Share

Bab 33

Penulis: Senja Piana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Bagaimana ini Tya?"

"Sudahlah Mbak, jangan terlalu dipikirkan! Biarkan Mas Seno yang menanggung. Kalau aku boleh saran lepaskan saja Mas Seno, Mbak. Semenjak tahu mengenai perlakuan buruk Mas Seno, kepada Mbak Niken aku sudah tidak respect lagi kepadanya. Aku takut kalau Mas Seno akan menyakiti Mbak lagi."

"Aku sebetulnya juga sudah tidak ingin meneruskan hubungan ini dengan Mas Seno,Tya. Tapi, aku tidak tega dengan Hani. Aku tak tega jika Hani tahu Ibu dan Ayahnya sudah tidak bersama."

"Tapi coba pikirkan baik-baik, Mbak! Aku juga tidak memaksa. Aku soalnya sangat kepikiran jika Mbak Niken masih bertahan dengan Mas Seno. Coba bayangkan jika Hani tahu kalau selama ini Mbak Niken diperlakukan dengan kasar. Sampai sekarang pun Mbak Niken juga tidak beri nafkah."

"Iya Tya." Niken terlihat cemas ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya saat dia datang di rumah Bu Rahmi dia berencana akan menggugat cerai suaminya. Tapi saat setelah melihat anaknya dia kembali mengurung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 1

    [Klunting]Terdengar pesan dari aplikasi berwarna hijau di HP Hamid.Pesan itu dari istrinya, Ria. Dengan secepat kilat dia mengambil HPnya dan segera membaca pesan dari istrinya itu.Biasanya setiap akhir bulan Ria menanyakan jatah bulanannya, namun ini berbeda baru tengah bulan dia sudah menanyakan kepada Hamid, lantaran sisa uang bulanan yang Hamid berikan hanya separohnya saja, dan dia berjanji untuk memberikan sisanya hari ini.[Mas, hari ini jangan lupa transfer ya, SPP Fahmi sudah nunggak 3 bulan dan harus segera dilunasi. Kalau tidak dibayar nanti Fahmi tidak bisa ikut ujian sekolah.][Iya dek, aku usahakan hari ini uangnya aku transfer. Maafin mas ya dek, selama ini uang yang mas kirim belum bisa memenuhi semua kebutuhan kalian dan bahkan sering telat.][Iya mas, aku tunggu yaa!]Setelah membaca pesan dari istrinya tak terasa air mata Hamid menetes juga, rasa sedih berkecamuk di dalam hati Hamid. Dia merasa bers

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 2

    'Apakah dia sangat marah? biasanya semarah apapun, dia selalu memberi kabar kepadaku, tidak pernah seperti ini. Ya Allah, jaga Ria ya Allah, aku sangat khawatir kepadanya.'sejenak Hamid terdiam memikirkan Ria."Halo mas Hamid, mas... mas.. mas Hamid masih ada di sana kan?"---"Iya Tya, mas dengar.""Kelihatannya mas Hamid sangat khawatir, emang ada apa mas dengan kak Ria?""Mmmm... tidak apa-apa Tya, cuman mau tanya ke kak Ria, tadi kak Ria sudah pergi ke ATM apa belum. Karena tadi pagi kak Ria bilang ke mas katanya pergi ke ATM sekalian mau service HP, ke tempat Sari. Aku khawatir uangnya kurang."Jawab sekenanya Hamid supaya Tya tidak ikut khawatir.'Maaf ya Tya, mas Hamid terpaksa bohong ke kamu. Mas tidak ingin jika masalah ini sampai terdengar oleh ibu, ibu mertua.'"Oalah, iya mas. Mas Hamid tidak usah khawatir insya Allah kalau sama Kak Sari aman mas. Kak Sari dan kak Ria kan sudah kayak saudara se

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 3

    'Sudahlah Hamid jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin Ria sedang butuh waktu untuk sendiri, menghilangkan kekecewaannya padamu. Kalau hatinya sudah tenang pasti dia akan menghubungimu.' batin Hamid yang berusaha menjernihkan pikirannya.Sebetulnya dari awal Ria kurang setuju dengan langkah yang diambil Hamid, bekerja di posisi sekarang ini (sebagai kuli bangunan). Beberapa kali Ria dan Hamid beradu pendapat, bahkan sampai sekarang pun perdebatan itu masih sering terjadi.Ria menginginkan Hamid untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Namun, Hamid masih teguh dengan pendiriannya, bertahan sebagai kuli bangunan. Bukan karena Ria kurang bersyukur, namun mengingat biaya hidup dan sekolah anak yang tidaklah sedikit. Apalagi kalau sampai ibu Ria mengetahui Hamid sering memberi nafkah kurang. Masalah yang lebih besar akan menghampiri mereka, bahkan masalah itu bisa membuat rumah tangga mereka retak.Sebelumnya, saat usaha Hamid mulai terlihat kurang baik,

