Share

8

Author: Disi77
last update Last Updated: 2025-01-03 17:39:14

Lisa memberikan sebagian uang tabungannya untuk Maria sebelum meninggalkan panti asuhan. Kemudian ia memilih menyewa motel. Ia harus menghemat uangnya agar bisa cukup bertahan hidup selama 3 bulan. 

Ruangan yang tak terlalu besar, tetapi cukup untuknya bisa tinggal dalam kesendirian.

Cuaca di kota ini mendung, padahal Lisa melihat ramalan cuaca pagi ini akan cerah. Lisa membuka jendela dan melihat orang-orang lalu lalang di trotoar bersiap untuk berangkat bekerja. Sepertinya Lisa tak bisa terus berdiam diri di sana tanpa melakukan apa pun.

Untunglah Lisa sudah sarapan di panti asuhan sehingga tak perlu kelaparan hingga siang nanti. Saat Lisa berjalan-jalan di trotoar dekat taman bunga, ia melihat sebuah lowongan pekerjaan di restoran ayam goreng. Segera saja dia menghampiri dan menawarkan diri.

“Apa kamu bisa mengendarai motor?” tanya pemilik restoran tersebut saat Lisa menawarkan diri. “Aku menerima layanan pesan antar, jadi pekerjaku harus bisa mengendarai motor untuk mengantar pesanan.”

“Tentu saja! Saya bisa mengendarai motor dengan cepat dan hati-hati, memastikan pesanan sampai pada pelanggan,” jawab Lisa bersemangat.

“Baiklah, Nona Lisa. Aku menerimamu.” 

Jonny Damon, pemilik restoran tersebut terlihat ramah. Dia mengajarkan Lisa dengan hati-hati, memastikan karyawan barunya tak melakukan kesalahan. Wajah Lisa tetap bersemangat.

Lisa bisa menghabiskan waktunya dengan bekerja agar bisa mengumpulkan uang dan menikmati sisa waktunya. Pelanggan yang datang hari ini cukup ramai, tapi Lisa sama sekali tak menunjukkan wajah lelah. Jonny pun tersenyum, merasa beruntung memiliki karyawan baru yang selalu tersenyum dan ramah pada pelanggannya.

Menjelang waktu makan siang, Jonny meminta Lisa beristirahat di dapur untuk makan. Tentu saja Lisa setuju, dan langsung menyantap makanan pemberian Jonny. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, notifikasi pesan masuk.

[Besok aku ada waktu, kamu bilang ingin bercerai bukan?]

Pesan dari Jason. Lisa menarik napas panjang dengan wajah berat. Ia lalu membalas pesan dari Jason.

[Ok.]

Lisa hanya membalas singkat. Tak lama balasan dari Jason langsung muncul. Kening Lisa mengkerut, ia tampak heran.

Ini adalah hal yang tak biasa. Jason selalu malas membalas pesannya, terkadang dia tak membalas pesan dari Lisa.

[Kamu yakin akan bercerai? Tak ingin sesuatu lain dariku?]

[Tidak ada.] Lisa langsung membalas cepat dan memilih memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Dia tak ingin membuang waktunya untuk meladeni Jason. Sudah cukup selama tiga tahun ia melayani Jason sebagai istrinya. Ia tak ingin menambah beban baru.

Jason yang berada di ruangan kerjanya tampak syok dengan balasan Lisa. Bagi Jason pun, ini tak biasa. Bagaimana bisa Lisa membalas pesannya secara singkat dan hanya satu kata saja?

Biasanya wanita itu akan memberikan pesan berantai, isinya konyol dan tak penting. Hanya sekedar kata-kata dukungan, memberi semangat. Jason tak membutuhkan semua itu.

Itulah kenapa dia tak pernah mau membalas pesan dari Lisa. Lalu sekarang? Wanita itu hanya membalas pesannya singkat.

Jason tahu seberapa besar Lisa mencintainya. Mengirim pesan hanya sekedar mengingatkan agar dirinya tak melewatkan makan siang, hati-hati berkendara, semoga harimu bahagia. Seperti robot yang diatur dan bisa diperkirakan kapan pesan itu masuk ke dalam ponselnya.

