Lisa mengetuk pintu kamar Ryan seraya mengatur napasnya. Ryan melewatkan makan malam di rumah dan pulang larut. Walaupun sudah memberi kabar agar Lisa tak menunggu karena lembur.Namun, Lisa tahu jika Ryan pasti bukan lembur karena pekerjaan. Mungkin dia merenungi teguran Clark. Lisa harus bertindak agar Ryan tak terlalu jauh.Clark tak memberitahu semua bukti tentang ulah Ryan yang di luar batas. Dia memberi kesempatan pada Lisa untuk memperbaiki semuanya. Lisa sudah meyakinkan dirinya untuk berada di sisi Ryan yang selama ini menemaninya. Dia tak ingin membuatnya kecewa setelah pengorbanan yang begitu besar.“Lisa? Kamu belum tidur?” tanya Ryan setelah membuka pintu.Ryan baru saja mandi. Dia masih mengenakan handuk kimono. Kemudian dia menatap jam dinding di kamarnya, waktu hampir larut.“Apa yang terjadi? Kamu memerlukan sesuatu?” tanya Ryan cemas dan heran.Lisa tak menjawab. Dia menerobos masuk dan langsung menutup pintu. Ryan bingung dan cemas, Lisa bersikap tak biasa.“Ada apa
“Tolong jangan lakukan itu! Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan asalkan jangan pisahkan Lisa dengan anaknya, kumohon!” Jason memohon dengan sungguh-sungguh.Christian mengerutkan dahinya. Setahunya, Lisa adalah istri cacat yang tak pernah disukai oleh Jason. Lalu sekarang? Jason memohon dan hampir menangis.“Aku akan segera mengurus perceraian dengan Lisa dan bersedia menikah dengan wanita pilihanmu. Tapi, jangan kau usik Lisa. Aku mohon, Ayah!” Jason memohon lagi.“Apa ini? Kamu menyukai wanita cacat itu hingga membelanya?” tanya Christian menyelidik.Jason menunduk. “Aku sudah menyakitinya dan membuatnya banyak menderita. Sudah cukup! Ini waktunya Lisa meraih kebahagiaannya dan jangan mengganggunya.”
“Apa yang kau inginkan, hah?” tanya Ryan sinis ada Tina.Ryan langsung menemui Tina di apartemennya. Wanita itu terus berontak dan mengganggu anak buahnya. Tina menatapnya penuh amarah.“Kamu masih bersikap seperti ini? Sepertinya kamu sengaja?” ucap Tina meluapkan kekesalannya. “Kamu bilang akan menyelamatkanku dari Jenifer, tapi apa? Wanita itu terus memberikan peringatan agar aku segera berkemas. Kamu menjebakku.”Tina memekik keras. Suaranya menggema di ruangan. Napasnya pun tersengal, menandakan amarahnya sudah tak terkendali.“Sepertinya kamu yang bodoh, Tina. Padahal aku sudah sangat jelas memberikan penjelasan tentang rencanaku menyelamatkanmu dari Jenifer.” Ryan berkata seraya menggelengkan kepalanya.Dia melihat kebodohan dari sikap paniknya Tina. Ryan sudah menjelaskan jika Tina harus tetap mengikuti perjanjian dengan Jenifer, pergi ke luar negeri sebagai relawan. Setelah di sana, dia akan mengutus anak buahnya untuk menjemput Tina dan mengganti tugasnya dengan orang lain.
