“Nanti aku bilang sama ketua POM-nya untuk masukin nomor hape kamu ke grup kelas biar aku bisa leave groupdan nanti ke depannya … kamu yang WA Miss Diora kalau ada apa-apa tentang Ara.” Adrian memberi tahu niatnya. “Jangan coba-coba,” kata Aruna mengancam. “Kenapa? Kamu ‘kan maminya Ara.” “Iyaaa
“Kamu boleh protes kok, kalau ada sikap aku yang bikin kamu enggak nyaman.” “Aku suka protes … tapi Mas enggak mau denger,” celetuk Aruna dengan mulut penuh makanan. Sekarang gantian Adrian yang tergelak. Adrian ingat kapan Aruna protes, kebanyakan ketika ia sedang menyentuhnya. “Bibir kamu prot
“Pak … kemarin ‘kan aku disuruh pak Adrian ke rumah sakit … anaknya pak Adrian dirawat di sana, terus di sana ada perempuan cantiiiiiiik banget lagi meluk anaknya pak Adrian … keliatan banget kalau mereka itu deket, aku pikir ‘kan itu istrinya ya tapi anehnya aku disuruh bawa pakaian perempuan itu k
Adrian juga membuka kancing lengan kemejanya lalu ia gulung hingga bawah sikut. Langkah pria itu kembali berhenti di depan pintu kamar Isvara yang setengah terbuka. Dia mengintip ke dalam. “Jadi Putri sama Pangerannya hidup bahagia selamanya?” Terdengar suara Isvara yang cempreng bertanya pada A
Mobil Aruna harus menginap di rumah Adrian karena pria itu memaksa mengantar Aruna pulang ke rumahnya. Salah satu alasan Aruna membiarkan Adrian mengantarnya pulang adalah karena besok hari Sabtu, Adrian bisa bangun siang dan tidak perlu pergi ke kantor. “Kata bi Atun, tadi mama sama papa datang?”
Hari sabtu siang, rumah Aruna diramaikan oleh kesibukan Irma dan Icha yang sedang memilih pakaian untuk Aruna bawa ke Bali. Padahal Aruna hanya mengabari akan pergi ke Bali untuk menemani Ara yang ikut sang papi Rapat Koordinasi dari kantornya. Tapi sepertinya otak Icha dan Irma sudah korslet sehi
Setelah berkendara sekitar setengah jam akhirnya mereka tiba di Bandara Husein Sastranegara. Pak Malik menurunkan tiga koper dari dalam bagasi. Mereka akan menghabiskan satu minggu penuh di Bali jadi pakaian yang dibawa memang cukup banyak. Adrian membawa dua koper besar berisi pakaiannya dan sat
Pasir basah melumat habis kaki Isvara hingga gadis kecil itu kesulitan bergerak. “Ya ampun sayang.” Alih-alih menegur, Aruna malah tertawa. “Buka dulu sepatunya.” Aruna berjongkok untuk mempermudah membuka sepatu Isvara menghiraukan ujung dressnya yang terkena pasir basah. Aruna baru berhasil mem