Tiba-tiba saja, ia merasa ada yang hilang saat tak mendapatkan pesan berisi perhatian dari Lisa. Jason berdecak kesal. Ia tak mungkin merasa kehilangan wanita cacat itu.

“Sangat tidak masuk akal, benarkan? Aku merasa lega, ponselku sekarang terdengar tenang, tak ada notifikasi yang isinya hanya kalimat konyol.” Jason berdecak kesal seraya menatap ponselnya.

Tak mungkin ia menunggu pesan dari Lisa, bukan? Jason lalu berkata lagi. “Dia pikir siapa?”

Sungguh memalukan jika Jason yang berwibawa, harus merasa kehilangan wanita cacat yang sudah membuat hidupnya sulit. Jason lantas melempar kasar ponselnya dengan wajah kesal. 

Ting! Dering notifikasi ponselnya berbunyi. Tangannya cepat meraih ponselnya. Wajahnya langsung berubah malas. 

Pesan dari Tina. Wanita itu mengingatkannya tentang makan siang yang dijanjikan Jason. “Ya, lebih baik pergi makan siang dengan Tina. Aku sudah membuatnya kesal.”

Jason langsung pergi setelah memakai jas miliknya. Ia bertambah semakin menawan dengan pakaian formal. Pesona Jason seolah tak pernah pudar.

Dia sudah memesan restoran untuk makan siang dengan Tina. Tak perlu lama, setelah Jason tiba, Tina pun datang dengan pakaiannya yang selalu modis dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah.

Jason tersenyum. Sejak dulu, Tina memang berbeda dengan Lisa. Tina pandai memadukan pakaian agar terlihat cocok dan cantik pada pakaiannya.

“Apakah aku membuatmu menunggu lama?” tanya Tina saat Jason mempersilahkan kursi untuknya duduk.

“Tidak juga, aku baru saja tiba,” jawab Jason lalu berpindah duduk.

Tak lama, makanan yang dipesan Jason datang dan langsung dihidangkan untuk mereka. Jason langsung membelah steak miliknya dengan cepat. Sesekali matanya melirik pada ponsel yang diletakan di samping piringnya.

Jason tak tahu, kenapa ia berharap Lisa mengirimnya pesan. Tina heran lalu bertanya, “Apakah kamu ada meeting penting? Wajahmu tampak tak tenang.”

“Ah, tidak ada,” jawab Jason, lalu membalik layar ponselnya agar fokusnya teralihkan.

“Silahkan dinikmati makananmu,” ucap Jason menunjuk piring milik Tina.

Tina sedikit terkejut. Dia kira Jason akan memotongkan steak untuknya. Sayangnya, Jason tak melakukan itu.

Jason memotong steak di atas piringnya dan tak menukar dengan piringnya Tina. Tentu saja Tina kesal, Jason tak romantis seperti dulu. 

“Hai, apakah kamu Katrina Wilde?”

Suara ramah dan sopan membuat Tiba menoleh. Seorang wanita sebaya dengan Tina tersenyum saat keduanya sedang menikmati steak. Tidak, Tina menyuap steak itu kesal karena sejak Jason makan, dia tak mengucapkan sepatah kata apa pun. 

Jason terus menyantap steaknya, seolah sedang terburu-buru. Bahkan saat wanita itu memperkenalkan diri pada Tina jika dia adalah penggemarnya, Jason tetap menikmati steaknya. Dia seolah tak peduli dengan apa yang dilakukan Tina, padahal wanita itu berada di hadapannya.

“Tina, bolehkan kita berswafoto? Aku sungguh mengagumimu. Kamu sangat luar biasa sekali,” ucap wanita itu yang mengaku penggemar Tina.

“Oh, tentu saja! Aku menghargaimu.”

Lagi, Jason tetap menikmati steaknya yang tinggal beberapa suap saja. Dia sama sekali tak terganggu. Tina tetap tersenyum, dan tak menunjukkan rasa kesal pada penggemarnya. 

Tentu saja, dia harus menjaga citra dan nama baiknya sebagai model terkenal yang sukses. Hatinya ingin marah karena Jason tak acuh. Seharusnya Jason ikut berswafoto atau sekedar mengatakan bangga padanya.

“Tina, siapakah lelaki itu? Apakah dia kekasihmu?” tanya wanita itu seraya melirik pada Jason.