Tina putus asa. Dia merasa tak berdaya. Hingga ponselnya berdering pun diabaikannya.Itu adalah telepon dari Jenifer atau Ryan, pikirnya. Bisa saja dari Nick—manajernya yang memastikan dirinya tak melarikan diri. Nick tak ingin agensinya terkena imbas, sebab kontrak dengan Jenifer dibuat di kantornya.Mereka pasti terus mengintimidasinya. Hingga ponsel itu berdering lebih dari tiga kali. Akan tetapi, mata Tina melotot saat melihat nama pemanggil.“Ayah?” Secepatnya Tina langsung menjawab. Wajahnya terlihat penuh harap. Suara Mike langsung terdengar keras, memarahinya. “Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa lama sekali menjawab telepon, hah!” “Maaf, ayah. Aku tak tahu kalau yang menelepon itu adalah kamu.” Tina menjawab cepat. “Aku kira Jenifer atau mereka yang terus memberikanku tekanan.”Tina lantas terisak menangis. Hingga Mike yang berada di balik telepon terdengar cemas. “Apa yang terjadi, Tina?”“Tidak ada, Ayah! Aku kira kamu melupakanku. Aku sungguh putus asa dan tak tahu haru
Tina duduk dengan tenang di dalam mobil yang anak buahnya Ryan. Dia tak terlihat cemas dan takut, atau rasa takut seperti sebelumnya. Tom, anak buahnya Ryan bahkan merasa heran.Bahkan Tom merasa cemas dan curiga. Bagaimana bisa Tina yang sebelumnya ketakutan, sekarang bisa terlihat tenang, seolah dia merasa semuanya akan baik-baik saja. Hingga Tom terlihat sangat was-was, merasa perubahan wajah Tina sangatlah tak biasa.“Apa yang kau lihat?” Tina bertanya ketus dan menunjukkan wajah tak suka.Sadar, seja tadi Tom yang duduk di bangku depan meliriknya dari kaca spion mobil yang mengarah ke belakang. Tom langsung menunduk. “Maaf. Saya hanya memastikan Anda merasa nyaman,” katanya menunjukkan wajah bersalah.Tina berdesis sinis. Dia sangat percaya s
Ryan tersenyum puas. Petugas kebersihan itu adalah orang suruhannya. Dugaannya memang benar dan sudah terbukti.Dia pun langsung memberikan video tersebut pada Jenifer agar tak terjadi kesalahpahaman yang terlalu panjang. “Sudah kukatakan kalau ini pasti ulah Tina agar bisa terbebas dari jebakanmu,” kata Ryan merasa lega.“Sayangnya, rencana ayahnya justru membuat bumerang bagi putrinya. Kini Tina koma dan terluka parah. Sungguh kasihan,” kata Jenifer menimpali, lalu berdecak sinis mengejek.Namun, dia percaya jika Ryan masih berpihak pada Tina. Wajah Jenifer masih tak puas dan tak tenang. “Sepertinya aku harus mencari cara lain untuk menghancurkan Tina,” ucapnya.“Apa itu?” tanya Ryan penasaran.“Nanti kamu akan tahu, Tuan Lohan,” jawab Jenifer dengan senyuman puas. “Ngomong-ngomong, aku minta maaf karena sudah berprasangka buruk padamu.”Jenifer menunjukkan rasa bersalah yang tulus. “Saat itu aku marah dan kesal karena rencanaku gagal. Tolong maafkan aku, Tuan Lohan,” katanya.“Cuku
“Apa?” Lisa terkejut dengan jawaban Jason. Suara dingin Jason seolah mengingatkan semua perlakuannya dulu. Lisa menatap sinis, tetapi Jason langsung mengalihkan pandangannya. Dia tak berani terlalu lama melihat Lisa.“Bibi Maria, Paman Clark dan ibuku bilang kamu sudah berubah. Ternyata kamu tetap sama,” ucap Lisa sinis. “Jadi, selama ini kamu menganggap aku sebagai pembantumu.”Air mata Lisa menetes. Jujur saja, dalam hatinya dia masih berharap melihat Jason menunjukkan penyesalannya dan dirinya akan mencoba memaafkan. Lalu seterusnya mereka akan hidup di jalan masing-masing, tetapi jawaban Jason membuatnya terasa muak.Jason tak bergeming. Inilah tujuannya, lebih baik Lisa membencinya daripada minta maaf. Bukan tak mau mengakui kesalahannya. Yang Jason lakukan agar Lisa terus menjauh darinya, khawatir jika kedua orang tuanya ingkar. Bisa saja Olivia dan Christian mengambil anaknya Lisa. Walaupun dia sudah berjanji menurut, menikah dengan wanita pilihan mereka. “Baiklah, jika sela