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 4

    Setelah selesai mengantarkan makanan ke rumah Fahmi, Tya langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah. Tya segera memarkirkan sepeda motornya di garasi dan bergegas masuk ke dalam rumah."Barusan ada tamu, Bu?" Ria mendapati Ibunya yang sedang membersihkan gelas dan merapikan meja."Iya, barusan pulang.""Tamunya sia...?" belum selesai berbicara. Pertanyaan Tya dipotong ibunya."Tya, kakakmu tadi ada di rumah gak?""Gak ada Bu. Kata Fahmi dia sedang pergi, lagi ada urusan.""Kemaren pas Hamid telfon dia servis HP, sekarang sedang ada perlu. Jangan-jangan benar apa yang dikatakan .....""Jangan-jangan apa Bu? barusan Ibu bilang apa? kalimat terakhir Tya gak dengar."" Enggak, Ibu gak bilang apa-apa. Disana ada Irsyad temannya Fahmi, kan? Irsyad itu tidur di sana, nemenin Fahmi, Ria sudah 3 hari ini tidak ada di rumah. Aku sudah tahu semua mengenai masalah Ria.""Memangnya kak Ria pergi kemana, Bu? yang ibu maksud

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 5

    Jam menunjukkan pukul 9:35 pagi. Ria sudah tiba di rumah. Kemudian dia membuka tasnya untuk mencari kunci. Kunci masih belum dia dapati, tiba-tiba Bik Murti datang dan menyodorkan bon belanjaan. Iya begitulah Bik Murti kalau berkaitan dengan uang langsung nomor satu."Mana uangnya, ayo bayar." Bentak Bik Murti dengan suara lantangnya.Seketika Ria mengambil dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang. Di sisi lain Bik Murti melihat isi dompet Ria dengan penasaran. Dia melihat beberapa lembar uang merah dan biru di dalam dompet Ria."Ini Bik uangnya." Ria memberikan uang berwarna merah sebanyak 4 lembar dan 1 lembar uang berwarna biru. "Hitung dulu Bik, takutnya kurang."Bik Murti dengan secepat kilat menyambar uang itu."Sudah pas." Sambil memasukkan uang dari Ria kedompetnya."Hasil jual d**i selama tiga hari, dapatmu banyak juga ya?""Astagfirullahhaladzim, apa yang Bik Murti bicarakan ini?.""Aku bicara ap

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 6

    'Alhamdulillah ya Allah, terimakasih sudah mengabulkan do'a hamba, sekarang hamba bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.' Ria tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Walau usianya sekarang sudah menginjak 35 tahun, dia masih bisa mendapatkan pekerjaan. Ini tidak lain adalah atas bantuan sahabatnya yaitu Sari orang yang sangat berjasa dalam hidupnya.Hari ini adalah hari pertama Ria bekerja sebagai kasir di rumah makan. Kali ini dia kebagian shift pagi."Bu, pagi-pagi kok sudah rapi, mau kemana?"Tanya Fahmi keheranan melihat ibunya sudah berpakaian rapi dan wajahnya kelihatan lebih cantik daripada biasanya."Kamu lupa ya? hari ini kan hari pertama ibu bekerja.""Oh iya, aku lupa.""Doakan ya nak, semoga kerjaan ibu lancar, bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Kita gak usah lagi telfon ke ayah minta jatah bulanan. Mau dikasih ya syukur gak dikasih pun kita tidak usah minta.""Iya Bu."Di tempat k