Kali ini Jason bereaksi. Tina menyadarinya, dan dia hanya tersenyum malu-malu.

“Aku bukan kekasihnya.” Jason menjawab santai. Wajah tina langsung merah padam.

Related chapters

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   9

    Setelah fans-nya Tina pergi, dia langsung menatap kesal pada Jason dan bertanya, “Apa maksudmu kalau kamu bukan kekasihku?”“Bukankah kamu harus menjaga imej mu sebagai model. Tidak boleh ada skandal?” Jason menjawab santai, bahkan dia tak merasa bersalah sudah membuat Tina marah.“Skandal? Apa yang bicarakan?”“Tina, aku adalah lelaki yang sudah menikah dan punya istri ... bagaimana kalau fans mu tadi tahu, lalu membuat gosip hingga jadi skandal.”Tina terkejut dengan jawaban Jason. “Jason, sejak kapan kamu punya istri?”Alex bilang Jason tak pernah mengakui Lisa sebagai istrinya. Dia selalu merasa masih lajang, tidak suka jika disebut sudah menikah dan punya istri. Tapi, kenapa sekarang Jason berkata seperti itu membuat Tina tak terima.“Bukankah kamu mengatakan akan bercerai dengan Lisa?”“Benar, tapi saat ini statusku masih menikah. Aku dan Lisa belum resmi bercerai.”“Hei, Jason! Jangan bilang kalau kamu tidak ingin bercerai dan ingin mempertahankan pernikahanmu dengan Lisa?” Tin

    Last Updated : 2025-01-04
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   10

    Sore hari saat Jason hendak pulang, Alex masuk ke ruangan kerjanya dengan wajah kesal. Dia langsung mencecar Jason.“Ada apa denganmu, Jason?” tanyanya tanpa berbasa basi.“Aku? Memangnya aku kenapa?” jawab Jason menaikan pandangannya.Jason bahkan menunjuk dirinya. Alex pun menghela napas panjang, mengendalikan kekesalannya. Sepupunya itu tak mengerti arah tujuannya atau memang pura-pura tak mengerti.“Kenapa kamu menjadi acuh pada Tina?” Alex langsung berkata pada intinya. “Kamu tahu? Tina menangis saat mengadu padaku karena kamu acuh padanya.Jason menaikkan alisnya. Dia menatap bingung pada Alex. “Benarkah? Apa yang dikatakan Tina padamu?”“Kamu tidak merasa kalau sudah membuat Tina bersedih?” Suara Alex melemah menahan kesal.“Aku merasa tak melakukan hal yang salah. Tina hanya berlebihan,” sahut Jason diakhiri decak malas.Kemudian Jason meraih tas kerjanya dan bersiap untuk pulang. Hari ini dia benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.Namun, Jason terhenti lalu menepuk

    Last Updated : 2025-01-04
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   11

    “Terima kasih banyak, Pak.” Lisa berterima kasih dengan tulus.“Tunggu, Nona!” Lisa yang hendak mendorong pintu mobil langsung menoleh pada si sopir. “Ada apa, Pak?” tanyanya heran, tetapi sopir itu tersenyum lalu memberikan sebuah jeruk segar berukuran sedang untuknya.“Terimalah ini! Kemarin mertuaku datang membawakan hasil panennya. Istriku memintanya untuk berbagi dengan penumpangku agar mereka puas dengan pelayananku,” jelas sopir itu ramah. “Ayah mertuaku menanam jeruk dengan tangannya sendiri dan merawatnya dengan sepenuh hati. Percayalah rasa jeruk ini sangat manis dan bisa membuat suasana hatimu selalu ceria.”Jeruk itu pun diterima Lisa dengan senang hati. “Oh Tuhanku, Anda baik sekali, Pak. Sampaikan terima kasih pada mertua dan istrimu, Pak. Semoga Tuhan memberkati kebaikan Anda dan keluarga.”“Amin.”Suasana hati Lisa benar-benar lebih baik. Dia merasa ini semua adalah dukungan untuknya. Langkah Lisa terhenti saat ia baru saja melangkah. Mobil Lamborghini Aventador, memb

