Adrian juga membuka kancing lengan kemejanya lalu ia gulung hingga bawah sikut. Langkah pria itu kembali berhenti di depan pintu kamar Isvara yang setengah terbuka. Dia mengintip ke dalam. “Jadi Putri sama Pangerannya hidup bahagia selamanya?” Terdengar suara Isvara yang cempreng bertanya pada A
Mobil Aruna harus menginap di rumah Adrian karena pria itu memaksa mengantar Aruna pulang ke rumahnya. Salah satu alasan Aruna membiarkan Adrian mengantarnya pulang adalah karena besok hari Sabtu, Adrian bisa bangun siang dan tidak perlu pergi ke kantor. “Kata bi Atun, tadi mama sama papa datang?”
Hari sabtu siang, rumah Aruna diramaikan oleh kesibukan Irma dan Icha yang sedang memilih pakaian untuk Aruna bawa ke Bali. Padahal Aruna hanya mengabari akan pergi ke Bali untuk menemani Ara yang ikut sang papi Rapat Koordinasi dari kantornya. Tapi sepertinya otak Icha dan Irma sudah korslet sehi
Setelah berkendara sekitar setengah jam akhirnya mereka tiba di Bandara Husein Sastranegara. Pak Malik menurunkan tiga koper dari dalam bagasi. Mereka akan menghabiskan satu minggu penuh di Bali jadi pakaian yang dibawa memang cukup banyak. Adrian membawa dua koper besar berisi pakaiannya dan sat
Pasir basah melumat habis kaki Isvara hingga gadis kecil itu kesulitan bergerak. “Ya ampun sayang.” Alih-alih menegur, Aruna malah tertawa. “Buka dulu sepatunya.” Aruna berjongkok untuk mempermudah membuka sepatu Isvara menghiraukan ujung dressnya yang terkena pasir basah. Aruna baru berhasil mem
“Pak Adrian.” Adrian, Aruna dan Isvara yang tengah makan malam kemudian menoleh. “Pak Alus.” Adrian balas menyapa. Dia berdiri untuk berjabat tangan dengan CEO pusat. “Bersama keluarga?” Pria itu bertanya. “Iya Pak, sekalian liburan … saya ambil cuti tiga hari.” Adrian menjawab. “Akhirnya Pak
Dia memakai daster piyama dengan banyak kancing. Dan daster piyama itu memudahkan tangan Adrian menyentuh paha Aruna, memberikan usapan lembut lalu merayap ke atas mengusap paha bagian dalamnya sampai ujung-ujung jari Adrian menyentuh bagian inti yang masih terbalut kain berenda. “Mas ….” Aruna me
Aruna melesakan wajahnya di dada Adrian, tubuhnya lemas sekali. Dia baru tahu kalau bercinta bisa semenggairahkan ini. Bukan berarti dengan Bian dia tidak merasakan gairah tapi bersama Adrian sangat berbeda. Adrian itu luar biasa, Aruna sampai kewalahan. Bila dulu Aruna pernah beberapa kali gigi