“Paman Clark, aku tak menyangka kamu datang.”Clark langsung mengunjungi penthouse tempat Lisa dan Sean tinggal bersama Ryan. Tentu saja Lisa langsung menyambutnya riang. Dia memeluk Clark hangat penuh kerinduan.“Aku sangat merindukanmu, Paman.” Lisa berkata setelah melepaskan pelukannya.“Aku juga, Sayang,” balas Clark langsung.Kemudian Lisa membawa Clark untuk masuk. Sebelum menutup pintu, Lisa melirik ke luar. Dia merasakan seseorang yang memperhatikannya sejak tadi.“Jangan terlalu pedulikan mereka!” ucap Clark hampir mengejutkan Lisa.Tentu saja Lisa menatapnya bingung. Akan tetapi, dia bisa memahami maksud ucapan Clark. &ldqu
“Kami hanya berbicara hal-hal saat di masa lalu. Benarkan, Paman?” tanya Lisa mengerti arti lirikan Clark.Kemudian Lisa menoleh pada Ryan yang masih terlihat gelisah. “Ngomong-ngomong, kenapa kamu pulang, Ryan? Bukankah seharusnya kamu masih berada di kantor? Kamu bilang hari ini sangat sibuk sekali,” tanyanya heran.Ryan terdiam dengan kedua bola mata yang bergerak ke kanan dan kiri, tanda sedang berpikir. Sadar, Lisa dan Clark segera memperhatikannya, Ryan segera tersenyum. “Ada dokumen penting yang tertinggal. Aku harus segera mengambilnya,” jawabnya cepat seraya menunjuk kamarnya.“Oh, benarkah? Biasanya kamu menyuruh anak buahmu yang mengambil,” sahut Lisa membuat Ryan semakin panik, seolah meragukan jawabannya.“Dokumennya sangat penting sekali, sehingga harus aku sendiri yang mengambilnya.” Ryan menjawab dengan cepat.Lisa mengangguk. Dia sudah cukup melihat wajah paniknya Ryan. Kemudian dia melirik pada Clark yang terlihat sangat tenang.“Kamu harus berhati-hati dengan semua
Lisa mengetuk pintu kamar Ryan seraya mengatur napasnya. Ryan melewatkan makan malam di rumah dan pulang larut. Walaupun sudah memberi kabar agar Lisa tak menunggu karena lembur.Namun, Lisa tahu jika Ryan pasti bukan lembur karena pekerjaan. Mungkin dia merenungi teguran Clark. Lisa harus bertindak agar Ryan tak terlalu jauh.Clark tak memberitahu semua bukti tentang ulah Ryan yang di luar batas. Dia memberi kesempatan pada Lisa untuk memperbaiki semuanya. Lisa sudah meyakinkan dirinya untuk berada di sisi Ryan yang selama ini menemaninya. Dia tak ingin membuatnya kecewa setelah pengorbanan yang begitu besar.“Lisa? Kamu belum tidur?” tanya Ryan setelah membuka pintu.Ryan baru saja mandi. Dia masih mengenakan handuk kimono. Kemudian dia menatap jam dinding di kamarnya, waktu hampir larut.“Apa yang terjadi? Kamu memerlukan sesuatu?” tanya Ryan cemas dan heran.Lisa tak menjawab. Dia menerobos masuk dan langsung menutup pintu. Ryan bingung dan cemas, Lisa bersikap tak biasa.“Ada apa
“Tolong jangan lakukan itu! Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan asalkan jangan pisahkan Lisa dengan anaknya, kumohon!” Jason memohon dengan sungguh-sungguh.Christian mengerutkan dahinya. Setahunya, Lisa adalah istri cacat yang tak pernah disukai oleh Jason. Lalu sekarang? Jason memohon dan hampir menangis.“Aku akan segera mengurus perceraian dengan Lisa dan bersedia menikah dengan wanita pilihanmu. Tapi, jangan kau usik Lisa. Aku mohon, Ayah!” Jason memohon lagi.“Apa ini? Kamu menyukai wanita cacat itu hingga membelanya?” tanya Christian menyelidik.Jason menunduk. “Aku sudah menyakitinya dan membuatnya banyak menderita. Sudah cukup! Ini waktunya Lisa meraih kebahagiaannya dan jangan mengganggunya.”