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   12

    Tak pernah sekalipun Lisa membenci Alex, meskipun dia tak pernah tahu alasan lelaki itu membenci dirinya. Jika melihatnya, selalu mengingatkannya pada Fedro, mendiang adiknya yang tewas saat kecelakaan bersamanya dulu. Lisa selalu bersyukur Alex bisa selamat hal itu seolah mengobati rasa bersalahnya pada Fedro.Tentunya Lisa tahu kalau meninggalnya Fedro bukan karena kesalahannya. Kendaraan yang ditumpanginya bersama ayah dan adik lelakinya mengalami kecelakaan. Namun, hanya Lisa yang selamat, sehingga semua orang menyangka dialah penyebab kecelakaan tersebut.Alex tak pernah tahu saat dia sudah dirawat di rumah sakit setelah kecelakaan, Lisa selalu berdoa dengan tulus memohon kesembuhan untuk dirinya. Bahkan Lisa selalu meletakan bunga krisan di atas nakas ranjang rawatnya Alex. Sayangnya saat itu, setiap Alex membuka mata, yang dilihatnya adalah Tina.Lisa tak pernah tahu, tetapi dia selalu berpikiran baik. Mungkin sama seperti yang lainnya, Alex tak menyukai dirinya hanya karena d

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   13

    Tuan Damon, pemilik restoran tempat Lisa bekerja menyapa Ryan dengan hangat, bahkan memberikan senyuman. Lisa tahu Tuan Damon jarang keluar dari ruangannya, apa lagi menyapa pelanggan semenjak dia bekerja. Bahkan mengizinkannya menemani Ryan dengan alasan restoran sedang sepi pelanggan.Bahkan Tuan Damon mengambil alih pekerjaannya. Tentu saja wanita canggung. Sementara Ryan terlihat santai dengan perlakuan majikannya.“Kenapa Tuan Damon kelihatan seperti sangat menghormatimu? Apa aku melewatkan sesuatu?” tanya Lisa sambil tersenyum kecil. Nadanya sedikit bergurau, mengingatkan masa-masa dulu.Ryan tertawa ringan. Ada sedikit rasa gugup yang bersembunyi di balik tawanya. “Ah, mungkin karena aku sering datang ke sini. Mereka sudah hafal dengan pelanggan setia,” jawabnya santai.Lelaki itu seolah menyembunyikan sesuatu, seakan Lisa tak boleh mengetahuinya. Ya, sebenarnya Ryan adalah pemilik gedung restoran itu dan tak ingin Lisa tahu. Bagi Ryan, lebih baik sahabatnya itu menganggapnya s

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   14

    Tina menyeringai, lalu menatap pada Tuan Damon. “Aku sungguh kecewa dengan karyawanmu. Padahal sedang mencari restoran untuk mentraktir teman-teman kru pemotretanku dan kukira restoran ini adalah tempat yang tepat,” ucapnya.“Sungguh sangat disayangkan.” Tina melanjutkan.Tuan Damon terkejut. Dia masuk perangkap jebakan Tina. Tentu saja dia tidak ingin membuat kesan yang buruk untuk Tina, yang merupakan model internasional. Kehadiran Tina bisa memberikan keberuntungan untuk restoran, pikirnya.“Katrina Wilde, tolong maafkan kesalahanku. Karyawanku lalai … itu sungguh hal yang memalukan,” ucap Tuan Damon seraya menundukkan wajahnya. Dia memohon dengan sangat hati-hati.Kemudian Tuan Damon melirik Lisa dan mendesis. “Nona Lisa, apa yang sedang kamu lakukan? Cepat minta maaf pada Nona Wilde!” “Apa? Kenapa aku harus meminta maaf? Aku tidak melakukan kesalahan?” sahut Lisa menolak.“Oh Lisa, aku tahu kamu pasti merasa sungkan padaku. Kamu kabur dari rumah suamimu karena malu, benarkan?” c