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 7

    'Atau jangan-jangan mas Seno mengetahui sesuatu tentang akun tersebut. Atau bahkan mungkin dia mengenalnya. Apa dia sengaja baru memberitahuku sekarang, karena dia takut kalau aku akan tersinggung. Tapi kenapa dia berani menjelek-jelekkan sepupunya sendiri kepada aku? aku kan suaminya.Yang jelas aku sangat yakin istriku bukan tipe orang seperti itu. Aku sudah melihat sendiri di aplikasi itu, Ria tidak menanggapi komentar akun [R. Ardiansyah] dan tidak berbalas pesan dengannya. Itu sudah cukup bagiku untuk mempercayai Ria. Menendengarkan mas Seno malah bikin pusing.' Batin Hamid setelah mentelaah cerita dari mas Seno.Hamid tidak mau ambil pusing dengan omongan mas Seno. Dia lebih percaya dengan istrinya. karena kesetiaannya sudah tidak usah diragukan lagi. Kalau memang istrinya itu suka main belakang, pasti sejak lama Hamid sudah berstatus du*a."Sudahlah mas, jangan bahas itu aku tidak mau memikirkan hal yang aneh-aneh. Sekarang sudah waktunya kerja mas. Aku d

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 8

    Tak lama kemudian Pak Cipto kembali masuk ke rumah makan dan mendatangi Ria. Dia memberikan sebuah amplop berwarna coklat dan disodorkan kepada Ria.Dengan membisikkan sesuatu kepadanya."Mbak Ria, sudah tahu kan apa yang harus mbk Ria lakukan!"Deg...Rasanya jantung Ria berhenti berdetak mendengar kata-kata dari Pak Cipto.Mulutnya diam membisu dengan seribu bahasa, dia tak bisa berbicara apa-apa, kaki dan tangan lemas sampai-sampai tidak bisa digerakkan.'Harusnya tadi aku segera pergi ke toilet, jika masalahnya akan menjadi seperti ini. Ya Allah apa yang harus hamba lakukan? hamba tidak bisa menerima uang yang seperti ini. Ya Allah tolong aku!'Setelah memberikan amplop itu, Pak Cipto bergegas pergi meninggalkan Ria yang sedang terpaku di tempatnya.Kemudian Ria meraih amplop itu dengan tangan bergetar.'Astagfirullah ini isinya uang. Dan pastinya ini jumlahnya tidaklah sedikit." Ria hanya meraba amplop tersebut ta

Bab terbaru

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 33

    "Bagaimana ini Tya?" "Sudahlah Mbak, jangan terlalu dipikirkan! Biarkan Mas Seno yang menanggung. Kalau aku boleh saran lepaskan saja Mas Seno, Mbak. Semenjak tahu mengenai perlakuan buruk Mas Seno, kepada Mbak Niken aku sudah tidak respect lagi kepadanya. Aku takut kalau Mas Seno akan menyakiti Mbak lagi." "Aku sebetulnya juga sudah tidak ingin meneruskan hubungan ini dengan Mas Seno,Tya. Tapi, aku tidak tega dengan Hani. Aku tak tega jika Hani tahu Ibu dan Ayahnya sudah tidak bersama." "Tapi coba pikirkan baik-baik, Mbak! Aku juga tidak memaksa. Aku soalnya sangat kepikiran jika Mbak Niken masih bertahan dengan Mas Seno. Coba bayangkan jika Hani tahu kalau selama ini Mbak Niken diperlakukan dengan kasar. Sampai sekarang pun Mbak Niken juga tidak beri nafkah." "Iya Tya." Niken terlihat cemas ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya saat dia datang di rumah Bu Rahmi dia berencana akan menggugat cerai suaminya. Tapi saat setelah melihat anaknya dia kembali mengurung

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 32

    "Mas Seno menghilang Dek." "Menghilang? Maksudnya bagaimana?" "Mas Seno membawa kabur upah para pekerja termasuk upahku juga dia bawa kabur." "Ya Allah kok bisa begitu Mas?" "Awalnya dia memberikan upah itu tidak utuh, katanya untuk tabungan gitu. Aku sempat curiga dan beberapa orang yang lain juga menolak. Tapi Mas Seno meyakinkan kami lagi, kalau ini peraturan dari pihak atasan jadi para pekerja diwajibkan. Itu terjadi selama empat bulan. Dan bulan kelima upah yang seharusnya kita terima belum dia berikan, katanya ada keterlambatan. Dari situlah akhirnya aku yakin kalau kecurigaan selama ini adalah benar." "Kemudian kami berembuk untuk menanyakan ke atasan untuk keterlambatan upah dan sistem tabungan yang disampaikan Mas Seno. Setelah kami bertemu dengan atasan, ternyata apa yang disampaikan Mas Seno itu hanya karangan dia saja, kita sudah ditipu. Setelah kebohongan Mas Seno terbongkar, dia pun pergi entah kemana. Kita cari-cari tidak ketemu. Kita mencoba menghubungi saja tidak