“Apa yang kau inginkan, hah?” tanya Ryan sinis ada Tina.Ryan langsung menemui Tina di apartemennya. Wanita itu terus berontak dan mengganggu anak buahnya. Tina menatapnya penuh amarah.“Kamu masih bersikap seperti ini? Sepertinya kamu sengaja?” ucap Tina meluapkan kekesalannya. “Kamu bilang akan menyelamatkanku dari Jenifer, tapi apa? Wanita itu terus memberikan peringatan agar aku segera berkemas. Kamu menjebakku.”Tina memekik keras. Suaranya menggema di ruangan. Napasnya pun tersengal, menandakan amarahnya sudah tak terkendali.“Sepertinya kamu yang bodoh, Tina. Padahal aku sudah sangat jelas memberikan penjelasan tentang rencanaku menyelamatkanmu dari Jenifer.” Ryan berkata seraya menggelengkan kepalanya.Dia melihat kebodohan dari sikap paniknya Tina. Ryan sudah menjelaskan jika Tina harus tetap mengikuti perjanjian dengan Jenifer, pergi ke luar negeri sebagai relawan. Setelah di sana, dia akan mengutus anak buahnya untuk menjemput Tina dan mengganti tugasnya dengan orang lain.
Tina putus asa. Dia merasa tak berdaya. Hingga ponselnya berdering pun diabaikannya.Itu adalah telepon dari Jenifer atau Ryan, pikirnya. Bisa saja dari Nick—manajernya yang memastikan dirinya tak melarikan diri. Nick tak ingin agensinya terkena imbas, sebab kontrak dengan Jenifer dibuat di kantornya.Mereka pasti terus mengintimidasinya. Hingga ponsel itu berdering lebih dari tiga kali. Akan tetapi, mata Tina melotot saat melihat nama pemanggil.“Ayah?” Secepatnya Tina langsung menjawab. Wajahnya terlihat penuh harap. Suara Mike langsung terdengar keras, memarahinya. “Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa lama sekali menjawab telepon, hah!” “Maaf, ayah. Aku tak tahu kalau yang menelepon itu adalah kamu.” Tina menjawab cepat. “Aku kira Jenifer atau mereka yang terus memberikanku tekanan.”Tina lantas terisak menangis. Hingga Mike yang berada di balik telepon terdengar cemas. “Apa yang terjadi, Tina?”“Tidak ada, Ayah! Aku kira kamu melupakanku. Aku sungguh putus asa dan tak tahu haru
Tina duduk dengan tenang di dalam mobil yang anak buahnya Ryan. Dia tak terlihat cemas dan takut, atau rasa takut seperti sebelumnya. Tom, anak buahnya Ryan bahkan merasa heran.Bahkan Tom merasa cemas dan curiga. Bagaimana bisa Tina yang sebelumnya ketakutan, sekarang bisa terlihat tenang, seolah dia merasa semuanya akan baik-baik saja. Hingga Tom terlihat sangat was-was, merasa perubahan wajah Tina sangatlah tak biasa.“Apa yang kau lihat?” Tina bertanya ketus dan menunjukkan wajah tak suka.Sadar, seja tadi Tom yang duduk di bangku depan meliriknya dari kaca spion mobil yang mengarah ke belakang. Tom langsung menunduk. “Maaf. Saya hanya memastikan Anda merasa nyaman,” katanya menunjukkan wajah bersalah.Tina berdesis sinis. Dia sangat percaya s