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   15

    “Tidak mau? Lupakan saja!” “Baiklah. Aku menerimanya.”Tina tersenyum puas saat Lisa menjawab dengan panik. Ia mempunyai kesempatan untuk menyiksa saudara tirinya. Kemudian Tina langsung menghubungi teman-temannya. Wajah Lisa terlihat lemas, tetapi dia sedang mempersiapkan diri agar bisa kuat. Lisa harus terlihat bersemangat dan memastikan tak membuat kesalahan. Dia tahu jika Tina sengaja membuatnya menderita.Benar saja, Lisa hampir kewalahan menyiapkan pesanan dari 50 orang teman-temannya Tina. Dia dipaksa cekatan dan cepat. Hanya seorang diri, sangat menguras tenaganya.Tina bahkan sengaja memberikan pesan pada mereka untuk membuat Lisa terlihat bodoh. Bahkan mereka tak segan meneriaki Lisa dan memaki jika dirasa lambat. Sungguh, mereka tak melihat wajah lelahnya Lisa.“Hei, kenapa kamu lambat sekali. Aku sudah kelaparan.”“Pesananku mana?”“Aku tak mau yang ini, ganti pesananku!”Hingga salah satu dari temannya melihat alat bantu dengar yang tersemat dalam telinganya Lisa. Tiba-

    Last Updated : 2025-01-07
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   16

    “Memangnya apa yang sudah kulakukan?” Lisa berteriak pada ponselnya.Suaranya terdengar lantang oleh Nania di balik telepon. Lisa benar-benar tak tahan dengan semua ini. Dia sudah dibully dan dipermalukan oleh Tina, tetapi ibunya justru mengatakan dia sudah membuat malu.“Anak bodoh! Tina mengadukan padaku kalau kamu bekerja menjadi pelayan di restoran kecil. Bagaimana kalau ada yang melihat kalau kamu bekerja di sana?” Nania berbicara lantang dari teleponnya. “Sungguh, kamu adalah orang yang tahu diri.”“Memangnya kenapa kalau aku bekerja di restoran kecil? Aku tak menyusahkanmu dan tak ada yang mengenaliku,” kata Lisa dengan suara lemas.Air mata Lisa mengalir deras. Dia tak peduli banyak orang yang mendengar teriakannya atau merasa terganggu. Lisa memekik dan menangis, meluapkan isi hatinya. “Lagi pula siapa yang mau kenal denganku, Melisa Anderson yang cacat ... dibuang oleh Ibu dan keluarganya.”“Kalau begitu kamu menghilang saja sekalian dari dunia ini! Aku benar-benar malu pun

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   82.

    Sean pun bersedia memaafkan Ryan. Kemudian mereka langsung pulang ke apartemen milik Ryan. Sebuah penthouse yang disiapkan untuk tinggal dengan Lisa dan Sean.Bahkan Ryan sudah mendekorasi kamar Sean dengan karakter kartun kesukaannya. Tentu saja Sean sangat menyukainya dan perlahan rasa marahnya menghilang.“Kamu suka dengan kamarmu?” tanya Ryan.“Tentu saja, Ayah. Ini sangat luar biasa,” jawab Sean antusias.Dia berjingkrak girang. Lisa yang melihat wajah ceria Sean, langsung tersenyum senang. Kebahagiaan Sean adalah segalanya untuknya.“Terima kasih, Ryan,” ucap Lisa tulus.“Sama-sama, Lisa,” balas Ryan langsung. “Biarkan Se

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   81

    “Jangan cemas, Bibi! Aku pasti bisa mengatasi ini semua,” ucap Ryan meyakinkan. “Percayakan semuanya padaku!”Maria hanya menatapnya cemas. Namun, dia hanya mengangguk dan menepuk pundak Ryan seraya berkata. “Semoga saja kami masih tahu batasannya dan bisa menghargai semua ini, Nak. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”“Amin. Terima kasih, Bibi.” Ryan berkata tulus.Kemudian dia bangkit. “Aku akan menemui Lisa dan Sean, meminta maaf. Mereka pasti ketakutan karena ulahku tadi,” ucapnya dengan wajah sesal.Sementara telinga Lisa sudah lebih baik, tetapi tatapan cemas Nania dan Sean belum mereda. Melihat perhatian Nania, Lisa benar-benar tersentuh. Ibunya kembali seperti dulu, penuh cinta dengan tatapannya.

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   80.

