Akram yang dise
“Enggak usah, Aruna … biar aja dia ikut acaranya.” Aruna mengangguk sambil tersenyum lalu beranjak pergi menghampiri suaminya yang berdiri di ambang pintu. “Ayo Mas.” Aruna mengambil alih handle pintu yang dipegang Adrian, dia menutup benda berbahan kayu tersebut. “Kamu enggak apa-apa ‘kan sayang
“Papiii … Mamiiii … kok pintunya dikunci? Baby Akram nangis, Mamiiiiii!” Isvara menggedor-gedor pintu kamar mami papinya memberitahu kalau baby Akram menangis karena lapar. “Mas cepetan,” kata Aruna yang kancing blousenya sudah terlepas semua akibat ulah Adrian. Adrian yang mengayun di atasnya mu
“Nan … boleh saya gendong Sheila?” “Boleh Bu.” Nanny-nya Sheila juga terlihat kelelahan. “Coba tanya Bu Trisha apa saya boleh menyusui Sheila?” Aruna harus meminta ijin karena Sheila bukan anaknya, siapa tahu Trisha dan Galih keberatan. Sang Nanny masuk ke dalam sebuah ruangan di tengah speedboa
“Mas!” Aruna menjerit dari dalam kamar mandi membuat Adrian yang tengah berpakaian untuk pergi ke kantor segera berlari memburunya. Dia mendorong pintu kamar mandi yang kebetulan tidak dikunci. “Sayang? Kenapa?!” Adrian berseru panik. “Aku hamil,” kata Aruna menyodorkan sebuah benda kecil berwarn
Akram sedang menikmati sinar matahari pagi yang hangat. “Apa sudah diperiksa ke dokter kandungan mengenai kehamilan, Ibu?” Nanny Ida bertanya. “Belum Nan, saya juga baru tahu tadi dari testpack … mungkin weekend ini kami akan ke dokter memeriksakannya.” Nanny Ida mengangguk sembari tersenyum. “Se
Ada yang berbeda dari gelagat Aruna semenjak Adrian sampai ke rumah sore ini. Senyum istrinya tidak setulus biasa, sorot matanya tampak penuh dengan beban pikiran dan Aruna menjadi pendiam. Untuk sementara Adrian tidak bertanya atau membahas apa yang terjadi dengan Aruna hari ini. Adrian membantu
Adrian memeluk Aruna yang kemudian menangis di dadanya. “Segitu mah belum apa-apa … kejam dari mananya? Kamu mengatakan fakta.” Adrian mengatakan pendapat yang sama dengan Isvara. “Aku menyesal mengatakan itu di depan Ara, aku jadi pengaruh buruk buat Ara … aku juga telah berbuat dosa sama kak Ri