Ryan tersenyum puas. Petugas kebersihan itu adalah orang suruhannya. Dugaannya memang benar dan sudah terbukti.Dia pun langsung memberikan video tersebut pada Jenifer agar tak terjadi kesalahpahaman yang terlalu panjang. “Sudah kukatakan kalau ini pasti ulah Tina agar bisa terbebas dari jebakanmu,” kata Ryan merasa lega.“Sayangnya, rencana ayahnya justru membuat bumerang bagi putrinya. Kini Tina koma dan terluka parah. Sungguh kasihan,” kata Jenifer menimpali, lalu berdecak sinis mengejek.Namun, dia percaya jika Ryan masih berpihak pada Tina. Wajah Jenifer masih tak puas dan tak tenang. “Sepertinya aku harus mencari cara lain untuk menghancurkan Tina,” ucapnya.“Apa itu?” tanya Ryan penasaran.“Nanti kamu akan tahu, Tuan Lohan,” jawab Jenifer dengan senyuman puas. “Ngomong-ngomong, aku minta maaf karena sudah berprasangka buruk padamu.”Jenifer menunjukkan rasa bersalah yang tulus. “Saat itu aku marah dan kesal karena rencanaku gagal. Tolong maafkan aku, Tuan Lohan,” katanya.“Cuku
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc
“Jasmine Walley pelakunya. Sekretarismu, Nania.”Nania sangat terkejut mendengar penjelasan Clark. Dia baru saja tiba di kantor polisi, tetapi Clark memilih menjelaskan semuanya. Clark berpikir, Nania harus bisa menenangkan dirinya dahulu sebelum menemui pelaku tersebut.“Berani sekali dia mengkhianatiku, Clark? Jasmine sudah bekerja padaku lebih dari 20 tahun dan aku sangat percaya padanya. Aku memberikan apapun yang dia mau, bahkan aku mengenal baik seluruh keluarganya,” kata Nania kecewa. “Bagiku, karyawanku sudah seperti keluarga. Kami mencari uang di tempat yang sama dan keluarga harus saling membantu.”Air mata Nania mengalir deras. Dia sungguh tak menyangka dengan pengkhianatan ini. Clark menepuk pundaknya, mencoba menenangkan dan memberikan dukungan.
“Dia cucuku, benarkan?” Christian menunjuk Sean dengan tatapan menuntut.Wajah Lisa semakin cemas dan kesal. Dia menatap pada mantan ayah mertuanya marah. Alex tak tinggal diam, dia menahan tubuh Christian yang hendak mengejar Sean.“Paman, kendalikan dirimu! Jangan membuat keributan di sini!” Suara Alex tegas dan lugas.Kemudian Alex menoleh pada Lisa dan memberinya isyarat untuk segera pergi. “Jangan hiraukan aku! Biarkan aku yang menangani ayahnya Jason!” ucapnya penuh pengertian.“Terima kasih, Alex! Aku menghargai bantuanmu,” kata Lisa tulus.Lisa langsung berbalik dan langsung menghampiri Ryan yang menggenggam tangan Sean. Mereka mengabaikan Christian yang berteriak
Ini bukan wewenangnya menjawab pertanyaan Sean, pikir Ryan. Dia lantas tersenyum mencoba memberikan ketenangan . Sean pasti akan terus merasa penasaran jika pertanyaannya tak mendapatkan jawaban yang tepat.“Bagaimana jika kamu memiliki dua ayah? Aku dan paman baik yang menjadi ayahmu ... jadi, kamu bisa memanggilku dan paman baik dengan sebutan ayah.” Ryan menjelaskan dengan lembut, menyembunyikan rasa cemasnya. Dia mencoba memberi pengertian dan mengalihkan rasa penasaran Sean.Melihat Sean yang tumbuh dengan baik, Ryan merasa tak rela jika dia ditinggalkan. Ryan ingin menjadi bagian dari hidup Sean dan juga Lisa, walaupun tahu jika yang pantas di posisi itu adalah Jason. Bukankah dia yang dulu merawatnya?Kali ini dia tak membenci Jason. Apalagi dengan semua perjuangan Jason Ryan hanya ingin Sea