    Ryan terkejut. Dia akhirnya sadar sudah membuat keributan karena rasa takutnya yang berlebihan. Wajahnya panik dan bingung.“Ryan, apa yang kamu lakukan?” Maria muncul dengan tatapan tak percaya.“Maaf, aku lepas kontrol,” ucap Ryan menyesali tindakannya.Kemudian Maria menoleh pada Lisa yang masih memegangi telinganya. Lisa mengeluarkan alat bantu dengarnya, berhadap bunyi dengungnya menghilang. Sedikit lebih baik.“Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanya Nania panik muncul di belakang tubuhnya.Lisa hanya mengangguk. Maria meminta Nania dan Sean untuk membawa Lisa ke dalam. Dia lantas menatap Ryan yang masih terdiam dengan raut wajah bersalah.“Ada apa denganmu, Ryan? Kenapa kamu menjadi arogan dan emosional?” tanya Maria dengan tatapan marah. Ryan menunduk. Bibirnya bergetar dan air mata penyesalannya mengalir deras. “Aku ... aku tak tahu, Bibi Maria. Tiba-tiba saja aku merasa sangat takut, hingga tak bisa mengendalikan diriku,” jawabnya jujur.Maria menoleh ke belakang. Lisa sudah tak

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   79.

    “Terima kasih atas informasinya.”Jason berkata seraya menyerahkan ponsel tersebut. Tentu saja Tina terkejut, Jason tak menunjukkan rasa tertarik. Padahal sebelumnya, pria beraang tegas itu bereaksi sangat terkejut.“Kamu bisa pergi dan tak perlu lagi ke sini,” ucap Jason lagi seraya melirik pintu gerbang yang terbuka.“Apa? Kamu mengusirku?” tanya Tina dengan wajah syok. “Aku memberikanmu informasi yang sangat penting dan kamu hanya mengatakan terima kasih. Yang benar saja?”“Lalu kamu mau aku harus bertindak seperti apa?” Tina berdecak seraya mengusap rambutnya. Jason benar-benar berbeda dan ini tak sesuai dengan harapannya. “Kita bisa bekerja sama menangkap pelakunya, Jason,” katanya mencoba kembali tenang.“Tidak perlu, Tina! Aku bisa menangani masalahku sendiri. Kamu urus saja masalahmu,” jawab Jason langsung, tanpa ragu. “Aku tak ingin terlibat dengan hidupmu lagi.”Tanpa menunggu reaksi dari Tina, Jason langsung menarik handle pintu dan segera masuk. Dia meninggalkan Tina tanp

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   78.

    “Paman baik!” Suara anak lelaki memanggil Jason dan langsung membuatnya menolah. Dia adalah salah satu anak panti asuhan yang sering bermain dengan Jason. “Paman kembali lagi? Ayo kita main lagi,” ajaknya.“Oh, maaf, Sayang. Aku harus segera pergi. Aku kembali untuk memberikan ini.” Jason berkata seraya memberikan dua box donat yang masih dipegangnya.Jason sangat dekat sekali dengan mereka. Anak itu pun tersenyum girang menerima pemeriannya. “Bagikan dengan teman-temanmu yang adil, ya!” pesannya.“Terima kasih, Paman baik,” jawabnya girang.Jason mengangguk tersenyum pada anak tersebut sebelum dia kembali masuk ke dalam. Sejujurnya dia penasaran dengan anaknya Lisa, tetapi ini bukan waktu yang tepat, menurutnya. Dia cemas jika Ryan akan bangun dan akan menimbulkan kesalahpahaman dengan Lisa.Setidaknya Jason sudah cukup tenang dan lega melihat Lisa jauh lebih baik. Ya, Jason bisa melihat Lisa kini banyak tersenyum, tak lagi banyak diam dan murung seperti dulu.Lebih baik dia bergega

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   77.

    “Aku tahu, kalau penyesalanku ini terlambat. Sudah terlalu banyak luka yang kuberikan padamu, Lisa. Mungkin saja aku tak pantas untuk mendapatkan maaf darimu,” ucap Nania dengan air mata yang mengalir deras.Dia sungguh menunjukkan rasa penyesalan yang paling dalamnya. “Tapi, aku harap kamu mau memaafkanku, Lisa,” katanya lagi.“Setiap hari aku selalu berdoa agar Tuhan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dan menebus dosaku padamu. Aku menunggumu di sini dan aku berharap Tuhan mengabulkan doaku.” Suara Nania penuh harap dan ketulusan.Lisa terdiam. Dia melihat kesungguhan ibunya, hingga air matanya pun ikut menetes. Namun, ia merasa bingung harus bagaimana.“Ibu, dia siapa?” Sean bertanya seraya menarik lengannya dan langsung mengalihkan fokusnya.Sebelum Lisa menjawab, Nania sudah bertanya. “Lisa apakah dia?” Namun, Nania langsung terdiam. Dia menahan rasa penasarannya. Sadar, Lisa belum memberikan jawabannya. Nania menunduk, tak berani menebak jawaban Lisa. Air ma

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   76.