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 31

    "Kamu buka sendiri kalau sudah di rumah!" perintah Bu Martha."Baik Tante, Ria dan Mas Hamid pulang dulu."Kemudian mereka pulang berdua. Tak lupa mobil Ria, mereka kendarai."Mas, aku kok jadi penasaran dengan amplop coklat ini.""Sudahlah, nanti kalau sudah tiba di rumah langsung kamu buka," kata Hamid sambil tersenyum melihat perilaku istrinya itu."Tapi kita sekarang mau kemana, Mas?""Kita jalan-jalan dulu berdua, sudah lama kan, kita nggak pernah jalan berdua? Anggap saja kita lagi pacaran," kata Hamid sambil tersenyum. Tak lupa tangannya memegang tangan Ria, dengan lembut."Tapi, Mas. Aku pakai baju seperti ini. Malulah nanti kalau dilihatin orang-orang!""Tidak apa-apa, setelah ini kita mampir dulu beli baju.""Iya Mas."Mereka saling tersenyum bersama. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan kegiatan ini berdua, semenjak kebangkrutan Hamid. Jangankan jalan-jalan, buat makan sehari-hari saja mereka harus mengirit.Setelah selesai berbelanja baju untuk Ria, Hamid pergi ke temp

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 30

    "Seno sudah tahu tentang masalah ini belum, Niken?""Saya belum memberitahu kepada dia, Bu. Entahlah rasanya sekarang sudah tidak penting lagi untuk memberitahukan semua kejadian ini kepada mas Seno. Mas Seno sudah tidak perhatian lagi kepada kami. Makanya saya nekad untuk bekerja karena memang Mas Seno sudah tidak peduli.""Tidak peduli, apa maksud kamu, Niken?" tanya Bu Rahmi kaget."Selama ini Mas Seno sudah tidak memberi nafkah kami, Bu. Bahkan tak jarang dia melakukan kekerasan kepadaku.""Ya Allah..." Bu Rahmi bisa memahami apa yang di rasakan mbk Niken. Dia ikut bersedih mendengar pengakuan dari Niken."Kamu itu sudah aku anggap sebagai anak aku sendiri Niken, jika aku mendengar seperti rasanya hatiku teriris-iris, tidak ikhlas.""Kalau begitu kamu tinggal di sini aja, Niken! Kamu bisa bantu-bantu masak di sini. Apalagi sekarang usahaku mulai tumbuh sangat pesat, karena Tya sekarang juga memasarkannya di media sosial.""Tapi, aku sudah banyak menyusahkan keluarga Bu Rahmi. Apal

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 29

    "Siapa ya? kok kayak mbak Niken. Tapi itu dia naik mobilnya siapa?" Sesosok perempuan itu akhirnya sudah sampai di depan rumah pintu Bu Rahmi dan tak lama kemudian pintu itu berbunyi dengan suara ketokan yang sangat keras dan terburu-buru. Tya bergegas membuka pintu itu. Setelah pintu itu terbuka ternyata benar dia adalah mbak Niken. "Mbak Niken?" tanya Tya. Tya menemukan Niken yang memakai pakaian minim namun bagian dadanya dia tutup menggunakan jaket. "Iya Tya ini aku Niken. Aku mau ajak Hani pulang ke kampung. Dimana dia sekarang?" tanya mbak Niken terlihat terburu-buru. "Dia sedang tidur mbk. Pulang kampung besok saja mbk, biarkan Hani tidur." "Tidak ada waktu lagi Tya. Aku sudah terburu-buru." "Tapi kenapa mbak?" Tya mencegah mbak Niken masuk ke kamar dimana Hani sedang tidur bersama ibu Rahmi. "Tolong jelaskan sebentar saja kepadaku mbk! supaya aku tidak berfikiran kotor kepada mbak Niken." Memang saat Tya melihat penampakan Niken sekarang, pikirannya sudah traveling k