“Nania, kamu juga harus memeriksa kondisi tubuhmu! Kamu juga mendapatkan pukulan dari para penculik itu.” Clark memberi nasehat pada Nania.“Aku baik-baik saja, Clark. Tak perlu mencemaskanku,” jawab Nania dengan senyuman yang dipaksakan.Tentu saja Clark tak akan membiarkannya. Dia melirik pada Ryan yang sejak tadi terdiam. Ryan pun mengerti arti lirikan Clark.“Tuan Carber benar, Bu,” ucap Ryan mendukung Clark. “Jangan sampai kamu jatuh sakit. Aku dan yang lain pasti paham kalau kamu cemas dengan keadaan Jason,” tambahnya.Kemudian Ryan meminta Sean untuk turun dari pangkuan Nania. “Kemari, Nak. Biarkan nenekmu memeriksakan kesehatannya. Kamu bisa menunggu denganku,” bujuknya.“Baik, Ayah!” sahut Sean tanpa berani menolak.Nania pun lantas menurut. Dia mengikuti Clark yang mengantarnya menuju poli umum untuk memeriksakan tubuhnya. Sejak tadi, dia menahan semua rasa sakit pada seluruh tubuhnya.Dia berpikir, rasa sakit diterima Jason lebih besar, jadi Nania bisa menahannya. Namun uca
“Benar, Lisa. Paman baik yang dimaksud Sean adalah Jason.” Ryan menjawab dengan penuh keyakinan.Lisa terkejut dan langsung berdiri menghadap Ryan. Dia memberikan tatapan penuh tanya. Kemudian Ryan meminta Lisa untuk menjauh dari sana.“Aku akan menjelaskan semuanya, tetapi tak di sini,” kata Ryan seraya melirik Sean.Tentu saja mereka tak ingin melibatkan Sean. Dia terlalu kecil untuk memahami permasalahan orang dewasa. Nania dan Clark mengangguk setuju, sedangkan Alex tersenyum memberikan dukungan. Lisa pun menurut dan mengikuti Ryan yang pergi ke luar rumah sakit.“Kamu tahu semua ini dan sengaja membiarkan Jason menemui Sean?” tanya Lisa langsung setelah berada di luar rumah sakit dengan nada kesal.Lisa mengatur napasnya agar tak terbawa amarah. "Beritahu aku apa yang kamu rencanakan dan jangan ada yang ditutupi!" tegas Lisa dengan nada penuh penekanan.“Kamu benar. Aku tahu dan sengaja. Tetapi aku harus melakukannya agar tak merasa bersalah pada Jason.” Ryan menjawab dengan juju
Tubuh Jason semakin lemas, tetapi dia masih bisa bertahan mempertahankan Sean. Para penculik itu terus memukuli tubuhnya yang memeluk Sean. Jason melindunginya agar tak terkena pukulan.Pukulan mereka terhenti saat mendengar suara sirine. Dalam keadaan panik, mereka langsung berlari berniat melarikan diri. Akan tetapi, semuanya terlambat.Polisi dan mobil keamanan anak buahnya Clark an juga perusahaan Nania datang. Sinyal darurat yang dinyalakan Nania membuat mereka lebih cepat bergerak dan polisi datang lebih cepat berkat laporan Jason.“Paman, kamu baik-baik saja?” Sean bertanya merasakan dekapan Jason melemah.“Aku baik-baik saja, Nak. Akhirnya semuanya berakhir dan kamu selamat,” jawab Jason dengan suara lemas. “Terima kasih sudah bertahan, anakku.”Jason seolah tak sadar dengan apa yang diucapkannya. Dia langsung tak sadarkan diri saat Sean mencerna kalimat terakhirnya. Sontak saja Sean berteriak panik dan cemas dengan air mata yang mengalir deras.“Paman, bangun!” Sementara par