    “Ada apa, Ryan? Sepertinya kamu mencemaskan sesuatu?” Pertanyaan Lisa langsung menyadarkan Ryan dari rasa cemasnya. Tampaknya dia terlalu berlebihan memikirkan rasa takutnya. Dia lantas tersenyum mencoba mencoba terlihat tenang.“Tidak ada. Mungkin aku merasa lelah saja. Sudah lama ku tak melakukan perjalan jauh,” jawab Ryan berbohong.“Oh, aku kira kamu sedang menghadapi masalah serius,” kata Lisa terdengar lega. “Kalau begitu, istirahatlah dulu. Perjalanan kita masih jauh, cukup untukmu beristirahat.”Ryan tertegun sejenak. Dia menatap Sean yang masih tertidur pulas dalam pangkuan Lisa. “Jangan cemaskan aku dan Sean. Kamu juga perlu beristirahat,” kata Lisa lagi memastikan.“Tapi, bagaimana denganmu?” tanya Ryan menjadi cemas dan sungkan.“Aku baik-baik saja, Ryan!” jawab Lisa langsung.Sejujurnya, Ryan ingin protes. Namun, dia memilih menyandarkan tubuhnya dan pura-pura tertidur. Dengan begini, dia bisa menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dilakukannya selanjutnya.Yang

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   75

    Handphone milik Raymond berdering. Hampir saja Tina berteriak dan menjatuhkan karena terkejut. Matanya menyipit melihat nama pemanggil di sana.Hanya sebuah inisial saja. Tampaknya Raymond tetap menjaga rahasia tersebut. Itu adalah nomor yang memberinya perintah. Jantung Tina berdebar semakin cepat, dia bahkan lupa jika tujuannya hendak membuang tubuh Raymond.“Aku harus mencari tahu siapa yang menelpon Raymond dan yang memberinya perintah.”Tina lantas menjawab panggilan telepon itu. Namun, Tina tak bersuara. Dia menunggu si penelepon bersuara agar bisa menebak siapa pelakunya.Sayangnya hingga 30 detik berlalu, tak ada suara dari seberang sana. Tina menyimpulkan jika si penelepon tahu kalau ponsel itu tak lagi di tangan Raymond. Dia pasti sangat berhati-hati, pikir Tina yakin.Panggilan telepon berakhir. Tina tertegun dan terdiam dengan pikiran banyak tanya. Kemudian handphone itu berbunyi lagi, pesan masuk.Segera saja Tina membuka dan membacanya. “Siapa kamu? Bagaimana handphone i

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   74

    “Apa maksudmu?” tanya Tina pura-pura tak mengerti.Raymond tersenyum sinis. Dia lantas melirik gelas berisi jus di tangannya. Tina pun menghela napas panjang dengan wajah seolah mengerti isi pikiran lelaki di hadapannya.“Kamu pikir, aku menaruh racun pada minumanmu?” “Siapa yang tahu?”Tina lantas meraih gelas di tangan Raymond. Dia lantas meminumnya tanpa jeda dan tak menyisakan sedikit pun. Kemudian Tina menunjukkan gelas kosongnya, seolah membuktikan dirinya tak seperti yang dituduhkan.“Puas?” tanyanya sengaja memasang wajah kesal.Raymond tercengang. Tentu saja itu adalah rencana Tina. Wanita itu tahu, Raymond tak bisa langsung ditipu.“Apa yang ada dalam pikiranmu, Ray? Kamu masih meragukanku? Padahal selama ini aku menurut padamu, walaupun kamu memperbudakku,” ucap Tina lagi dengan wajah kesal.“Maaf, Tina. Aku tak bermaksud,” sahut Raymond dengan wajah penuh sesal.Reaksi Raymond saat ini pun sudah Tina duga. Dalam hati, dia bersorak riang. Tina sudah hafal benar bagaimana ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status