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 28

    28"Bu, bukannya Tya membela mas Hamid. Tapi Tya yakin banget kalau mas Hamid tidak akan melakukan hal itu kepada kak Ria. Percayalah bu. Aku saja bisa yakin, kenapa ibu tidak? jadi aku mohon percayalah ini hanyalah salah paham," ujar Ria sambil memegang tangan ibunya."Memang dulu mas Hamid itu kaya bu, mau keluar duit berapa aja gampang. Tapi bagaimanapun namanya kehidupan ya pasti ada saja cobaannya. Roda kehidupan itu berputar bu, kadang di bawah kadang juga di atas. Sedangkan mas Hamid dulu di atas sekarang sedang di uji dengan posisi di bawah. Yang penting sekarang mas Hamid juga sudah berusaha untuk bekerja meski hanya sebagai kuli bangunan itu tandanya mas Hamid bertanggung jawab dengan keluarganya, bu. Coba ingat-ingat dulu perjalanan ibu untuk bisa seperti ini bagaimana, pasti ada naik turunnya kan bu? gak tiba-tiba langsung kaya, kan tidak. Semua perlu proses. Ingat tidak, ketika kita tinggal di rumah yang sangat kecil dan ibu menitipkan hasil masakan ke tok

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 27

    27"Baik kak, Tya pulang dulu assalamu'alaikum," pamit Tya kemudian pergi mengendarai motornya.Setelah sampai di rumah Tya langsung memarkirkan motornya di garasi, kemudian sambil berjalan Tya mengambil ponselnya di dalam tas kecil yang terselempang di pundaknya. Kemudian segera di buka chat yang dikirimkannya tadi kepada mas Seno dan ternyata, mas Seno masih belum juga membukanya."Mungkin mas Seno juga lembur seperti mas Hamid, ya udahlah aku tungguin aja balasan dari mah Seno. Aku gak jadi telfon nanti takutnya ganggu bisa-bisa mas Seno marah lagi sama aku," ujar Tya sambil menutup aplikasi hijau di ponselnya.Ketika Tya baru saja masuk ke dalan rumah, Tya di kejutkan suara dari balik pintu."Tya, kamu sudah dapat kabar mengenai Niken?"Dari tadi Bu Rahmi menanti kedatangan Tya di ruang tamu. Beliau berharap Tya mendapatkan petunjuk kemana perginya Niken, istri Seno."Astagfirullah, ibu... bikin kaget saja.""Gitu saj

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 26

    26"Sebetulnya sudah dari dulu mbk Niken jarang dikasih uang sama mas Seno, mbak. Dia yang cerita ke aku langsung. Bahkan aku juga pernah menemukan mbak Niken bekerja menjadi penjaga toko. Aku bingung juga ya dengan mas Seno, ngomongnya aja yang besar namun realitanya tidak sesuai. Kasihan Hani dan mbak Niken," ujar Tya."Memang dari dulu mas Seno itu ibarat kata tong kosong nyaring bunyinya, kupikir setelah menikah dia berubah, apalagi dapat istri seperti mbak Niken. Aku sangat mengenal mbak Niken, dia orangnya kalem dan mandiri. Tapi mungkin mas Seno jadi keenakan punya istri mandiri. Jarang minta-minta kepada dia," ujar Ria."Terus kamu udah tahu belum siapa pelaku penyebar fitnah, kalau mas Hamid sudah berselingkuh?" tanya Ria kepada adiknya."Aku sih curiganya dengan mas Seno mbak. Kapan lalu saat mbak Ria pergi itu kan aku ke sini tiba-tiba ibu menanyakan mbak Ria dan curiga mbak Ria ada masalah dengan mas Hamid. Aku lihat memang ada ora

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 25

    25"Maaf ya, saya tidak kenal. Anda mungkin sudah salah orang," jawab Mbak Niken atau seseorang yang sangat mirip Mbak Niken.Degg... Ria kaget dan hanya bisa terdiam di tempatnya.'Masak iya, salah orang? tapi kalau dilihat dari mata hidung dan tahi lalatnya mirip sekali. Apa lagi di tangannya, terdapat tanda lahir berwarna hitam yang bentuknya sangat mirip dengan mbak Niken. Tidak mungkin aku salah orang,' ujar Ria dalam hati."Oh... iya maaf iya, soalnya wajahnya mirip sekali dengan mbk Niken, istri sepupu saya. Kalau begitu saya pamit dulu, permisi," ujar Ria.Wanita itu sedikit gugup saat Ria menyebutkan nama Niken. Dia merasa sedikit kurang nyaman."Iya, tidak apa-apa mbk," jawab wanita itu.Setelah berpamitan, Ria kemudian cepat-cepat pergi dari tempatnya. Sekarang Ria langsung menuju lantai dua, ruangan tempat dia bekerja.Waktu menunjukkan pukul 17:00 waktunya Ria pulang bekerja. Sore ini dia pulang

DMCA.com Protection Status