Galih meminta Nanny Ida keluar dari kamar Isvara menggunakan isyarat tangan. Di kamarnya, Isvara sedang mengerjakan PR. Duduk di meja belajar mini yang pas dengan ukuran tubuhnya membelakangi pintu sehingga tidak menyadari kehadiran Galih. “Ara …,” panggil Galih lembut tapi mampu membuat Isvara t
Miss Diora mengerutkan keningnya. “Tapi tadi Isvara pamit katanya sudah dijemput omnya … biasanya memang omnya enggak pernah turun dari mobil, jadi Isvara akan ke parkiran untuk mencari tahu apakah mobil omnya sudah ada terus kalau sudah ada dia kembali ke kelas ambil tas dan pamit sama saya.” Miss
“Pa … Ara ilang, Pa … dia kabur dari sekolah!” Galih menghubungi papanya melalui sambungan telepon sambil mengemudi dan melongok ke kiri dan ke kanan mencari Isvara. Dia menyusuri jalan ke mana tadi Isvara pergi satu jam yang lalu dan entah sudah berada di mana Isvara sekarang. “Apa? Hilang giman
Aruna tidak berhenti menangis sambil mengemudikan kendaraannya menuju kantor Adrian. Suaminya sedang berada di tengah-tengah meeting saat tadi ia menghubungi dan mobil inventaris kantor yang biasa suaminya kendarai sedang diservice jadi Aruna harus menjemput Adrian sebelum rencananya nanti mereka a
“Sayang ….” Adrian mengesah, mengusap kepala Isvara lalu mengecup kepalanya dengan sering. Adrian lega selega leganya, nyaris menjatuhkan bokong di lantai halte tapi dia masih sadar kalau lantai itu kotor. Adrian langsung bangkit sambil menggendong Isvara. Dia kembali ke jalan tadi mencari Aruna
Rumah Adrian mendadak ramai, selain kedua orang tua Adrian—om Bagja juga datang ke sana untuk mengetahui kondisi Isvara. Galih yang terakhir datang, dia mencari terlalu jauh dan terjebak macet demo dalam perjalanan tadi. Isvara menyadari dirinya telah berbuat kesalahan fatal, dia bersembunyi di ba
Galih tercenung, dia juga teringat keluhan Trisha di rumah sakit tempo hari. Istrinya sudah mulai berpikir ingin membangun mahligai rumah tangga sungguhan dengannya namun kemudian terluka karena kehadiran Isvara. Ah, Galih jadi menyesal mengatakan sangat mencintai Tyas di depan seluruh keluarga te
“Om minta maaf ya sayang ….” Isvara mengangguk menanggapi. “Maafin Ara juga ya, Om … Ara ingin sama mami papi, boleh ya Om.” Isvara memohon sambil berlinang air mata. Sama halnya dengan Galih yang matanya telah basah. Dia mengangguk pelan. “Tapi boleh Om peluk Ara?” Galih merentangkan kedua tan