Nania berlari kencang, tetapi Sean sudah berada di hadapan Jason. Dia dan Maria bertukar pandang dengan tatapan cemas dan khawatir. Bagaimana jika Lisa mengetahui hal tersebut? Namun, Jason tertuju pada Sean dengan tatapan haru.“Benarkan. Wajahnya mirip denganmu, Paman.” Anak itu berkata saat Jason terus memandangi wajah Sean.“Hai!” Sean melambaikan tangannya.Wajah Sean tampak bingung menyadari Jason sama sekali tak berkedip. Mereka bagaikan sebuah pantulan cermin dari masa kecil dan dewasa. Jason lantas duduk berjongkok dan tersenyum bingung.“Hai, siapa namamu, Nak?” tanya Jason dengan suara bergetar. Ia merasa syok dan bingung, tetapi senang.Jantungnya berdebar kencang sekali. Bahkan dia merasakan sepertinya jantungnya akan meledak. Tubuhnya gemetar tak karuan, tetapi masih bisa dikendalikan.Jason mencoba tetap tenang dan tak boleh melakukan kesalahan. Dia bisa membuat Sean ketakutan jika bertindak berlebihan. Sungguh, dia tak menyangka jika Sean begitu mirip dengannya. “Aku
Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me
Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m
“Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc
“Jasmine Walley pelakunya. Sekretarismu, Nania.”Nania sangat terkejut mendengar penjelasan Clark. Dia baru saja tiba di kantor polisi, tetapi Clark memilih menjelaskan semuanya. Clark berpikir, Nania harus bisa menenangkan dirinya dahulu sebelum menemui pelaku tersebut.“Berani sekali dia mengkhianatiku, Clark? Jasmine sudah bekerja padaku lebih dari 20 tahun dan aku sangat percaya padanya. Aku memberikan apapun yang dia mau, bahkan aku mengenal baik seluruh keluarganya,” kata Nania kecewa. “Bagiku, karyawanku sudah seperti keluarga. Kami mencari uang di tempat yang sama dan keluarga harus saling membantu.”Air mata Nania mengalir deras. Dia sungguh tak menyangka dengan pengkhianatan ini. Clark menepuk pundaknya, mencoba menenangkan dan memberikan dukungan.
“Dia cucuku, benarkan?” Christian menunjuk Sean dengan tatapan menuntut.Wajah Lisa semakin cemas dan kesal. Dia menatap pada mantan ayah mertuanya marah. Alex tak tinggal diam, dia menahan tubuh Christian yang hendak mengejar Sean.“Paman, kendalikan dirimu! Jangan membuat keributan di sini!” Suara Alex tegas dan lugas.Kemudian Alex menoleh pada Lisa dan memberinya isyarat untuk segera pergi. “Jangan hiraukan aku! Biarkan aku yang menangani ayahnya Jason!” ucapnya penuh pengertian.“Terima kasih, Alex! Aku menghargai bantuanmu,” kata Lisa tulus.Lisa langsung berbalik dan langsung menghampiri Ryan yang menggenggam tangan Sean. Mereka mengabaikan Christian yang berteriak
Ini bukan wewenangnya menjawab pertanyaan Sean, pikir Ryan. Dia lantas tersenyum mencoba memberikan ketenangan . Sean pasti akan terus merasa penasaran jika pertanyaannya tak mendapatkan jawaban yang tepat.“Bagaimana jika kamu memiliki dua ayah? Aku dan paman baik yang menjadi ayahmu ... jadi, kamu bisa memanggilku dan paman baik dengan sebutan ayah.” Ryan menjelaskan dengan lembut, menyembunyikan rasa cemasnya. Dia mencoba memberi pengertian dan mengalihkan rasa penasaran Sean.Melihat Sean yang tumbuh dengan baik, Ryan merasa tak rela jika dia ditinggalkan. Ryan ingin menjadi bagian dari hidup Sean dan juga Lisa, walaupun tahu jika yang pantas di posisi itu adalah Jason. Bukankah dia yang dulu merawatnya?Kali ini dia tak membenci Jason. Apalagi dengan semua perjuangan Jason Ryan hanya ingin Sea